Mohon tunggu...
Florentina R Yulita
Florentina R Yulita Mohon Tunggu... -

Economy Development. Great hopes make great item

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasih Tanpa Mengenal Ruang dan Waktu

8 September 2015   23:33 Diperbarui: 8 September 2015   23:34 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intan

Begitulah kedua orang tuanya menamainya, salah satu anak yang saya temui di salah satu panti asuhan di Jakarta,  seorang anak perempuan yang lahir dari sebuah pernikahan siri.

Kelahirannya tidak diinginkan sama sekali oleh kedua orang tuanya, dan mungkin menjadi sebuah penyesalan di seluruh hidup orang tuanya.

Wajahnya yang cantik, hatinya putih nan salju, tutur kata nya yang baik, sikap ramah dan hangat yang membuat orang disekitarnya menjadi terpesona. Keluguannya, dan kecantikan yang terpancar dalam dirinya bak sebuah berlian yang ditemukan di dalam ketidakinginan dunia.

Sejak kecil Intan terus berjuang untuk dapat diterima di dalam keluarganya. Bahkan ibunya pun tak sudi menjulurkan tangan kepadanya.

Hanya seorang ayahnyalah, yang menemaninya di sepanjang tahun-tahun ia hidup di dunia.

Ia tidak pernah memandang dunia itu tabu, ia menikmati nafas kehidupan di mana ia tinggal bersama berlian-berlian yang lainnya. Ia tidak pernah memperhitungkan waktu seberapa banyak detik dan jam yang ia dapatkan di dunia ini, hanya untuk demi memuat ibunya untuk mau berpaling melihat jiwanya yang sederhana.

Tidak ada batas ruang dan waktu untuk mengenal kasih sayang dari masyarakat di sekitarnya. Banyak teman yang selalu ada di kiri kanannya, di atas maupun di bawah roda kehidupannya, sehingga pancarannya sebagai sebuah berlian tidak pernah redup. Hanya saja sampai saat ini ia masih belum berhasil membuat ibu tercintanya untuk berpaling padanya.

Sebuah tantangan hidup yang sempat menyadarkannya akan sebuah penolakan untuk dapat diterima di keluarganya. Yaahh. Kopi tidak semanis campuran krimer dan gulanya. Kopi pun punya ampas yang pahit di dasar cangkirnya.

Tetapi sama halnya dengan seorang Intan, ia mempunyai kehangatan dan semangat hidup sehingga ia dapat menempatkan diri di dunia walau batu pijakan terus membuatnya terselengkat.

Ibu.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun