Indonesia memang sudah seharusnya lawan timnas Timor Leste. Namun, soal bagaimana cara dan prosesnya itu lain perkara. Sayangnya, memang timnas Garuda ini mengawali piala AFF dengan agak terseok. Kalah di laga lawan Singapura memang menyakitkan, namun hikmahnya kelemahan-kelemahan sendiri jadi tampak nyata.
Racikan sang pelatih Bima Sakti memang harus dicoba agar ditemukan formula yang pas. Seperti halnya permainan sayap yang diperagakan di pertandingan pertama tidak pas terus dipaksakan, karena Fandi Ahmad pelatih Singapura kemarin, justru sudah punya resep jitu menahan gempurannya. Sungguh pun demikian lobang besar yang menjadi pekerjaan rumah selalu pemain belakang yang sering terlambat mengantisipasi bola, atau tak melihat arah datangnya pemain lawan yang tiba-tiba menyusup, berdiri bebas lalu mengeksekusi goal.
Rufino Gama, pemain Timor Leste bernomor punggung 7 itu, tiba-tiba sudah berdiri bebas di sisi kiri luar kotak pinalti lalu menghunjamkan tendangan pisang ke gawang Indonesia. Kecolongan lagilah barisan pertahanan Indonesia dengan satu goal.
Untungnya, Bima Sakti langsung bereaksi cepat. Delapan menit kemudian '56, karena melihat monotonnya serangan-serangan ke Timor Leste yang mudah patah, Febri ditarik lalu Riko Simanjuntak masuk. Gelandang andalan Persija itu memang menjadi pembeda. Karena Andik Vermansyah mengobrak-abrik dari sayap kiri, sedang Riko yang lincah kerap mengirim supply bola cepat ke depan. Kuncinya kreatifitas serangan.
Stefano Lilipaly masuk tujuh menit kemudian menggantikan Septian David Maulana. Makin mantaplah daya gedor timnas Indonesia. Karena Lilipaly memang merepotkan dia harus di kurung beberapa pemain agar terhenti dengan demikian akan menyisakan ruang-ruang kosong yang bisa diisi gelandang-gelandang Indonesia.
Andik Vermansyah dan Lilipaly bak buah simalakama bagi Timor Leste. Pilih menahan laju Lilipaly, berarti Andik merangsek dari kiri. Istimewanya Andik dihadang, dia mengumpan ke Alfath Faathier, langsung sambar dan kiper Timor Leste tak siap. Goal penyeimbang score sementara karena kiper Timor Leste gagal menepis bola.
Percobaan kedua Andik menjelang menit ke 68, kali ini dihajar lebih keras lagi, dia jatuh di kotak pinalti. Tentu saja Lilipaly tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi algojo bagi goal kedua Indonesia. Â
Akhirnya di menit 82, Riko Simanjuntak yang gantian lari bebas bak jalan tol di sisi kanan sangat cerdas dengan memilih mengumpan ke Goncalves (Beto) daripada mengeksekusinya sendiri. Dan, Beto sekali lagi menunjukkan kelasnya dengan membuat goal yang indah ke sudut gawang Timor Leste dengan tandukannya.
Riko Simanjuntak kali ini, adalah adalah faktor pemecah kebuntuan. Karena setelah dia masuk, permainan timnas Indonesia menjadi bangkit menemukan ciri khasnya kembali, cepat umpan terobosan panjang dari kaki ke kaki. Dan, karena Riko pulalah Andik Vermansyah bisa leluasa bergerak ke depan menjadi awal umpan dan sebab hadiah pinalti bagi Timnas Garuda. Riko meski bukan menjadi man of the match di laga itu, tapi dia adalah senjata rahasia yang tepat di keluarkan di saat-saat krusial.
Jika anda ingat dua tahun lalu nama-nama Chanathip Songkrasin dan Teerasil Dangda, yang membawa Thailand menjadi juara piala AFF, tenang mereka sudah pensiun. Namun di era kepelatihan baru Milovan Rajevac, muncul nama striker baru Adisak Kraisorn. Kemarin dia memborong sendiri 6 goal dari 7 goal kemenangan Thailand atas Timor Leste tanpa balas.