Mohon tunggu...
Flavianus Okto Nakas
Flavianus Okto Nakas Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

You must study harder!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuatnya Pengaruh Figur Otoritas terhadap Manusia

19 November 2022   17:26 Diperbarui: 19 November 2022   17:52 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu kepatuhan dan otoritas?

     Istilah kepatuhan atau  yang biasa disebut dalam bahasa Inggris yaitu "obedience" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu "obedire" yang berarti "untuk mendengar terhadap". Kepatuhan (obedience) merupakan sebuah perbuatan atau perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk menerima, mematuhi, dan mengikuti perintah atau permintaan orang lain (yang biasanya memiliki posisi yang mempengaruhi) dengan penuh kesadaran. kepatuhan juga diartikan sebagai  pemenuhan, mengalah tunduk dengan kerelaan; rela memberi menyerah, mengalah; membuat suatu keinginan konformitas sesuai dengan harapan atau kemauan orang lain. Lalu apa yang dimaksud dengan otoritas? Secara singkat, otoritas dapat didefinisikan sebagai hak untuk meminta dan menerima kepatuhan.

    Kepatuhan dapat dinilai baik ketika hal yang dilakukan menjurus atau mengarah kepada tindakan yang benar atau tidak menyimpang dari aturan-aturan dan norma-norma yang telah ada. Tetapi kepatuhan dapat dinilai sebaliknya jika perbuatan yang dilakukan mengarah kepada tindakan yang menyimpang dari aturan dan norma. Dalam topik ini, kita akan membahas tentang dampak buruk yang terjadi ketika mematuhi figur otoritas.

    Banyak peristiwa besar sejak dulu hingga sekarang yang menyimpang dari norma-norma yang telah disepakati bersama baik dalam lingkungan kecil maupun lingkungan luas yang mencakup dunia dengan  alasan mengikuti perintah pemimpin atau kepatuhan terhadap otoritas. Salah satu peristiwa besar yang terjadi adalah Holocaust, yaitu pembantaian dan tindakan penganiayaan terhadap 6 juta orang Yahudi Eropa oleh rezim NAZI Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya. Tokoh yang berperan penting dalam peristiwa ini adalah Adolf Eichmann berpangkat letnan kolonel di  angkatan darat Jerman. Adolf Eichmann ini diberi perintah oleh letnan jenderal Reinhard Heydrich untuk mengumpulkan data dan mengatur deportasi orang-orang Yahudi dari kota-kota Eropa yang berbeda. Pada saat itu Adolf mengatur pertemuan antara atasannya Reinhard dan kepala atau orang penting Jerman lainnya dengan tujuan berdiskusi tentang nasib orang Yahudi yang tinggal di Jerman, Eropa. Hasil pertemuan itu adalah memusnahkan orang Yahudi di Jerman dengan menggunakan gas beracun dan metode lainnya. Ketika peristiwa itu telah terjadi, Adolf ditangkap dan diadili. Dalam proses pengadilan, ketika ditanya tentang alasan pembantaian itu, Adolf menjawab bahwa dia hanya menjalankan perintah dari atasan. Dari peristiwa ini sangat jelas bahwa kepatuhan terhadap figur otoritas sangatlah membawa hal buruk karena tindakan yang dilakukan sangatlah kejam dan keji.

    Tidak terlepas dari kejadian di atas, peristiwa besar juga terjadi di Indonesia yang sekarang persidangannya masih berlangsung yaitu peristiwa pembunuhan Brigadir Jhosua. Kejadian ini berkaitan dengan erat  dengan topik yang dibahas tentang adanya kepatuhan terhadap figur otoritas yakni ajudan pribadi Ferdi Sambo yang melaksanakan perintah untuk menembak rekan sendiri. Peristiwa ini sangat menarik perhatian masyarakat karena terjadinya pembunuhan berencana yang didalangi oleh Ferdi Sambo serta kelicikan yang kejam dalam membalikan kasus ini seolah-olah korbanlah yang mengawali peristiwa besar ini. Tetapi, yang menjadi daya tarik saya dalam kasus ini ialah seorang Bharada yang mematuhi dan tidak bisa menolak perintah atasannya sehingga dia tega untuk melakukan tindakan kejam yang menimpa rekannya.

      Dari kedua contoh peristiwa diatas, figur otoritas sangat berpengaruh sehingga yang menjalankan perintahnya dapat melaksanakannya dan seperti melawan hati nurani untuk melakukan hal-hal kejam tersebut. Pada tahun 1961, seorang profesor Psikologi dari Universitas Yale yang bernama Milgram melakukan eksperimen yang dikenal sebagai Percobaan Kepatuhan Kepada Otoritas untuk mencari tahu sejauh mana orang-orang akan mematuhi sosok/figur otoritas ketika diperintah untuk melakukan atau melaksanakan suatu tindakan yang berlawan dengan hati nurani dan berbahaya. Percobaan yang dilakukan oleh Milgram tidak terlepas dari peristiwa yang  dilakukan oleh Adolf Eichmann dan memang eksperimen ini didasari oleh hal tersebut. Eksperimen ini menerangkan secara jelas tentang sisi gelap manusia yang tega melakukan hal kejam dibawah dorongan figur otoritas meskipun berlawanan dengan hati nurani tanpa membedakan antara perempuan dan laki-laki yang berarti semua manusia sama saja.

       Dari contoh-contoh kepatuhan terhadap figur otoritas di atas hingga hasil eksperimen yang didapatkan oleh Milgram tentunya memberikan jawaban yang kuat tentang seberapa besar pengaruh figur otoritas terhadap manusia. Pada kasus pembunuhan Brigadir Jhosua, sebenarnya ajudan yang disuruh oleh Ferdi Sambo memiliki hati nurani untuk menolak perintah itu tetapi karena kuatnya pengaruh otoritas dari sang pemimpin maka hati  nurani dari si penembak dikuasai oleh kepatuhan kepada figur otoritas yang menyebabkan terjadinya penembakan. Sebenarnya apa yang membuat manusia mematuhi figur otoritas, apakah orang yang diperintahkan takut dibunuh? Atau apakah ada hal lain yang mengalahkan hati nurani dari orang yang diperintahkan untuk melakukan apa yang perintahkan oleh figur otoritas? Setelah melakukan eksperimen pada tahun 1961, Milgram membuat sebuah tulisan yang berjudul "Behavioral Study of Obedience", yang dimuat dalam journal of abnormal and social psychology pada tahun 1963 yang menyebutkan bahwa:

  • Individu pada umumnya cenderung untuk mengikuti perintah dari figur yang memiliki otoritas. Adanya kepatuhan ini mengakibatkan individu dapat melakukan hal-hal yang tidak etis sesuai otoritas atasannya.
  • Kepatuhan terhadap otoritas sudah ada dalam diri manusia sejak manusia tersebut dilahirkan.
  • Individu cenderung mematuhi perintah karena ia memang tahu bahwa hal itu perlu/benar, namun ada juga individu yang melakukan perintah itu karena paksaan atau karena adanya suatu keyakinan bahwa yang bertanggung jawab terhadap perilaku kepatuhan adalah sumber otoritas bukan pada individu yang melakukannya.

Lalu berdasarkan penelitiannya Milgram juga mengemukakan tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu:

  • Pengawasan. Salah satu faktor yang jelas mempengaruhi kepatuhan seseorang adalah kehadiran tetap atau pengawasan dari seorang peneliti. Bila peneliti meninggalkan ruangan tersebut dan memberikan intruksinya, misalnya lewat telepon, kepatuhan akan menurun. Terkait dengan faktor yang pertama ini, pada kasus pembunuhan Brigadir Jhosua juga dilakukan oleh rekannya sendiri terjadi karena Ferdi Sambo sebagai figur otoritas berada di TKP mengawasi berlangsungnya penembakan sehingga si penembak menjadi lebih patuh terhadap perintah.
  • Kekuasaan dan ideologi. Faktor penting yang dapat menimbulkan kepatuhan sukarela adalah penerimaan seseorang akan ideologi yang mengabsahkan kekuasaan orang yang berkuasa dan membenarkan intruksinya. Lalu faktor yang kedua ini juga dilihat dari tingkat atau pangkat dari Ferdi Sambo yang merupakan seorang Jenderal jadi si penembak merasa bahwa pemberi perintah lebih tahu tentang tujuan penembakan sehingga terjadinya penembakan.
  • Daya pengaruh situasi. Situasi atau kondisi yang ada di sekitar seseorang juga dapat mempengaruhi kepatuhan. Terkait dengan faktor yang ketiga ini, pada saat penembakan, Ferdi Sambo selaku pemberi perintah sedang memegang senjata pula sehingga orang yang diperintahkan untuk menembak melakukan penembakan karena takut terjadi hal buruk padanya yaitu bisa saja pemberi perintah melakukan penembakan terhadapnya juga.

Berdasarkan beberapa faktor yang telah disampaikan oleh Milgram sedikit memberikan kita jawaban tentang mengapa kepatuhan itu bisa terjadi. Kepatuhan terhadap figur otoritas bisa terjadi kepada siapa saja tergantung situasi. Jadi, figur otoritas sangat berpengaruh besar bagi manusia berdasarkan pengalaman peristiwa besar yang telah terjadi. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani dan akal budi, mari kita berhati-hati  dengan semua hal yang berpotensi untuk dapat dipengaruhi oleh figur otoritas, kecuali kita bekerja sendirian.

Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun