[caption id="attachment_280117" align="alignleft" width="300" caption=""aku sudah tua...." (dok.pribadi)"][/caption] Aku cuma mobil tua, bukan pejabat tua, atau karyawan tua. Aku belajar hidup dari situasi nyata. Bekerja tiada henti, pagi, siang sore dan kadang malam. Maklum cuma bawahan... eh, angkutan maksudku. Lupa kalau aku sudah tua.... Lihatlah keropos badanku, kelupas kulitku.... gundulnya banku........ah ini nyata. Sore itu aku mogok ditengah jalan, lalu lalang kendaraan yang lain, tak hirau keadaanku. Tiap orang berkepentingan. Wus.....wus....wus...... laju...laju. aku melongo sendirian. Aku angkatan puluhan.... cukup usia. Disaat orang berdesak-berlomba mencari harta, atau jabatan [caption id="attachment_280120" align="alignright" width="300" caption=""sendirian...." (dok.pribadi)"][/caption] selembar, sekeping demi sekoin uang, aku terdampar ditengah aspal. Sepeserpun tak kuhasilkan. Aku sudah meronta...aku sudah memaksa diri.... Yah. Aku harus berhenti "Gigiku yang dulu tajam, kini lah tumpul. apalagi ditambah gigi lain yang copot, plus dicopot karena keserakahan menggigit. Menggigit barang orang lain". "Aku memang sudah tua. Sudah harus berhenti. Kau tahu maksudku?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H