Mohon tunggu...
Flavilius Aldo
Flavilius Aldo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Politik,Lingkungan,Sosial,Budaya,Ekonomi, Pendidikan,

Politik,Lingkungan,Sosial,Budaya,Ekonomi, Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kontroversi Pekerjaan Kontraktor dan Proyek Lapen di Manggarai Bongkar Batu Bangunan akibat Pekerjaan Ceroboh

4 November 2023   10:53 Diperbarui: 5 November 2023   12:23 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai Pekerjaan Kontraktor yang Ceroboh, Warga Manggarai Bongkar Batu Bangunan Lapen,  salah satu desa di Kabupaten Manggarai menghilangkan lapisan batu penyangga lapisan permeabilitas pada bentangan jalan karena diyakini pekerjaan tersebut dilakukan oleh kontraktor yang ceroboh.

 Proyek lapen di Kecamatan Reok Barat ini dikerjakan oleh CV yang pemiliknya berdomisili di Kabupaten Manggarai Timur. Berdasarkan informasi panitia proyek, proyek tersebut memiliki pendanaan pinjaman daerah sebesar Rp 1,54 miliar dan memakan waktu 150 hari kerja. Seorang warga Desa Aojiang, Desa Lant, Distrik Sirek, mengatakan, warga baru-baru ini membongkar Lapen karena "pekerjaan yang ceroboh dan mengganggu struktur batu sebelumnya."Inisial  AS, warga yang meminta Floresa tidak disebutkan namanya, mengatakan warga setempat berkumpul untuk membuat Telford Layer di lokasi tersebut satu dekade lalu. 

BACA JUGA: analisis-dampak-program-food-estate-dalam-peningkat-produksi-pangan-nasional

"Batu-batunya kami susun dengan sangat rapi dan kokoh," ujarnya. Dia mengatakan, sebagian bebatuan telah tertutup tanah. Menurut AS, saat melakukan pekerjaan perataan, tanah yang menutupi batu-batu lama harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan penambahan batu baru. Ia menambahkan, untuk menyatukan batu-batu tersebut, harus dituang dengan primer. Namun AS mengatakan, para pekerja migran di desanya tidak melalui proses tersebut. "Batu-batu itu hanya ditumpuk begitu saja tanpa diolah tanahnya. Ada penolakan dari masyarakat sebagai pengguna jalan terhadap pembangunan jalan tersebut," ujarnya. Menurut AS, pekerja proyek tidak membersihkan tanah sehingga tidak terlihat batu-batu tua di permukaan. Ia juga mengatakan, warga membenarkan bahwa batu yang digunakan pekerja proyek bukanlah batu hitam melainkan batu putih yang oleh masyarakat Manggalai biasa disebut dengan "watu roga". 

Batu tersebut merupakan jenis batu kapur yang cepat pecah jika ditabrak alat berat, sedangkan batu hitam lebih padat dan kecil kemungkinannya pecah. AS mengaku sudah dua kali mengadukan penanganan kejadian tersebut melalui grup Facebook bernama Forum Masyarakat Peduli Manggarai. Batu tersebut merupakan jenis batu kapur yang cepat pecah jika ditabrak alat berat, sedangkan batu hitam lebih padat dan kecil kemungkinannya pecah. AS mengaku sudah dua kali mengadukan penanganan kejadian tersebut melalui grup Facebook bernama Forum Masyarakat Peduli Manggarai. Ia sebenarnya tidak lagi tinggal di Reok Barat melainkan di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Namun, ia sering pulang ke kampung halamannya. Para pekerja sudah pulang Pengerjaan proyek tersebut dimulai pada Mei setelah kontrak ditandatangani sebulan lalu. Kontraktor pelaksana adalah CV Kali Kassa, Weri Waso, Desa Mandosawu, Kecamatan Lambaleda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur. CV telah menangani berbagai proyek pembangunan jalan di beberapa desa di desa Mandosawu seperti Weri Waso, Alang dan Tango Lawa. Yohanes Jelaut, pimpinan CV Kali Kassa, menanggapi keluhan warga Desa Ojang tiga pekan lalu dan berjanji akan mengunjungi lokasi proyek. 

"Kalau batu yang ditata kurang bagus akan kami robohkan. Begitu juga dengan batu bekas akan kami ganti dengan batu gunung hitam," kata Yan seperti dikutip Sorotntt.com. " Namun, AS mengatakan kepada Floresa bahwa janji tersebut belum terpenuhi dan para pekerja telah kembali ke desa masing-masing. Yonas Nebo, lulusan Teknik Sipil Universitas Yogyakarta yang berbicara kepada Floresa, Jumat, 27 Oktober, mengkritik proyek Lapen. Setelah melihat beberapa foto kondisi di Lapung, dia mengatakan seharusnya warga Kampung Ojang berhak mendapatkan jalan yang lebih layak jika memperhitungkan besaran anggarannya. Yonas mengatakan, jalan tersebut sebaiknya ditanami batu, ditaburi pasir, kemudian digerus dengan alat berat. Setelah itu, katanya, dituangkan base oil untuk merekatkan batu dan pasir, lalu di atasnya diberi kerikil hitam dan aspal sebelum digulung kembali. Ia juga mengangkat pentingnya membangun selokan di sepanjang tepi jalan. Jika tidak, kata dia, otomatis air tersebut terbawa air hujan saat musim hujan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun