Di era modern ini, teknologi nuklir seperti pedang bermata-dua. Di satu sisi, ia bisa memberikan solusi energi yang bersih dan efisien, sementara disisi lain, ada resiko besar yang berhubungan dengan proliferasi senjata nuklir yang dapat membahayakan keamanan global. Contoh nyata dari ancaman ini adalah Korea Utara, yang telah mengubah dirinya dari pemain pinggiran menjadi ancaman nyata bagi stabilitas global melalui pengembangan program nuklir yang melanggar perjanjian internasional.
Korea Utara sering menjadi “spotlight” dalam pembicaraan mengenai proliferasi nuklir. Negara ini telah mengembangkan energi nuklir yang mengkhawatirkan, melanggar komitmen internasional, dan menimbulkan ketegangan regional serta kekhawatiran global. Menurut laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Korea Utara sudah melakukan enam uji coba nuklir sejak 2006, menunjukkan kemajuan dalam pengembangan senjata nuklir. Hal ini memperlihatkan betapa urgensi akan regulasi yang ketat untuk memastikan bahwa teknologi nuklir tidak dijadikan sebagai alat ancaman.
Melihat ada negara yang menjadikan nuklir sebagai ancaman senjata pemusnah massal, teknologi nuklir damai terlihat sangat diperlukan. Teknologi ini bertujuan untuk mendukung non-proliferasi nuklir, memastikan bahwa energi nuklir digunakan secara aman dan bertanggung jawab. Teknologi ini juga memungkinkan kita untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda bahwa nuklir tidak hanya dijadikan senjata tetapi dapat memberikan manfaat positif bagi umat manusia, seperti pembangkit listrik dan penggunaan isotop dalam bidang medis.
Energi Nuklir: Antara Fisi dan Fusi
Energi nuklir fisi adalah cara yang paling umum untuk menghasilkan listrik saat ini. Proses ini melibatkan pemecahan inti atom uranium-235 atau plutonium-239, yang menghasilkan energi panas, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan listrik. Reaktor nuklir modern dirancang sedemikian rupa dengan fitur keamanan canggih untuk mencegah kecelakaan dan penyalahgunaan material nuklir. Sebagai contoh, lebih dari 10% listrik dunia dihasilkan dari fisi nuklir, dengan lebih dari 440 reaktor beroperasi di 30 negara, menunjukkan skala besar penerapan teknologi ini.
Sebaliknya, energi nuklir fusi merupakan proses penggabungan inti atom ringan, seperti hidrogen, menjadi inti yang lebih berat. Fusi nuklir menunjukkan potensi energi yang jauh lebih besar dan menghasilkan limbah yang lebih sedikit dibandingkan dengan fisi. Tetapi, tantangan terbesarnya adalah untuk mencapai suhu ekstrem yang diperlukan untuk memulai reaksi fusi, yaitu sekitar 100 juta derajat Celcius. Proyek internasional seperti ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor) sedang berusaha mengatasi hal ini, dengan tujuan menciptakan sumber energi bersih di masa yang akan datang. Jika berhasil, fusi nuklir dapat menjadi solusi, untuk energi yang aman dan berkelanjutan, dengan harapan untuk menggantikan energi fosil dalam skala global.
Reaktor Modular Kecil (SMR): Solusi untuk Masa Depan
Salah satu inovasi terbaru dalam teknologi nuklir adalah Reaktor Modular Kecil (SMR). SMR dirancang untuk lebih fleksibel, aman, dan mudah digunakan, dibandingkan dengan reaktor nuklir konvensional. Dengan ukuran yang lebih kecil, SMR dapat diproduksi di pabrik dan kemudian diangkut ke lokasi yang diinginkan. Ini membuka peluang baru untuk menyediakan energi nuklir di wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau, seperti daerah terpencil. Tentunya ini akan berdampak kemajuan yang signifikan jika energi nuklir bisa diperuntukkan di Desa 3T. SMR juga menawarkan pengendalian suhu yang lebih baik, yang mengurangi terjadinya risiko kecelakaan, dan desainnya yang modular memungkinkan penambahan ruang secara bertahap sesuai dengan kebutuhan energi.
Menurut laporan World Nuclear Association, SMR dapat memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi di masa depan, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang membutuhkan solusi energi yang terjangkau dan berkelanjutan. Pada tahun 2023, sekitar 70 desain SMR sedang dalam berbagai tahap pengembangan di seluruh dunia, menunjukkan potensi besar teknologi ini dalam mengubah lanskap energi global.