Mohon tunggu...
Sigit Santoso
Sigit Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Peduli bangsa itu wajib

fair play, suka belajar dan berbagi pengalaman http://fixshine.wordpress.com https://www.facebook.com/coretansigit/

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi Nyaman, Argentina Aman

27 Juni 2018   12:58 Diperbarui: 27 Juni 2018   14:37 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang berbeda dari Messi kali ini. Dia bisa kembali bermain bersama Roh tim Argentina. Messi kembali ke posisi "nyaman"nya sebagai bomber. Yaitu, memberi akhir sentuhan yang membuahkan goal spektakuler.

Messi yang terbebani ban lengan kapten ini memang terkenal tidak egois. Seperti halnya di Barca dia sering memberi assist kepada rekan-rekannya. Namun di dua pertandingan sebelumnya karena kiprahnya seakan seperti gayung tak bersambut dalam suatu permainan team. Dia tampak lelah sekali turun naik membantu rekan-rekannya di lapangan tengah bahkan juga membantu pertahanan. Messi dimana-mana malah tak fokus. Saat dibutuhkan untuk mencetak goal malah tenaganya sudah terkuras, sehingga jurus-jurusnya tak ampuh lagi menjebol gawang lawan.

Untunglah Sampaoli sang pelatih, segera sadar. Messi bukan sang Mesias, bukan pula man with all positions. Messi tetaplah aslinya striker yang ditunggu aksinya mencetak goal. Sementara rekan-rekan teamnya bukan anak-anak kemarin sore yang harus terus disuapin atau diajari bermain bola. Ketika kepercayaan diberikan, roh Argentina pun kembali. Lihatlah ketika bola mengalir dari kaki ke kaki pemain belakang, tengah, hingga ke depan.

Messi hanya butuh satu umpan matang untuk dia selesaikan. Maka ketika umpan silang jauh dari Ever Banega datang, dan ia melihat sudut tembakan yang bagus, kesempatan itu tak lepas. Tanpa ampun di menit 14 goal untuk Argentina tercipta oleh tendangan geledek Messi yang sekaligus mengembalikan kepercayaan diri rekan-rekannya. 

Tayangan TV, selalu menyorot juga luapan emosi Diego Maradona di tribun penonton. Legenda Bola Argentina itu sangat ekspresif melepaskan emosi kegembiraannya. Argentina bisa ! Mungkin Maradona teringat saat-saat sulit Argentina di Tahun 1990 yang terpojok di babak penyisihan lalu merangkak hingga ke babak final.

Setiap formasi pasti punya konsekuensi pemain. Jika formasi 3-4-2-1 yang mengantarkan Argentina ke jurang kekalahan parah melawan Kroasia. Maka jawabannya ganti formasi ke 4-3-2-1 maka 4 pemain belakang fokus menahan laju serangan balik Nigeria. Mereka tak lagi bobol sisi kanan dan kiri seperti pertandingan sebelumnya karena bek tak dipaksa naik membantu serangan lalu turun segera sangat menguras tenaga dan selalu kalah adu lari dengan striker Kroasia. 

Kiper blunder Franco Armani dipercaya bermain full mengganti kiper Wifredo Caballero yang sebelumnya menjadi awal runtuhnya moral pemain karena kecerobohannya menghalau bola di pertandingan melawan Kroasia. Dan yang ditunggu, trio mematikan Angel Di Maria-Messi-Higuain menjadi senjata pamungkas. Barisan pertahanan Nigeria kocar kacir. Pun tanpa kecerobohan Macherano di kotak pinalti sendiri, pinalti Nigeria sebenarnya hanya goal hiburan.

Tempo permainan yang cenderung lambat tapi cermat yang dikendalikan Argentina dengan 65% penguasaan bola di lapangan, jelas membuat frustasi lawan. Akibatnya bertebaranlah banyak pelanggaran dan tendangan-tendangan tak terarah pemain depan Nigeria. Pengawalan kacau, terbukti goal kedua Argentina diciptakan oleh Marcus Rojo bek muda Argentina yang menyusup tak terlihat di menit ke 86.

Lalu bagaimana dengan kans melawan Perancis di 16 besar ?

Babak penyisihan yang telah berlalu, memberi pelajaran besar buat tim Argentina. Pelatih-pelatih Messi sepakat, Guardiola dan Sampaoli punya kesimpulan yang sama kebintangan Messi harus dioptimalkan, bola harus sampai ke depan ke kaki Messi agar menjadi goal. Sehingga awal kekalahan adalah jika Messi tak nyaman bahkan "berbaik hati" turun mencari bola ke depan.

Selanjutnya pemain muda adalah kekuatan segar yang memecah kebuntuan, memaksakan pemain yang "jenuh" hanya membuang-buang waktu. EverBenega, Marcus Rojo, dan Di Maria sepertinya harus menjadi pilar utama pertandingan-pertandingan selanjutnya. Dan terakhir, serangan-serangan Argentina akan "tenang" dimainkan jika barisan pertahanan tangguh sehingga formasi 4 orang yang disiplin di belakang tak bisa ditawar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun