Mohon tunggu...
Florensius Wangga
Florensius Wangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rangkaian puisi imajinasi dalam Negeri

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara like❤️, follow 🔃 & coment💬

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Islam terhadap Kultur Dayak Kalimantan Barat

11 Maret 2021   03:45 Diperbarui: 14 Juni 2021   11:45 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukota kan Pontianak. Terdapat beragam suku dan budaya di provinsi ini, yakni Dayak, Melayu dan Tionghoa yang jumlahnya melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat. 

Sebelum munculnya kerajaan Islam dan datangnya para penjajah, umumnya di pulau Borneo ini masih menganut agama leluhur yaitu Kaharingan. Namun agama ini sering dianggap sebagai animisime, berhala dan sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, semua kerajaan di Kalimantan Barat berganti menjadi kerajaan Islam yang memperluas wilayah kekuasaannya dengan mendirikan penembahan - penembahan di wilayah pedalaman serta menyebarkan agama Islam. Hal ini membuat kelompok suku Dayak dihadapkan pada pilihan yang sulit antara menganut agama yang baru atau tetap mempertahankan keyakinan yang diwariskan secara turun temurun. Pada saat itu agama Islam sangat berpengaruh terutama pada kerajaan-kerajaan kecil yang juga berlandaskan Islam. Pada keadaan ini suku-suku Dayak dihadapkan pada pilihan yang sulit sebab jika menganut agama Islam maka suku Dayak terbebas dari perbudakan dan wajib membayar upeti kepada kerajaan. 

Namun tanpa disadari, dengan menganut agama Islam selalu diidentikan dengan Melayu. Oleh karena itu, secara sadar ataupun tidak sadar terjadi penolakan dari dalam jati diri masyarakat suku Dayak. Jika dilihat dari aspek kultural, kelompok suku Dayak yang telah menjadi Muslim meninggalkan kultur budayanya dan meninggalkan identitas Dayaknya, dan lama kelamaan sikap itu mengkristal sehingga menimbulkan identitas baru yang disebut "senganan" ( Dayak rumpun. ibanic yang memeluk agama Islam) dan Sambas (rumpun Kanayat'n/ Salako dan Bakati' yang memeluk agama Islam serta para pedagang ataupun pendatang dari Sumatera), sedangkan yang tidak memeluk agama Islam disebut sebagai Dayak yang dimaknai sebagai kelompok masyarakat pribumi. Seiring berjalannya waktu kini sebagian besar masyarakat Dayak telah memeluk agama baru yakni agama Kristen tanpa meninggalkan status Dayaknya.

Penolakan terhadap penolakan agama Islam oleh sebagian kelompok masyarakat Dayak karena Suku atau Budaya Dayak tidak dapat terlepas dari kehidupan yang berorientasi pada daratatan (hutan), sebab mereka telah terbiasa hidup berdampingan bersama alam terutama dibagian daratan (hutan). Sementara itu Suku Melayu memiliki kebudayaan yang cenderung berorientasi pada perairan baik laut maupun pesisir sungai, dari hal inilah munculnya istilah orang darat dan orang laut.

-MisterPangalayo-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun