Hari menjelang siang dan cuaca begitu panas. Matahari seakan menampar wajah dan membakar kulit. Membuat kepala pusing dan kulit kemerahan. Deru mesin bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) ditambah asap knalpot membuat suasana hari itu semakin panas. Terlihat beberapa calon penumpang bus AKAP tujuan Balaraja, Karawaci, Serang, Cilegon, Merak, Labuan, Rangkas Bitung, dsb memadati area terminal bayangan Kebon Jeruk, Jakarta. Mereka menunggu kedatangan bus AKAP yang akan mengantarkan para penumpang ke tempat tujuan. Namun, bus yang dinantikan para penumpang tidak dapat melewati jalur dikarenakan salah satu bus dengan nama AP tujuan Merak menutupi jalur tersebut. Para penumpang semakin resah. Keresahan tersebut semakin meningkat sebab beberapa calo bus AP terus membujuk para penumpang. Semakin lama bujukan tersebut terdengar semakin memaksa. Bahkan nada bicara para calo terdengar seperti preman. Mereka terus memaksa para penumpang, mereka terus mempromosikan bus AP dan menjatuhkan bus-bus yang lain. Mulai dari menjanjikan bus segera berangkat hingga pemotongan tarif bus mereka lakukan demi membujuk para calon penumpang. Pemblokiran jalur oleh bus AP dan wajah para calo bus AP yang mirip preman tersebut membuat suasana menunggu para calon penumpang terasa semakin mencekam. para calo tersebut juga melarang bus AP untuk berangkat terlebih dahulu meski antrian bus lain semakin panjang. Salah satu calon penumpang yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan alasan mengapa tidak berkenan menumpang bus AP meskipun tujuannya adalah Merak karena beliau terbiasa menumpang bus BS yang lebih tertib dibandingkan bus AP. Sebagai calon penumpang, mereka tentunya memiliki hak untuk memilih bus apapun. Namun, tindakan para calo yang memaksa membuat hak para calon penumpang seakan-akan hilang dan tidak memiliki pilihan lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H