Mohon tunggu...
Flora Satyania Candrakirani
Flora Satyania Candrakirani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Seorang mahasiswi yang sedang belajar untuk menulis banyak karya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kolaborasi Pengendalian Vektor Fan Kesehatan Masyarakat dengan Strategi Efektif Memerangi Demam Berdarah

18 September 2024   21:42 Diperbarui: 18 September 2024   21:53 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang mendesak, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti ini kerap menimbulkan wabah yang sulit dikendalikan,
mengakibatkan tingginya angka morbiditas dan, pada kasus tertentu, kematian.
Untuk menanggulangi DBD, pendekatan yang hanya berfokus pada pengobatan
pasien tidak cukup. Strategi pengendalian harus mencakup upaya pencegahan yang
efektif, terutama melalui pengendalian vektor, dengan kolaborasi erat antara
pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Artikel ini membahas pentingnya
kolaborasi dalam pengendalian vektor dan peran kesehatan masyarakat dalam
memerangi DBD.

Pengendalian vektor, khususnya nyamuk Aedes aegypti sebagai penular
utama DBD, menjadi kunci utama dalam memutus rantai penularan penyakit ini.
Aedes aegypti berkembang biak di lingkungan yang memiliki genangan air bersih,
baik di dalam rumah maupun di luar. Upaya pengendalian meliputi eliminasi
tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk, penggunaan insektisida, fogging
(pengasapan), serta penggunaan larvasida untuk mematikan jentik nyamuk.

Salah satu metode yang paling efektif adalah kampanye 3M (Menutup,
Menguras, dan Mengubur), di mana masyarakat diajak untuk menutup tempat-
tempat penampungan air, menguras wadah air secara rutin, dan mengubur barang-
barang yang dapat menampung air. Namun, kampanye 3M tidak akan berjalan
efektif tanpa keterlibatan aktif dari masyarakat dan koordinasi yang baik antara
berbagai pemangku kepentingan.

Pengendalian DBD memerlukan kolaborasi lintas sektor yang kuat.
Pemerintah, khususnya dinas kesehatan, memiliki peran sentral dalam menyusun
kebijakan, mengkoordinasikan program, dan menyediakan sumber daya. Misalnya,
pemerintah bertanggung jawab melakukan fogging di daerah-daerah yang
terindikasi sebagai sumber wabah. Namun, fogging saja tidak cukup. Program ini
harus dilengkapi dengan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan dan pemberantasan sarang nyamuk.

Keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan program pengendalian vektor. Masyarakat perlu memiliki pemahaman yang baik tentang
bagaimana penyakit DBD menyebar, serta cara-cara pencegahannya. Kelompok-
kelompok masyarakat, seperti kader kesehatan, dapat memainkan peran penting
dalam menyosialisasikan program pemerintah dan melakukan monitoring di tingkat
lokal. Selain itu, koordinasi antarinstansi, seperti pemerintah daerah, sekolah, dan
organisasi kemasyarakatan, juga penting untuk menciptakan lingkungan yang
bersih dan bebas dari sarang nyamuk.

Perusahaan-perusahaan swasta, khususnya yang bergerak di sektor farmasi
atau kesehatan, juga dapat turut berperan dengan mendukung program penelitian
terkait pengembangan vaksin DBD atau inovasi pengendalian vektor, seperti
penggunaan nyamuk steril atau nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia untuk
mengurangi kemampuan nyamuk menularkan virus dengue.

Meskipun kolaborasi pengendalian vektor dan kesehatan masyarakat telah
menunjukkan hasil positif, masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Salah
satunya adalah perubahan perilaku masyarakat yang belum optimal. Banyak
masyarakat yang masih abai terhadap upaya pemberantasan sarang nyamuk karena
kurangnya pengetahuan atau kesadaran akan pentingnya tindakan pencegahan.
Selain itu, masalah iklim tropis yang mendukung siklus hidup nyamuk dan
urbanisasi yang pesat juga memperburuk penyebaran penyakit.

Tantangan lainnya adalah resistensi nyamuk terhadap insektisida, yang
membuat metode fogging dan penggunaan larvasida menjadi kurang efektif dalam
jangka panjang. Dalam kondisi ini, diperlukan pendekatan baru yang lebih
berkelanjutan, seperti penggunaan metode biologis dan peningkatan daya tahan
tubuh masyarakat melalui vaksinasi yang masih dalam tahap pengembangan.

Kolaborasi antara pengendalian vektor dan peningkatan Gizi Masyarakat
menjadi faktor penting dalam memerangi demam berdarah. Keberhasilan
penanganan penyakit ini sangat bergantung pada sinergi yang baik antara
pemerintah, Masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Program-program
yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat, perbaikan status Gizi, serta upaya
menciptakan lingkungan yang Sehat harus terus diperkuat. Dengan pendekatan
yang holistik dan berkelanjutan penyebaran DBD dapat ditekan, sehingga tercipta
masyarakat yang lebih produktif dan terlindungi dari risiko penyakit.

Sumber : https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/652/2/164%20LIT%20-%20Pengembangan%20Model%20Pengendalian%20Vektor%20Demam%20Berd_ocr%20cs.pdf

https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/652/2/164%20LIT%20-%20Pengembangan%20Model%20Pengendalian%20Vektor%20Demam%20Berd_ocr%20cs.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun