Mohon tunggu...
Sigit Santoso
Sigit Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Peduli bangsa itu wajib

fair play, suka belajar dan berbagi pengalaman http://fixshine.wordpress.com https://www.facebook.com/coretansigit/

Selanjutnya

Tutup

Money

Rupiah Makin Perkasa, Tapi Harus Makin Waspada

23 November 2018   19:12 Diperbarui: 23 November 2018   19:46 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rupiah sangat gesit mempencundangi Dollar dibawah arahan tim ekonomi Jokowi (Tim Infografis detik.com, Kiagoos Auliansyah)

Jumat 23/11/2018, ini mungkin bagi perdagangan valas cukup membuat tersenyum karena dollar dihajar habis rupiah yang menguat hingga 0.77% ! bahkan terkuat di Asia. Hari per hari memang seperti pertempuran seru. Namun minggu ini ditutup dengan kemenangan besar. 

Lengkapnya di bawah ini menurut pantauan detik.com tengah hari 23/11/2018 keperkasaan rupiah terhadap dollar bersama negara-negara lain di Asia sangat mencolok. 

USD/IDR 14.524, menguat 0,77%
USD/KRW 1.131,10, menguat 0,17%
USD/INR 70.649, menguat 0,07%
USD/PHP 52.280, menguat 0,08%
USD/JPY 112,90, menguat 0,03%
USD/HKD 7,825, menguat 0,06%
USD/MYR 4,194, menguat 0,01%
USD/CNY 6,931, melemah 0,12%
USD/TWD 30.901, melemah 0,06%

Memang, faktor eksternal kemenangan Demokrat atas parlemen Amerika, menjadi salah satu faktor. Tapi, gesitnya rupiah survive di tengah badai krisis juga menambah kepercayaan dan membawa sentimen positif pasar. Mudahnya, berinvestasilah di Indonesia maka resikonya terjamin aman. Apalagi dengan dikeluarkannya DNI. Memang kontroversial karena berarti membuka keran investasi asing lebih lebar di Indonesia. Tujuannya memang dalam jangka pendek untuk menstabilkan neraca perdagangan. Penguatan Rupiah hanya kesemuan belaka jika secara riil, impor > ekspor atau secara valas dollar malas masuk ke Indonesia.

Apakah Indonesia dalam krisis parah, jelas belum. Namun kewaspadaan tentu harus disiapkan sedini mungkin. Defisit kumulatif sebesar 2.86% memang masih dibawah batas aman 3% tapi sudah dekat. Sayangnya perbaikannya tidak bisa instant. Arus investasi asing harus masuk agar daya saing produk yang bisa diekspor bisa makin digenjot. Iklim yang makin kondusif diterjemahkan kepemilikan boleh 100% asal bisa memberikan kontribusi ekspor dan tambahan pajak. 

Tengoklah data ekspor mobil-mobil Toyota Rush, Mitsubishi Xpander, Toyota Fortuner mobil-mobil itu jelas bukan proyek mobil nasional. Tapi iklim investasi yang baik membuat mereka bisa memproduksi mobil berkualitas dan bisa mengekspor dari pabrik di Indonesia. Kabar terakhir mobil-mobil produksi pabrik Indonesia ini bisa menyentuh 4.000an unit untuk ekspor. Jelas ini nilai ekspor yang manfaatnya besar. Bayangkan jika iklim investasi di Indonesia memburuk, investor produk-produk itu bisa dengan mudah memindahkan pabrik-pabriknya dan sangat sulit untuk menggantinya.

Pointnya bukan masalah asingnya, tapi sebesar apa memberi kontribusi bagi kesejahteraan rakyat perekonomian Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun