Aksi yang tidak diakui, perjuangan di jalan sunyi. Boleh juga sih disebut anti mainstream itulah yang dipilih Gus Yahya Cholil Stakuf. Perjalanannya ke Israel tidak dalam dukungan MUI, bahkan NU, dan tidak juga mewakili Kemenlu Republik Indonesia.
Mewakili pribadi yang diundang, hanya embel-embel murid Gusdur yang dibawanya. Gus Dur yang pernah dihormati dalam acara yang sama di komunitas American Yahudi di Israel. Boleh jadi saat ini satu-satunya orang yang bisa "menasehati" Israel ya Gus Yahya ini. Dengan cara yang sangat halus, mengajak kembali fitrah manusia berkasih sayang. Dan merubah warisan masa lalu yaitu dendam dan kebencian. Aksi saling balas ujungnya sudah pasti saling menghancurkan.
Ingin adil itu tidak bisa sepihak. Ingin adil tidak bisa menurut maunya satu sisi. Ingin adil ya harus menghargai perjanjian dan kesepakatan-kesepakatan. Bagaimana bisa adil jika tetap curiga terhadap musuh ?
Pesan pribadi yang Indah. Walau tak menyebut-nyebut nama Palestina secara harfiah. Berdakwah menurut bahasa kaum yang dihadapi. Mungkin menyebut-nyebut kemerdekaan Palestina, agresi Tepi Barat, perebutan Yerusalem akan menimbulkan alergi. Sehingga jalan memutar yang dipakai. Sepanjang itu tidak membenarkan dan mendukung aksi pembantaian di Palestina sah-sah saja. Hanya merupakan cara lain saja dalam berdiplomasi mumpung mereka mau berdiskusi dengan salah satu tokoh NU.
Hamas jelas kontra pada pertemuan AJC, anggapannya hanya buat propaganda. Apa mungkin seorang Yahya Cholil Stakuf menyadarkan bangsa Israel ya tidak pernah memegang janji ini ? Seperti menggarami Air Laut dong...
Bangsa itu memang keras kepala saking ekstrimnya bahkan perdana menterinya sendiri, Â PM Yitzhak Rabin yang pernah bersalaman damai dengan Yaseer Arafat ditembak oleh barisan ekstrim kanannya. Namun berkumpulnya ribuan orang di Yitzhak Rabin memorial dievent-event tertentu menandakan masih banyak orang waras di sana bahkan juga rabi-rabinya yang cinta damai.
Masalah Israel itu tentu pilihan bangsanya sendiri. Mau damai ya lupakan warisan permusuhan. Orang-orang waras dan punya jiwa kasih sayang di sana harus berjuang untuk negara. Dan panggilan pribadi Gus Yahya cukup memantik kesadaran itu.
Kenyataannya mereka hanya memberi kesempatan pada Gus Yahya untuk masuk dan bicara tidak pada yang lain. Tentu tidak mengubah sikap tegas Indonesia tetap bersama Palestina.
Sebaliknya jika konsepsi "rahmah" yang disampaikan Gus Yahya berhasil memicu dan gerakan menuju cara lain berdamai dengan Palestina. Itu adalah bentuk ikhtiar yang hanya Alloh sebaik-baik Pemberi Takdir.
Semoga Gus Yahya selalu dalam perlindungan-Nya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H