Kali ini Gubernur  DKI yang berhasil mengalahkan Ahok dalam pilkada DKI 2017 itu, hadir  lengkap dengan seragam dinas. Yang menarik adalah Anies tetap berusaha  keras agar tak tampak pro gerakan ini. Karena Anies juga jika tak  datang, dia akan di cap sebagai kacang lupa kulit, sebaliknya jika  datang ada sebagian warga Jakarta yang akan menganggap Anies  memprioritaskan pada gerakan Islam yang radikal, punya agenda kampanye  terselubung dan seterusnya.
Anies tak  kurang akal, patut diapresiasi karena kehadirannya justru membawa tema  Gubernur milik bersama yang akan memamerkan capaian-capaiannya. Tampil  netral, tapi implisit ingin tetap tak ingin kehilangan dukungan utama  massa yang memilihnya.
- Memakai baju Dinas -  plus Peci, baju dinas memang baju yang netral. Kalau dia memakai baju muslim maka keberpihakan muslim dengan golongan pro-212 akan kental. Tentu akan menyulitkan  jika nanti berhadapan dengan massa muslim yang kontra. Maka pilihan yang cerdas dengan kostum dinas dengan sedikit identitas peci, sebagai muslim Indonesia.
- Capaian kerja sebagai Gubernur, tentu yang dibanggakan adalah rumah dengan uang muka alias down payment (DP) nol rupiah, menutup tempat maksiat, dan menghentikan proyek pulau reklamasi. Bicara hasil kerja, memang lebih aman daripada bicara kampanye negatif tanpa data valid
- Bicara Sampah dari acara Reuni 212, nah sampah tentu jadi sorotan. Karena kalau sampai mengganggu warga yang tak pro 212 ini preseden buruk. Karena hanya akan dicemooh kegiatan ini hasilnya hanya sampah yang menggunung. Maka, gubernur Anies buru-buru membandingkannya dengan penyelenggaraan acara Tahun Baru. Sampah dari kegiatan Reuni 212 ini "hanya" sekitar 200 ton yang dibersih sekitar 4 jam. Sehingga memang cukup enteng dibandingkan dengan sampah tahun 2018 yang mencapai sekitar 790 ton.
- Melayat peserta Reuni 212 yang meninggal, umur manusia memang siapa yang tahu. Semangat peserta, kadang tak sejalan dengan kekuatan tubuh apalagi medan yang disemuti padatnya manusia. Terpisah rombongan, dan kelelahan sangat membuat M. Idris, Ketua RW 08 di wilayah Kampung Melayu akhirnya meninggal dunia. Anies Baswedan, sudah selayaknya sebagai gubernur warganya untuk membantu. Bahkan karena meninggalnya di hari spesial. Anies menjanjikan,"Seluruh pemakaman hingga tuntas dibantu oleh  Pemprov, jadi kita ingin keluarga tidak terbebani oleh peristiwa yang  terjadi mendadak ini," kata Anies.
Alih-alih ikut menonjolkan bahwa Anies adalah bagian dari gerakan 212, Anies memilih tidak melakukannya eksplisit. Tugasnya memang berat, kontroversi dan tuntutan kualitas kepemimpinannya memang sering dikritik. Sehingga, memang beresiko bagi namanya, nama gerakan 212 sendiri, bahkan Prabowo-Sandi sendiri, jika mengutamakan simpol dibandingkan prestasi.
Menjadi "Bapak" bagi warga Jakarta saja adalah perjuangan. Di tengah badai kritik, gubernur Anies akan terus di asah, pilihannya apakah janji-janjinya nanti terbukti membawa perubahan positif bagi Jakarta atau sebaliknya hanya memuluskan agenda sesaat kubu yang mendorongnya maju jadi Gubernur dahulu. Sejarah akan mencatat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H