Mohon tunggu...
Fajar Hidayat
Fajar Hidayat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

ku harapkan ketetapan dalam hatiku sebuah kalimat yang kekal abadi,,dan menjadi penguat dalam hidup dan matiku " laaillaha ilallah ",.., ku tak ingin d'kenal bukan karena aku fajar..tapi karena ini aku,..,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tujuan Semua Agama Sama

11 November 2010   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:42 2297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Para penganut agama dan para pembaca sekalian, marilah kita bersama-sama berpikir dan merenung bagaimana pentingnya arti hidup damai dalam dunia ini.

Orang yang cinta damai, di mana saja akan disambut lainnya. Dari dirinya dulu cinta damai, barulah bisa menjadikan orang lain juga cinta damai. Dari dirinya dulu rendah hati, barulah bisa hidup berdampingan dengan orang lain. Kita harus bisa tenang terlebih dahulu, baru bisa meminta orang lain tenang. Orang yang cinta damai, lebih bermanfaat daripada orang-orang yang berpendidikan tinggi tetapi tidak cinta damai.

Orang yang dalam melakukan segala sesuatunya selalu mengikuti nafsunya, urusan yang baik akan menjadi jelek, karena yang diingat itu hanyalah kesalahan orang lain saja.

Orang yang cinta damai dapat memandu kebaikan dari segala permasalahan. Orang yang cinta damai tidak akan banyak curiga terhadap orang lain.

Hanyalah orang yang tidak damai batinnya yang selalu mencurigai orang lain, sehingga dirinya tidak akan tenang, juga tidak inginkan orang lain dapatkan ketenangan.
Dan tujuan agama sama semua ingin cintadamai, tetapi hanya karna mereka tidak mengetahui tujuan agama nya sendiri yang melakuakan hal tidak wajar, andaikan mereka mengetahui pasti mereka tidak akan melakuakan hal yang tidak baik demikian.
dan karna itulah salah satu kehidupan yang harus kita semua lalui, hidup hanya sekedar sandiwara belaka tinggl kita yang menentukan mau baik atau yang buruk.
Janganlah suka menyerang orang lain yang tidak seakidah;  juga suka menyombongkan agama kalian dengan merendahkan dan menghina agama lain,,"Sesat? Sesat menurut siapa? Apa kriteria kesesatan itu?
Manusia sama sekali tidak boleh sesat menyesatkan sesamanya. Itu hak prerogatif Allah,..,
kalau menentukan seseorang itu sesat atau tidak itu hak prerogatif  Allah, maka hanya Allah-lah yang berhak untuk menghukumi orang-orang yang sesat itu. Karena kalau manusia yang melakukannya, maka apa haknya? Dari siapa wewenang itu berasal? Maka dari itu, Rasulullah dulu tidak pernah memaksa orang untuk memeluk agama Islam karena Allah sendirilah nanti yang akan menghukuminya kalau tidak ikut nabi"
Pepatah mengatkan "'ambilah ilmu itu walaupun itu keluar dari mulut seorang munafik"
Bisa dibayangkan kalau mereka selain melabeli orang lain sesat juga menghukumi orang itu karena mereka telah 'sesat'. Saya yakin tidak ada lagi manusia yang hidup tenteram dan bahagia di dunia ini. Karena setiap orang akan memandang curiga orang lain. Karena setiap orang akan memusuhi orang lain. Karena setiap orang akan memandang orang lain sebagai sesat dan tidak layak untuk menempati surga. Kalau itu terjadi, maka itu akhir dari kemanusiaan itu sendiri. Manusia baru disebut manusia ketika mereka berbeda satu sama lainnya. Mengapa? Karena manusia memang dilahirkan berbeda. Siapa yang telah membuat mereka berbeda? Jawabnya ialah Allah sendiri. "Lalu karena kita dilahirkan berbeda, maka kita harus menghormati perbedaan itu. Kalau kita ini manusia, maka kita harus merasa terpanggil dengan ayat tadi karena ayat tadi memanggil manusia dan bukan selainnya. Kita diciptakan berbeda dan harus saling kenal mengenal. Siapa saja yang tidak melakukan itu berarti dia itu bukan manusia. Bisa saja monyet atau kambing; yang jelas bukan manusia karena ayat itu dengan jelas memanggil manusia bukan selainnya.
Pikirkanlah. Apakah kita sudah menjadi seorang yang cinta damai?

Marilah kita renungkan masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun