Mohon tunggu...
Florencia Cheryl Koswandi
Florencia Cheryl Koswandi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid SMAK 5

X IPS 2 Tugas Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Ratu Adil di Kediri

10 April 2023   06:55 Diperbarui: 10 April 2023   06:56 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gerakan Ratu Adil merupakan sebuah aksi revolusioner bercorak sosial dan keagamaan yang timbul sebagai bentuk pemberontakan akan masa penjajahan Belanda pada abad ke-18 hingga abad ke-19. Gerakan Ratu Adil ini sendiri muncul pada awal abad ke-18 di Pulau Jawa, tepatnya dalam Pemberontakan Diponegoro. Kemudian berkembang karena masyarakat percaya bahwa akan ada Sang Ratu Adil, atau disebut sebagai Imam Mahdi, sebagai juru selamat yang akan membebaskan mereka dari tekanan penjajahan. Perlawanan Gerakan Ratu Adil dilakukan dengan bersifat tradisional, sesaat, dan terbatas tempatnya. Maka dari itu, Gerakan Ratu Adil telah tersebar di berbagai tempat di Pulau Jawa dengan bentuk perlawanan yang berbeda-beda sesuai tempat kejadiannya, salah satunya adalah perlawanan Gerakan Ratu Adil di Kediri yang dipimpin oleh Dermojoyo pada tahun 1907.
Sama dengan Gerakan Ratu Adil yang terjadi di wilayah lainnya, pemberontakan Ratu Adil yang terjadi di Afdeeling Berbek, Karesidenan Kediri ini merupakan respon atas ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Kediri akibat kekejaman kebijakan Belanda. Janji untuk menghapus sistem sewa tanah yang diingkari oleh Belanda memicu kemarahan dari Kyai Dermojoyo serta rakyat Kediri lainnya. Melalui peristiwa tersebut, Dermojoyo memutuskan untuk memproklamasikan dirinya sendiri sebagai Ratu Adil, kemudian menindaklanjuti dengan cara melakukan tindakan-tindakan perlawanan sebagai upaya membebaskan rakyat Kediri dari ikatan kemiskinan.

Proses Perlawanan Gerakan Ratu Adil di Kediri
Diawali dengan kesengsaraan dan kemiskinan yang dialami oleh penduduk di Kediri akibat kecurangan kebijakan pemerintah kolonial Belanda, tekad penduduk Kediri untuk menentang dan melawan kebijakan Belanda semakin bulat. Terkhususnya Dermojoyo, pemimpin aksi Gerakan Ratu Adil di Kediri ini. Dermojoyo sendiri terinspirasi dari kisah perlawanan Pangeran Diponegoro, sehingga ia mengangkat dirinya sendiri sebagai Ratu Adil pada 23 Januari 1907 dengan  mengumumkan wangsit bahwa ia bermimpi ia merupakan seorang mesias yang ditunjuk untuk menyelamatkan keterpurukan masyarakat dari penjajahan. Dermojoyo sendiri merupakan seorang tokoh agama atau kyai, sehingga banyak penduduk yang percaya dan mulai menjadi pengikut Dermojoyo. Dermojoyo merasa bahwa pejabat dari kalangan pribumi terlalu tunduk pada pemerintah kolonial Belanda, sehingga rakyat Kediri pun dirugikan oleh hal tersebut. Kepercayaan masyarakat akan Dermojoyo sebagai Ratu Adil ini memicu terjadinya perang perlawanan di Kediri.
Informasi perlawanan pertama kali yang terjadi di Pabrik Gula Kutjonmanis diketahui oleh Wedana Warujayeng yang merupakan pejabat kaki tangan kolonial Belanda. Wedana Warujayeng dibantu oleh Asisten Residen Nganjuk, C.C.M. Henry beserta beberapa pejabat Kediri lainnya membawa pasukan untuk berusaha menghentikan perlawanan yang dilakukan oleh pengikut Dermojoyo. Akan tetapi, pengikut Dermojoyo pantang menyerah sehingga mereka memenangkan pertempuran tersebut. Tak tinggal diam meski telah kalah, Henry memutuskan untuk menambah bantuan dari pasukan militer Surabaya. Pasukan bersenjata laras panjang pun datang untuk membantu menghentikan perlawanan tersebut. Setelah terjadi gempuran pasukan militer bersenjata lengkap, pasukan Dermojoyo dan pengikutnya tidak bisa menghindar dari peluru-peluru senjata api dan akhirnya gugur.

Tindakan Pemerintah Kolonial Belanda Terkait Perlawanan Ratu Adil di Kediri
Meski perlawanan Dermojoyo dan para pengikutnya telah berhasil dihentikan, hal tersebut tidak lantas membuat pihak kolonial Belanda merasa tenang. Peristiwa pertempuran Ratu Adil tersebut membuat warga Eropa merasa terancam dan takut peristiwa tersebut dapat memicu munculnya gerakan perlawanan lainnya. Kekhawatiran yang dirasakan oleh pihak Belanda menyebabkan pemerintah kolonial Belanda melakukan pengetatan dalam penjagaan. Dalam surat kabar Hindia pun diumumkan kepada semua daerah jajahan untuk bersikap waspada akan terjadinya gerakan perlawanan yang baru. Rumor-rumor akan terjadinya gerakan perlawanan  balasan oleh murid-murid Dermojoyo pun tidak pernah terjadi.

Dampak Gerakan Ratu Adil di Kediri terhadap masyarakat sekitar
Melalui peristiwa bersejarah perlawanan Ratu Adil ini, Dermojoyo terus dikenang oleh warga Kabupaten Nganjuk dan Kediri. Dermojoyo dianggap sebagai tokoh pahlawan yang rela mati daripada harus tunduk pada pemerintah kolonial Belanda. Sikap nasionalisme yang ditanamkan oleh Dermojoyo ini dijadikan sebagai inspirasi oleh warga Kediri, khususnya Nganjuk. Bahkan, nama Dermojoyo hingga kini dijadikan sebagai nama jalan di sejumlah wilayah di Kabupaten Nganjuk.

Kesimpulan
Perlawanan Ratu Adil di Kediri merupakan sebuah bentuk respon protes akan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda, serta kemarahan kepada pejabat Kediri yang dianggap sebagai kaki tangan Belanda. Perlawanan ini terjadi di Adfeeling Berbek, Karesidenan Kediri pada tahun 1907 dipimpin oleh Dermojoyo yang mengangkat dirinya sendiri sebagai Ratu Adil untuk membebaskan masyarakat Kediri dari jeratan kemiskinan dan kesengsaraan. Pertempuran perlawanan pertama antara pasukan Dermojoyo dan pasukan pejabat Kediri terjadi di Pabrik Gula Kutjonmanis yang kemudian dimenangkan oleh pasukan Dermojoyo beserta pengikutnya. Namun saat pertempuran kembali terjadi, pejabat Kediri memutuskan untuk meminta bantuan senjata pada pasukan militer Surabaya. Dengan adanya tambahan pasukan bersenjata api, pejabat Kediri memenangkan pertempuran dan perlawanan Dermojoyo serta pengikutnya pun terhentikan. Kekalahan Dermojoyo ini tidak serta merta meredakan kekhawatiran pihak Belanda. Sebagian besar warga Eropa yang tinggal di Kediri pun merasa gelisah akan kemungkinan terjadinya gerakan perlawanan balasan. Sikap nasionalisme yang diterapkan oleh Dermojoyo ini menjadi inspirasi bagi masyarakat Kediri, khususnya Kabupaten Nganjuk. Terjadinya peristiwa perlawanan ini membuat Dermojoyo dikenang sebagai pahlawan yang berprinsip lebih baik mati daripada harus patuh pada kebijakan Belanda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun