"John, besok pagi saya mau ke Jakarta. Naik pesawat pertama, jam 6.00 pagi. Antar saya ke bandara ya!" Kata bos Darso pada pak John, lelaki satu cucu itu.
"Baik Bos". Pak John singkat menjawab.
Sebenarnya pak John merasa rikuh ketika dirinya hanya dipanggil namanya oleh bos Darso. Pak John berpikir, bagaimanapun juga, dirinya lebih tua dari bos Darso. Pak John merasa ia sudah bercucu. Di rumah ia dipanggil "eyang kakung". Eh, di tempat bos Darso, ia cuma dipangil...Jahn...John....Jahn....John.....
Jam 4Â dini hari....
Pak John sudah berkemas ke tempat bos Darso. Sampai di depan gerbang, satpam Alek sudah membukakan pintu. Pak John langsung ke garasi memanaskan mesin mobil sedan kesayangan bos Darso. Melirik jam di garasi, sudah jam 5.00 pagi, bos Darso belum bangun.
"Mas Alek, Bos belum bangun, piye iki?". Tanya pak John pada pak Alek, Satpam.
"Halah, gedor saja pintunya.... Bangunkan. Kalau beliau marah, nanti kita hadapi bareng-bareng (sama-sama). Kubantu bicara". Kata pak Alek.
Dan memang benar. Ditemani Alek, satpam itu; pak John membangunkan bos Darso. Pintu bos Darso terbuka... sekian menit kemudian.
"Kok baru sekarang membangunkan saya?" Tanya bos Darso.
"Bos, saya itu sudah 'membangunkan' mobil bos dengan memanaskan mesinnya". Kata pak John.
"Iyolah Bos, masak sudah menjadi bos masih harus dibangunkan oleh sopir dan satpam. Lagian bos Darso 'kan bos kami. Malulah nggak bisa mengatur diri". Sela pak Alek.
"Lah, pagi-pagi, kalian mengeroyok saya ya...." Kata bos Darso.