"Kesedihan itu, mau kamu pakai atau mau kamu lepaskan, itu terserah kamu sendiri. Mungkin dengan cara itu kamu bisa menghargai dirimu sendiri."
"Bagaimana cara melepaskan kesedihan itu, Pak De?"
"Patah hati? Ayo dijogetin (dengan musik)."
***
Satu dialog mendiang Lord Didi Kempot, sang Godfather of Broken Heart, dengan Jatmiko (Bhisma Mulia) di akhir-akhir film Sobat Ambyar. Film yang disutradarai oleh Charles Gozali dan Bagus Bramanti.
Selain sebagai pemeran dalam film, Lord Didi pun menjadi sutradara. Film ini diangkat dari perspektif penggemar campursari The Godfather of Broken Heart, Sobat Ambyar.
Itu dulu sebagai pengantar umum film. Ini bukan review film, hanya sekelumit percakapan. Jadi Anda bisa membacanya sebelum menonton filmnya. Namun biar lebih ambyar, baiknya kamu nonton, apalagi bagi yang sedang patah hati, siap-siap hatimu tambah remuk.
Sebagai dialog penutup, adalah juga sebagai simpulan film Sobat Ambyar: bagaimana musik juga bisa berperan dalam mengubah perasaan batin kita yang terdalam; apakah berusaha untuk tetap tercabik-cabik atau disusun kembali isi hati kita, setelah itu tergantung pendengar.
Terkadang saat patah hati lagu yang mendayu-dayu ikut membantu menghancurkan seluruh semesta kenangan bersamanya. "Ini lagu sangat-sangat mewakili perasaanku," kata seorang teman yang sedang ambyar.
Di posisi patah hati, lagu yang didengar seakan adalah penggambaran keseluruhan perasaan kita--seolah-olah lagu yang diciptakan diperuntukkan untuk dia yang sedang remuk hatinya. Kenapa bisa demikian?