Mohon tunggu...
Latifah Ferdiana
Latifah Ferdiana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

takdir memang sudah tertulis di atas, namun adakalanya kita tetap bisa merubahnya dengan menjadi lebih baik semangaat!! :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadilah Pasien yang Cerdas!

2 Mei 2014   19:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:56 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399010094267850896

Dari konteks judul di atas, sepertinya lebih identik dengan kalimat perintah yang ditujukan kepada seluruh pembaca. Dan  memang, kalimat ini ditekankan sekali kepada seluruh pembaca yang sedang atau telah menjadi pasien untuk menjadi cerdas. Cerdas disini bukan diartikan untuk menjatuhkan atau apapun, melainkan untuk mengingatkan kembali khalayak agar lebih cerdas dalam mengatasi penyakit dan berobat.

Seorang pasien bukan berarti orang lemah yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang kesehatan, melainkan orang yang sedang terserang penyakit dan membutuhkan pertolongan medis untuk meringankan penyakitnya. Begitupun dengan dokter, bidan atau perawat, mereka adalah orang yang bergelut di dunia medis yang sebagian besar mengerti seluk- beluk penyakit yang sedang menyerang manusia. Jika mereka sakit, tentu mereka juga butuh dirawat medis, dan bertatus sebagai pasien juga. Jadi antara pasien dan dokter beserta rentetan tim medis lainnya adalah sama- sama manusia yang hanya dibedakan pada sisi sosialnya saja.

Namun beberapa khalayak yang berstatus sebagai pasien tersebut terlalu terlena dengan kemampuan dokter sehingga tak satupun dari mereka meragukan kemampuannya. Sebagian besar selalu menurut kepada anjuran dokter tanpa mengetahui sebab akibat larangan tersebut disampaikan. Padahal mereka tahu, kedatangan mereka ke dokter adalah untuk berobat agar segera mendapatkan kesembuhan, namun mereka identik ‘nurut’ kepada dokter tanpa sepatah pertanyaan apapun. Tentu saja, dokter pun hanya menyampaikan apa yang memang perlu disampaikan tanpa panjang lebar, atau bahkan hanya menuliskan resep dokter kemudian diberikan kepada pasien untuk ditukar.

Berdiam dan hanya menerima resep obat saat berobat merupakan hal yang keliru. Pasien hanya akan mendapatkan obat tanpa mengetahui jenis penyakit yang dialaminya, sebab- sebab penyakit tersebut dan larangan- larangan yang menghambat proses penyembuhan. Padahal sudah merogoh kocek yang bisa dibilang tidak murah. Apalagi untuk dokter spesialis.  Disinilah kecerdasan pasien diperlukan, ia seharusnya menanyakan berbagai hal yang perlu diketahui, selain untuk proses penyembuhan juga untuk pencegahan agar tidak lagi merasakan penyakit yang sama. Seperti menanyakan penyebab penyakit, larangan dalam proses penyembuhan, jenis obat atau masuh banyak lagi. Toh pertanyaan tersebut juga tidak menambah biaya berobat kan? Bertanya juga merupakan hak pasien yang berobat. Alih- alih dengan pertanyaan tersebut pasien bisa memahami penyakit apa yang sedang menyerangnya, apa sebabnya, dsb. Karena perlu diketahui bahwa tidak semua dokter itu akan menjelaskan kepada pasien tanpa dimintai keterangan, sebaiknya pasien lebih cerdas dalam meminta penjelasan kepada dokter.

Selain itu, kecerdasan tersebut diperlukan saat pasien sudah menukarkan obat. Seberapa keras obat yang didapatkan, bagaimana komposisinya dan efek yang akan dirasakan setelah meminumnya. Iini merupakan hal penting yang harus diperhatikan bagi setiap pasien, agar ia tidak terjebak pada obat- obat yang telah diberikan oleh dokter. Apalagi jika tidak sesuai dengan keluhan yang kita alami, tentunya akan membahayakan jika kita tetap mengkonsumsi obat tersebut. Selain itu, sebagai antisipasi jika suatu saat sebelum minum obat yangternyata berefek sampng mengantuk utuk tidak meminumnya sebelum melakukan perjalanan. Karena akan berakibat fatal, atau saat masuk sekolah, pastinya akan mengganggu.

Disinilah peran kecerdasan pasien diperlukan, agar ia tidak terjerumus pada kesalahan dirinya sendiri.  salam cerdas!! :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun