Pelatihan ini merupakan kegiatan Abdimas yang diprakarsai oleh Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd, dosen tetap PGSD Universitas Kristen Petra. Bersama dengan keenam mahasiswa angkatan 2022, dosen tersebut memenuhi kewajibannya terhadap masyarakat. Abdimas dilakukan di SDTK Pelita Permai sangat membutuhkan guru Bahasa Inggris. Bagi mahasiswa, mengajar di sekolah yang sebenarnya merupakan pengalaman yang sangat berharga. Selain itu, kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat yang membutuhkan. Secara keseluruhan paket kegiatan Abdimas mulai dilakukan pada tanggal 25 April 2024 sampai dengan 6 Juni 2024.Â
Ada tiga tahap kegiatan, yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Dosen banyak berperan dalam ketiga tahap tersebut. Pada tahap persiapan dosen mendiskusikan jadwal mengajar dengan pihak kepala sekolah. Pada saat itu kebutuhan sekolah betul-betul diidentifikasi. Pendampingan dilakukan agar mahasiswa dapat mempersiapkan materi dan mental. Pada waktu pelaksanaan dosen memberikan pengarahan, baik berupa saran maupun contoh agar proses belajar mengajar berjalan lancar. Dosen juga memberikan saran kepada kepala sekolah berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bahasa Inggris para murid. Pada tahap evaluasi, dosen memberikan umpan balik sehingga mahasiswa memahami kesalahan mereka. Mahasiswa juga membuat refleksi atas kegiatan mereka.Â
Enam mahasiswa mengajar di dua kelas berbeda tingkat. Tiga mahasiswa bernama Riani Larosa, Berkat Seiman Gea dan Arta Gulo mengajar di kelas 4 SD. Tiga mahasiswa lainnya bernama Che-Che Chuan Racwelling Manu, Yesaya Widya dan Maros Marlin Lodo mengajar di kelas 2 SD. Dosen mendampingi mahasiswa secara bergantian dalam bentuk mengajar dan memberi solusi jika diperlukan.Â
Mahasiswa serius mempraktekkan teori yang mereka dapatkan di bangku kuliah. Mahasiswa mengajar bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan. Teori yang banyak dipakai, diantaranya dari kelas Pembelajaran Bahasa Inggris SD dan Manajemen Kelas. Ternyata penerapan teori tidak semulus yang dibayangkan karena adanya kendala-kendala berikut.Â
Pertama, kurangnya pengetahuan tentang tata bahasa dan kosa kata bahasa Inggris mahasiswa. Kedua, kurangnya fasilitas kelas sekolah tersebut. Ketiga, adanya beberapa murid yang kesulitan berkonsentrasi di kelas.
Bekaitan dengan ketiga kendala tersebut, ada hal positif yang muncul. Mahasiswa menyadari akan kekurangan mereka dan bertekad untuk belajar bahasa Inggris dengan lebih serius lagi. Mereka juga berusaha mengajar dengan lebih menyenangkan lagi sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan lebih serius.Â
Usaha yang lebih keras ternyata membuahkan hasil. Para siswa lebih menikmati proses belajar mereka. Akhirnya, mereka kelihatan berat berpisah dengan para mahasiswa. Mahasiswa juga merasakan hal yang sama. Ada ketegangan tetapi ada juga kebahagiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H