Saya akan sedikit bercerita tentang beberapa waktu lalu ketika saya balik ke kampung. Agenda saya kali ini bukanlah agenda untuk memberikan pengalaman pada tubuh tentang rasa-ruang alami desa. Pulang kampung kali ini merupakan agenda pertanian; membantu menanan padi di sawah. Pikir saya ini akan sangat ramai karena dalam tradisi kerja sawah di desa adalah dengan memanggil banyak pekerja untuk menanam. Karena banyaknya pekerja, cerita yang diperoleh-pun beragam. Saya selalu tertarik dengan cerita-cerita demikian. Â
Tentunya untuk bekerja di desa, kerumitan untuk pekerja memperoleh kerja tidak seperti di kota dengan lamaran atau sejenisnya. Di desa jenis kerjanya adalah kerja-sosial.
Katakanlah pemilik tanah dan pekerja, pekerja tidak mencari dan meminta-minta kerja pada pemilik tanah namun pemilik tanahlah yang menawarkan pada pekerja. Yang dimaksud dengan kerja-sosial adalah biasanya pemilik objek kerja (sawah) mencari pekerja yang dekat dengannya; entah keluarga ataupun jaringan perkawanan.Â
Meskipun di desa, dalam relasi kerja antara pemilik tanah dan pekerja berubah tidak seperti relasi sosial sebelumnya saat tidak diikat dengan upah. Pemilik tanah dalam ikatan jam kerja (jam 7 sampai jam 5 sore) bisa memerintahkan pekerja sekalipun dia adalah keluarganya.
Kerja yang saya bayangkan dengan banyak pekerja di sawah, saat sampai paginya di sawah, hanya terdapat dua orang dengan mesinnya untuk menanam benih padi. Mesin penanam padi yang dua kali lipat lebih murah diupah dan berkali-kali lipat lebih cepat kerjanya.Â
Nama robot penanam benih padi ini PROQUIP. Meskipun tetap melibatkan manusia dalam operasinya, namun ada kerja kongkrit manusia yang dicurahkan di sawah yang dikurangi. Yang disayangkan adalah jenis kerja-kerja yang membentuk hubungan sosial antar pekerja telah tergantikan. Belum juga pekerja yang digantikan kerjanya oleh mesin yang hanya dimiliki oleh segelintir yang punya uang.
Ini yang saya maksud desa dan kota tidak bisa dibedakan dalam 360 derajat. Corak kerja yang semakin berubah membuat hubungan sosial akan terus berubah. Corak kerjanya akan mengikuti pola wilayah perkotaan yang terus diulang-ulang oleh iklan di layar televisi.
Saya pikir kita akan sepakat bahwa esensi dari desa itu bukanlah soal infrastruktur yang masih kurang. Tapi dimensi kolektifnya dalam hubungan sosial antar warga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H