Jika seorang bapak sampai berani mengatakan, "tidak puasa karena sedang menstruasi" (sekalipun perkataan itu mungkin diucapkan dalam konteks humor), saya pikir hal tersebut karena yang bersangkutan ingin menutupi apa artinya sebuah kemauan, apa arti sebuah ketulusan hidup dan yang paling jelas dan tegas...arti pengorbanan diri. Sebegitu susah dan beratkah meluangkan waktu sekian puluh hari (30 hari), sementara manusia telah diberi 365-366 hari? Bandingkan, teramat kecil jumlah 30-an dengan 360-an hari.
Andai orang mau menjalani puasa dengan tulus, lurus, pastilah akan ada kekuatan "dari dalamnya", dari dalam sanubari; karena ruah manusia, roh manusia itu mengatasi kedagingan, mengatasi "badan wadag" wujud manusia. Badan bisa renta, namun roh tetap perkasa. Itulah penyokong kekuatan yang utama!
Lalu, mengapa bapak tersebut masih mengatakan, "Wah mboten pak Prima. Kula nembe 'menstruasi - datang bulan'. Mila kula mboten pasa...."
("Tidak puasa pak Prima, saya sedang 'menstruasi - datang bulan', maka saya tidak puasa"). Mungkin saya perlu bertanya pada si Mens, si Bulan; mengapa ia datang!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H