Mohon tunggu...
Firman Kurniawansyah
Firman Kurniawansyah Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Surabaya

Pengajar di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lukisan Cat Air Brasil

3 April 2016   05:30 Diperbarui: 25 Juli 2016   07:09 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karya tersohor sering dihasilkan dari suatu spontanitas saja. Seperti halnya sebuah komposisi ciptaan seniman musik dari Negeri Samba, Ary Evangelista Barroso. Suatu malam sekitar pertengahan 1939, Barroso dan istrinya berkeinginan untuk pergi melihat-lihat gemerlap Kota Rio De Janeiro. Kesibukan sehari- hari sebagai ahli hukum dan pengisi tidak tetap acara musikal untuk radio-radio lokal di Rio telah membuat fisik dan batinnya lelah. Tetapi, kala itu apa yang dimaksud tidak kesampaian karena hujan lebat mengguyur areal Carioca sejak sore hari. Hujan tak kunjung reda membuat Barroso pun berdiam di rumah, ditemani istri dan saudara-saudara iparnya. 

Sembari saling melempar canda dengan keluarga, Barroso menangkap suara – suara dari gemericik hujan membasahi pepohonan di sekitar rumahnya sebagai inspirasi akan kekayaan Alam Amazonia. Secara sentimental pula, Barroso menganggap apa yang ditemui sebagai sebuah lukisan air hadiah dari Tuhan untuk menenteramkan kebosanan dalam hatinya. Segera Barroso beranjak dari tempat duduk, dirangkai irama kata dan nada, serta dikutak-katik piano tempat ia biasa menghibur diri. Dalam tempo singkat, tumpahan kekaguman Barroso terwujud dalam lantunan rampak yang ia beri nama Aquarela do Brasil, atau Lukisan Cat Air Brasil.

Akan tetapi, cerita manis Aquarela do Brasil tidak serta merta terjadi setelah lagu itu dilepas di pasaran. Saat awal-awal diperkenalkan, lagu ini hanya mendapat tempat di pertunjukan-pertunjukan setempat, tanpa mampu menembus kalangan elit seniman secara nasional. Lagu tentang Lukisan Brasil kerap dituding sebagai titipan dari Getulio Vargas, Penguasa Brasil yang saat itu sangat otoriter. Secara kebetulan memang, lagu tersebut sering dipakai oleh Pihak Pemerintah Brasil dalam kampanye maupun promosi berbagai kegiatan untuk melanggengkan kekuasaan. Dan lazim pula, penguasa diktator umumnya punya kebiasaan untuk memakai atribut fanatisme kelewat muluk terhadap golongan atau partai politik tertentu, ditambah bumbu nasionalime dalam menjalankan kebijakan sehari-hari. Sudah barang tentu, semua suara miring tersebut dibantah oleh Barroso yang bersikeras bahwa karya tersebut diilhami sepenuhnya dari pengalaman pribadi.  

Bintang terang mulai tampak dari Aquarela do Brasil, saat Perang Dunia II pecah. Untuk mengimbangi propaganda yang dilakukan oleh Pihak Poros (Axis) pimpinan 3rd- Reich di Jerman, dunia industri hiburan Amerika Serikat turut aktif dalam membuat film-film bertemakan persahabatan antara negara-negara Amerika Utara dan Amerika Tengah - Selatan (Latin). Seniman film kartun di Disney kemudian membuat Film Saludos Amigos (1942), yang bercerita tentang perjalanan wisata tokoh-tokoh kartun Disney ke Amerika Latin; Peru, Chile, Argentina dan Brasil. Dalam screenplay yang menggambarkan Brasil, lagu Aquarela do Brasil terpilih menjadi soundtrack pengiring adegan. Selepas Saludos Amigos, karya Barroso menjadi terkenal, menyebar ke banyak negara di seluruh dunia. Lagu Lukisan Cat Air Brasil diputar berkali-kali di radio-radio sebagai sarana hiburan penurun tensi dari masa – masa penuh gejolak selama perang besar berkecamuk. Seusai Perang Dunia II, lagu ciptaan Barroso tetap populer, bahkan direkam ulang oleh ratusan artis penyanyi dan grup musik dalam berbagai bahasa. Di acara-acara rakyat, seperti halnya Carnaval do Brasil, atau saat Selecao tim nasional sepakbola Brasil bertanding, Aquarela do Brasil sering dinyanyikan beramai-ramai sebagai lagu nasional, setara dengan Lagu Kebangsaan Himno Nacional Brasilero.

Aquarela do Brasil rekaaan Barroso ini disamping menarik, juga mengandung banyak pesan. Di dalam rangkaian nada rancak yang kemudian digolongkan dalam genre Samba Exaltacao tersebut, Barroso mengungkap harapan tentang kehidupan yang egalit dimana semua ras, baik kulit putih maupun berwarna hidup berdampingan dalam harmoni alam raya. Pesan Barroso ini sangat kuat menembus perjalanan waktu, karena sekalipun dipopulerkan pula oleh pihak-pihak lain dengan berbagi warna, versi asli Aquarela do Brasil masih tersimpan abadi dalam ingatan para pecinta seni di seluruh dunia. Artis papan atas Hollywood era 50-60-an seperti Bing Crosby, Rosemary Clooney atau Frank Sinatra, misalnya, sempat mengusung adaptasi Aquarela do Brasil dalam Brazil yang lebih romantis berisi tentang kerinduan asmara seorang pengembara. Tetapi bagi kalangan orang kebanyakan, versi-versi turunan tersebut tidak terlalu berkesan dan belum sanggup menggusur versi asli milik Barroso. Aquarela do Brasil yang asli memang lebih humanis, berisi hakikat kehidupan manusia yang selalu ingin hidup damai bahagia, berpadu pujaan akan keindahan lukisan alam hasil coretan mengagumkan dari Tuhan Sang Maha Kuasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun