Mohon tunggu...
Flavilius Aldo
Flavilius Aldo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Politik,Lingkungan,Sosial,Budaya,Ekonomi, Pendidikan,

Politik,Lingkungan,Sosial,Budaya,Ekonomi, Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Gagal Membangun Pagar untuk Pemisah Habitat Komodo dan Warga Desa

28 November 2023   10:20 Diperbarui: 28 November 2023   10:28 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) gagal membangun pagar pemisah antara habitat Komodo dengan Desa Komodo di Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga saat ini, penduduk Desa Komodo hidup berdampingan dengan binatang buas tersebut. 

Meski komodo telah memakan korban di tengah pemukiman warga, beberapa orang meninggal dunia setelah kadal raksasa itu memutilasi tubuh warga Kampung Komodo. Mansur adalah salah satu korban yang digigit Ola (sebutan lokal untuk komodo). Nyawanya tak terselamatkan setelah komodo memutilasi tubuhnya. Kejadian mengerikan itu terjadi pada tahun 2007. Saat itu Mansour masih berusia sembilan tahun dan duduk di kelas dua SD. 

Ismail, Sekretaris Desa Komodo, mengungkapkan bahwa Mansour diserang oleh seekor komodo pada pagi hari ketika ia sedang beraktivitas di ladang yang tidak jauh dari pemukiman Desa Komodo. Lapangan kecil yang ditumbuhi semak belukar itu terkadang digunakan warga untuk bermain sepak bola. Menurut Ismail, seekor komodo berukuran besar muncul di belakang Mansour dan langsung menerkam pantatnya. "Saat itu dia sedang buang air besar pada pagi hari pukul 09.00 Wita dan digigit komodo. Jaraknya dari pemukiman sekitar 100 meter. Kebetulan di situ tempat kami bermain sepak bola. 

Ada lapangan mini di sana. Saya masih menjadi staf pembangunan (di Desa Komodo saat itu). Korban tidak sempat dirawat di rumah sakit dan meninggal seketika," kata Ismail, Minggu (26/11/2023). Hewan purba itu menggigit Mansur di bagian pantat dan tidak melepaskannya, jelas Ismail. Komodo mencengkeram pantat bocah malang itu dengan kuat. Sambil memegang pantatnya, komodo itu membanting tubuh Mansur ke semak-semak, melukai sekujur tubuhnya.

 "Komodo itu menggigitnya dengan keras di bagian pantatnya. Komodo itu kemudian membanting tubuh anak itu ke semak-semak, melukai kepala, wajah dan tubuhnya. Daging di bagian bokongnya pun terkoyak oleh komodo," jelas Ismail. Mansour diselamatkan oleh seorang warga yang kebetulan melintas di dekat bocah yang diserang komodo tersebut. Warga tersebut berhasil membebaskan Mansur dari gigitan komodo. Tak lama kemudian, komodo kembali menyerang Mansur dan orang yang menolongnya. Pria itu berhasil lolos dengan selamat. Banyak warga yang kemudian datang menolong Mansur yang sudah tercabik-cabik diterkam komodo. Mereka segera membawa Mansur ke pelabuhan dan mengevakuasinya ke rumah sakit di Labuan Bajo. 

Namun, Mansur menghembuskan nafas terakhirnya sebelum dievakuasi dengan speedboat dari Balai Taman Nasional Komodo. "Dia sudah meninggal saat kami belum mengevakuasinya," kata Ismail. Korban serangan komodo jatuh lagi karena pagar pembatas tidak dibangun Pada Januari 2021, seorang balita berusia sekitar tiga tahun diserang oleh komodo saat jatuh dari teras rumahnya. Korban yang bernama Fabianto kehilangan tangan kirinya dengan pergelangan tangan yang putus.

Febi terjatuh saat komodo yang berada di bawah rumah menarik tali mainan yang dipegangnya. Setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Labuan Bajo, nyawa Fevi berhasil diselamatkan. Korban terakhir di Desa Komodo adalah Kamarudin (50), yang diserang oleh seekor komodo pada tanggal 1 November 2023. Ia diserang oleh seekor komodo di bagian betisnya dan mengalami luka robek yang cukup serius. Komodo memakan daging betisnya. 

Ia digigit komodo tidak jauh dari desanya. Ia mendapat perawatan intensif di rumah sakit di Labuan Bajo dan nyawanya berhasil diselamatkan. Ismail kembali meminta BTNK untuk membangun pagar yang memisahkan kampung Komodo dengan habitat komodo agar warga terlindungi dari ancaman serangan komodo. "Ya, kami sudah meminta agar pagar itu dibangun". Sebelumnya, pihak BTNK mengakui bahwa masih ada keterbatasan anggaran untuk membangun pagar pembatas di Desa Komodo. Pagar pembatas seharusnya dibangun pada tahun 2021, tetapi terhenti karena kontraktor tidak melanjutkan pekerjaan dan hanya menyelesaikan fondasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun