Mohon tunggu...
Diana Citra
Diana Citra Mohon Tunggu... -

Aku seorang pemimpi dan aku berjanji akan mewujudkan mimpiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FKK] Antara Jakarta dan Bali

13 Juni 2014   20:00 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:53 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By : Diana Citra

No. 75

Kadang hidup tak seperti yang kita inginkan

Kadang hidup butuh pengorbanan, bahkan perjuangan

Akulah sang pengorban, dan akulah sang pejuang...

Bagi hidupku sendiri.

***

Langit di kota Bali sangat indah. Bali seperti surga. Surga dunia yang sebelumnya tak pernah aku kunjungi, tapi apakah dapat kutemukan kedamaian disini? Kedamaian yang tak dapat aku dapatkan di kota kelahiranku sendiri. Jakarta.

Ya, kehidupanku di Jakarta seringkali tak berjalan mulus. Keluarga, teman, sahabat, mereka seringkali tak membuatku bahagia. Tapi berada di Jakarta, lebih membuatku bahagia daripada di Bali.

Tepat empat tahun yang lalu, kutinggalkan Jakarta. Berbagai kisah hidupku, kutitipkan kepada kota kelahiranku itu, supaya saat aku kembali aku dapat mengambil kembali kenangan hidupku di Jakarta, dari kecil hingga aku menamatkan SMA. Miris.

Kuliah, kuliah dan kuliah. Itulah yang selalu keluargaku bicarakan sejak aku kelas 1 SMP. Mereka ingin aku kuliah. Walau mereka tak memiliki biaya. Dan aku tak ingin merepotkan kedua orangtuaku. Aku tak ingin kuliah. aku ingin bekerja untuk menafkahi keluargaku. Aneh memang. Sesuatu yang tak seperti kebanyakan kaum muda idam-idamkan. Mereka pasti mengidam-idamkan masuk universitas ternama di Indonesia maupun dunia. Paling tidak, seperti itulah keinginan teman-temanku.

Dan aku terjebak disini. Di pulau Bali yang sangat asing bagiku. Menjalani kuliah dengan bermodal beasiswa. Hanya salah satu universitas Bali yang mau menerimaku kuliah. itupun tak kuduga, karena aku benar-benar berusaha untuk tak mendapatka beaasiswa. Tapi disini aku sekarang. Di pulau Bali. Menatap senja kemerah-merahan di pantai kutai. Melepas penat setelah menjalani kuliah selama 4 tahun.

Dan akhirnya, sekarang aku dapat kembali ke Jakarta. Siap untuk mengambil kembali kisah hidupku dan menggapai cita-citaku. Bekerja menafkahi keluaga, dan untuk Jakarta, yangtelah sangat berjasa dan berharga. Ah, sepertinya hatiku sudah tak bisa dipisahkan dari kota kelahiranku tersebut. Karena beberapa alasan aku sangat mencintai Jakarta.

Ah, aku harus kembali ke asrama. Besok aku akan meninggalkan Bali dan kembali ke Jakarta. Rasa lega menyelimuti diriku. Aku telah merelakan impianku yang tertunda demi membahagiakan orang lain. Aku telah berjuang untuk selalu focus dengan apa yang sedang aku kerjakan. Sekarang, aku dapat merasakan hikmah dibalik semua masalah yang aku hadapi.

“JAKARTA...! AKU SIAP MERENGKUHMU KEMBALI. AKU SIAP MENCICIPI GADO-GADO DAN KERAK TELORMU KEMBALI. BALI, TERIMAKASIH. I LOVE YOU, BALI... I WILL MISS YOU...!”

Pantai Kutai ini menjadi saksi dari segala perasaan yang aku rasakan selama 4 tahun terakhirdan semua perasaan itu menyatu menjadi satu dan menyelimutiku pada senja ini.

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun