Mohon tunggu...
TEGUH HARIYANTO
TEGUH HARIYANTO Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STAI Kharisma Sukabumi

Teguh Hariyanto, M.Pd., adalah seorang akademisi dan penulis yang tengah menempuh pendidikan S3 di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dengan keahlian di bidang pendidikan, ia aktif melakukan penelitian untuk mengembangkan teori dan praktik pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Selain mengajar dan meneliti, Teguh juga memiliki hobi menulis, dan karyanya sering dipublikasikan di berbagai media. Ia juga merupakan pembicara yang sering diundang di seminar-seminar akademik, di mana ia berbagi wawasan tentang pendidikan, pengembangan sumber daya manusia, dan inovasi di dunia pendidikan. Sebagai seorang pendidik, ia berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

HGM 2024, Kesejahteraan Mental dan Keseimbangan Kerja Guru Menuju Indonesia Emas

25 November 2024   06:32 Diperbarui: 25 November 2024   08:19 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. H. Mulyawan Safwandy Nugraha, M.Ag., M.Pd sumber(dokumen pribadi)

Guru memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa. Mereka membentuk generasi muda yang akan memimpin. Beban pekerjaan guru sering kali sangat berat. Tuntutan administrasi menambah tekanan yang mereka alami. Akibatnya, banyak guru merasa kelelahan mental. Kondisi ini memengaruhi kualitas mengajar mereka di kelas. Oleh karena itu, kesejahteraan mental guru harus menjadi prioritas utama.

Pemahaman tentang work-life balance sangat penting bagi guru. Mereka harus memahami pentingnya keseimbangan hidup dan kerja. Keseimbangan ini kunci untuk menjaga produktivitas. Ketidakseimbangan kerja dapat memicu kelelahan kronis. Guru perlu didorong untuk memahami dampak ini. Institusi harus memberikan edukasi terkait keseimbangan hidup. Langkah ini membantu guru memahami dan menerapkannya.

Guru juga perlu mengenali penyebab utama stres mereka. Beban administrasi menjadi salah satu pemicu utama. Tuntutan dari siswa dan orang tua juga berat. Waktu pribadi mereka sering terabaikan karena pekerjaan. Dengan memahami sumber stres, solusi bisa dicari. Institusi perlu membantu guru mengelola penyebab stres. Pendekatan ini akan meningkatkan kesejahteraan guru secara signifikan.

Manajemen waktu menjadi keterampilan penting bagi guru. Mereka harus mampu membuat prioritas kerja jelas. Tugas yang berdampak besar perlu didahulukan. Teknik time-blocking membantu alokasi waktu lebih efektif. Guru juga harus belajar mendelegasikan tugas tertentu. Pembagian beban kerja ini mengurangi tekanan secara signifikan. Dengan manajemen waktu yang baik, produktivitas akan meningkat.

Produktivitas tidak berarti harus bekerja terus-menerus. Banyak guru salah mengartikan konsep kerja keras. Mereka harus memahami konsep diminishing returns. Istirahat cukup justru dapat meningkatkan fokus kerja. Guru juga perlu diberikan waktu untuk jeda. Kreativitas dan efisiensi akan meningkat setelah istirahat. Institusi harus mendukung guru dalam menjaga ritme kerja ini.

Pelatihan pengelolaan stres sangat dibutuhkan oleh guru. Mereka perlu dilatih teknik mindfulness yang praktis. Meditasi dan olahraga ringan membantu menjaga keseimbangan. Aktivitas ini efektif meredakan tekanan pekerjaan sehari-hari. Sosialisasi dengan rekan kerja juga sangat penting. Guru perlu saling berbagi pengalaman dan mendukung. Ini menciptakan solidaritas yang memperkuat kesejahteraan kolektif.

Institusi pendidikan harus memberikan dukungan sistematis bagi guru. Mereka perlu menciptakan ruang kerja yang nyaman. Beban administrasi harus diminimalkan dengan digitalisasi sistem. Program kesejahteraan guru, seperti konseling, harus disediakan. Dukungan ini menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Guru merasa dihargai dan fokus pada tugas utama. Kesejahteraan guru berkontribusi langsung pada kualitas pendidikan.

Praktik nyata work-life balance harus ditunjukkan kepada guru. Ahli dan praktisi yang berhasil dapat berbagi pengalaman. Mereka dapat memberikan inspirasi langsung kepada para guru. Guru juga harus belajar menetapkan waktu pribadi mereka. Contoh kecil seperti "me-time" setiap minggu membantu. Guru perlu menyadari pentingnya waktu untuk diri sendiri. Institusi harus mendorong budaya keseimbangan kerja-hidup ini.

Percakapan terbuka tentang tantangan kerja guru harus difasilitasi. Forum diskusi dapat menjadi ruang untuk berbagi. Guru dapat mengungkapkan kebutuhan mereka secara langsung. Institusi perlu mendengar dan merespons dengan solusi nyata. Pendekatan ini menciptakan hubungan saling mendukung antara guru dan institusi. Guru merasa didengar, dihargai, dan lebih termotivasi. Langkah ini penting untuk menciptakan sistem kerja yang ideal.

Presiden Prabowo Subianto diharapkan memberi perhatian lebih pada guru. Sebagai pemimpin, beliau dapat memprioritaskan kesejahteraan guru. Kebijakan pro-guru harus menjadi bagian dari agenda besar. Dukungan kepada guru adalah investasi untuk Indonesia Emas. Pendidikan yang kuat membutuhkan guru yang sejahtera. Dengan dukungan penuh dari pemerintah, guru dapat berkontribusi maksimal. Semoga Presiden Prabowo membawa perubahan nyata untuk guru Indonesia.



Oleh:
Dr. H. Mulyawan Safwandy Nugraha, M.Ag., M.Pd
Ketua Dewan Pendidikan Kota Sukabumi
Direktur Research and Literacy Institute
Dosen Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun