Yes, neraca perdagangan Indonesia bulan September sudah surplus. Dimana Ekspor yang selama ini dikeluhkan berhasil menyalip posisi impor. Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Yunita Rusanti menyatakan, "Nilai ekspor September 2018 mencapai USD 14,83 miliar," Â dalam jumpa pers di kantor pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (15/10/2018).Â
Sehingga jika dibandingkan dengan nilai impor USD 14,60 miliar, nilai surplusnya adalah sebesar. Surplus sekitar US$ 227 juta ini adalah membuktikan arah yang baik bagi kesehatan perekonomian Indonesia
Ketika Pak Darmin Nasution mengakui defisit neraca perdagangan Indonesia di bulan Juli-Agustus yang terberat dalam 5 tahun terakhir pun diamini Bu Menkeu. Kala itu adalah ujian.
Kala oposan berjingkrak-jingkrak sambil saling pamer status medsos, tentang melemahnya dollar. Mereka menikmati kesenangan semu. Karena punya amunisi menunjukkan pemerintah Jokowi tak becus. Namun ketika hanya dalam waktu sebulan neraca perdagangan langsung menjadi surplus. Itu seperti kuncian yang dibalas bantingan. Tim Ekonomi kita memang galak dan tangguh.
Migas yang memang diimpor ditahan lajunya dengan penerapan dan penyaluran Program B20, yang sangat potensial karena Indonesia adalah produsen kelapa Sawit terbesar di dunia. Ya, pencampuran dan penyaluran campuran minyak nabati jenis Biodiesel ke dalam minyak Solar sebesar 20% (B20) memang dimulai per 1 September 2018.Â
Dan, saking galaknya tim Ekonomi Indonesia, sektor non migas yang sebelumnya lesu, bergairah kembali sehingga menunjang surplus neraca. BPS mencatat sektor nonmigas menjadi primadona terhadap total kinerja ekspor yakni sebesar 91,86%. Ekspor sektor pertanian yang meningkat 5,46% menjadi US$ 320 juta serta  sektor pertambangan yang naik 2,89% menjadi US$ 2,42 miliar. Ngototnya terlihat sekali untuk membalikkan keadaan.
Kalau masih kurang tengoklah ketika PPh 22 dari 500 Barang Konsumsi Impor Naik Jadi 10%, yang kenaikannya awal September 2018 pula, hasilnya seluruh golongan barang mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Golongan barang konsumsi turun 14,97%, bahan baku/penolong dan barang  modal masing-masing turun 13,53% dan 10,45%. Ketegasan dan kesigapan pemerintahan menangani defisit memang patut diacungi jempol.
Sehingga, pantaslah kemarin Ibu Sri Mulyani di anugerahi sebagai Finance Minister of the Year, East Asia Pacific di tahun 2018 oleh majalah Global Markets. Beliau memang Menteri terbaik yang dikelilingi tim Ekonomi yang solid. Mari dukung penyehatan ekonomi Indonesia yang dipimpin tim terbaik saat ini.Â
Semangat terus kerja tak pernah berhenti, karena rakyat terus menunggu perbaikan demi perbaikan untuk kesejahteraan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H