Entah, apa aku harus berbahagia atau bersedih. Apa aku harus merasa beruntung ataukah sebaliknya. Aku sudah menikah sekitar lima tahun dan sudah mempunyai satu orang putri. Kata orang suamiku berwajah ganteng. Akupun tak tahu kenapa dia mau menikah dengan wanita seperti aku yang biasa saja. Karena kalau aku lihat, dia bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih cantik dariku. Mungkin ini sudah jodoh, hanya itu yang ada difikiranku ketika hatiku berulang-ulang bertanya.
Sampai saat ini aku tidak tahu apa yang dikerjakan suamiku diluar, karena memang sejak dari kami menikah, dia tidak bekerja. Aku banting tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sebagai istri, aku sangat kecewa dengan suamiku. Karena yang aku tahu dulu suamiku mengaku kalau dia bekerja disebuah perusahaan besar di kota ini.
Tapi ya sudahlah, aku sudah menikah dan tak perlu ada yang disesali...
***
Setiap pagi suamiku pergi dari rumah dan kembali malam hari. Setiap aku tanya dia selalu bilang kalau dia sedang berusaha menafkahi keluarga. Dan aku harus percaya pada dia walaupun hati kecilku sama sekali tak mempercayainya.
Suamiku mempunyai watak keras. Setiap aku menanyakan apa yang dia kerjakan, dia selalu menjawab dengan nada tinggi yang membuatku sangat takut.
***
Suatu hari, aku bermaksud untuk berbelanja di warung dekat rumah. Aku bertemu dengan tetanggaku dan kamipun ngobrol. Aku sangat kaget ketika dia bilang kalau suamiku punya wanita lain. Ketika aku tanya apa dia lihat sendiri, katanya wanita itu adalah majikannya sendiri. Namanya Rena.
Menurut keterangan tetanggaku yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman Rena. Rena adalah seorang wanita yang kaya raya. Dia sangat cantik dan masih muda. Rena mempunyai sebuah butik tak jauh dari tempat tinggalku. Aku rasa, aku tahu butik milik Rena. Hanya karena aku tak pernah membeli pakaian ditempat yang mahal, aku tak tahu siapa Rena.
Hari itu juga, aku menuju butik Rena, aku hanya ingin tahu apa betul suamiku ada disana. Karena aku tak yakin Rena mau sama laki-laki yang tak mempunyai uang seperti suamiku. Ataukah dia hanya butuh fisik yang bagus.
Sesampai di butik Rena, aku melihat dari jauh, mobil terparkir didepan butik. Beberapa menit kemudian, aku melihat ada sosok cantik dan seorang laki-laki yang sangat aku kenal. Suamiku...
Benar saja, suamiku sudah berselingkuh dengan wanita itu. Sakit sekali hatiku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Kalau aku tanyakan hal ini, pasti dia marah dan akhirnya pasti tangan yang melayang ke wajahku. Akhirnya, aku biarkan saja dia seperti itu.
***
Tidak berhenti samapai disitu, akupun tahu suamiku bermain hati dengan Bu Sany. Bu Sany adalah seorang pemilik catering terkenal di kampung sebelah. Beliau memang tidak semuda Rena, tapi dari segi fisik dia memang cantik.
Aku sudah pasrah dengan keadaan ini. Aku ingin minta cerai. Karena menikah dengan dia, aku tidak mendapatkan apapun.
Aku bicarakan masalah ini. Aku katakan pada suamiku, dan seperti dugaanku, dia marah besar.
***
Pagi itu, aku bangun agak kesiangan. Aku yang hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga memang tak harus kesiangan seperti ini. Untung saja, aku punya majikan yang sangat baik dan selalu memaklumiku.
Aku melihat, suamiku sudah tidak ada. Aku fikir mungkin dia pergi seperti biasanya. Dan akupun pergi bekerja. Sebelum pergi, aku titipkan anakku di rumah ibuku.
Aku memang tidak pernah menunggu suamiku pulang atau pergi, bagiku semua sama saja. Tapi aku heran kenapa malam itu aku begitu gelisah. Aku berkali-kali melihat jarum jam, sudah larut malam dan suamiku belum pulang.
***
Sudah hampir satu minggu suamiku tanpa kabar, aku tak tahu dia dimana. Mungkin dia marah dengan keinginanku. Tapi kenapa harus dengan pergi dari rumah.
Hari itu hari minggu. Aku memang diberikan hari libur oleh majikanku. Aku pilih hari minggu. Hari ini biasanya aku habiskan waktu dengan anakku untuk menghirup udara segar. Kami hanya berjalan-jalan disekitar atau kalau aku ada rejeki, aku biasanya ajak anakku ke pasar untuk membeli jajanan yang dia suka.
Tapi hari itu, aku ingin menghabiskan waktu dirumah saja dengan anakku. Walapun rumah kontrakan, tapi aku bahagia dengan anakku berdua.
Aku mendengar pintu rumah diketuk. Aku coba lihat keluar. Aku sangat terkejut ketika aku melihat ada dua sosok wanita yang sebenarnya tidak ingin aku ingat. Rena dan Bu Sany.
Aku heran kenapa dia bisa datang kesini dalam waktu yang bersamaan.
***
Aku buka pintu, dan aku tak bisa berkata apa-apa. Bu Sany sangat ramah. Dia menyapaku dan menanyakan suamiku. Sedangkan rena, aku melihat ada kegelisahan di wajahnya. Entah ada apa.
Kamipun berbicara cukup lama. Ternyata Bu Sany adalah saudara Rena, dia merasa tertipu dengan suamiku yang mengaku belum menikah. Aku memang tidak mengenal kedua wanita ini jadi wajar kalau mereka percaya suamiku belum menikah.
Rena hamil, dia bingung mencari suamiku yang tiba-tiba menghilang ketika tahu Rena hamil. Namun ketika aku bilang akupun tak tahu keberadaan suamiku, mereka mengerti.
Akupun menceritakan pengalaman hidupku bersama suamiku pada mereka. Bagaimana aku bekerja keras menghidupi anakku sendiri. Bagaimana aku harus menanggung malu ketika mendengar suamiku main perempuan. Bagaimana aku harus menghadapi kerasnya perlakuan dia. Bagaimana aku harus menghadapi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin besar, apalagi dengan kondisi anakku yang sebentar lagi harus masuk sekolah. Aku hanya seorang pembantu rumah tangga biasa dengan penghasilan hanya cukup untuk makan.
***
Mungkin mereka merasakan apa yang aku rasakan. Aku tak tahu harus berkata apa ketika Bu Sany menawarkan salah satu rumahnya untuk aku tinggali. Dia bilang, daripada aku ngontrak rumah harus keluar uang, mendingan aku tinggal di salah satu rumahnya, karena rumah itu jarang dirawat.
Tak sebatas itu, Renapun menawarkan aku untuk menjadi karyawan di Butiknya karena ada satu karyawan dia yang mengundurkan diri. Dia akan menggajiku jauh lebih besar dari seorang pembantu rumah tangga.
***
Aku sangat bersyukur, aku sangat-sangat berterima kasih padamu Tuhan. Engkau telah memberiku nikmat yang tiada tara. Mungkin memang inilah hikmah dari setiap kejadian. Wanita-wanita suamiku itu sungguh begitu berhati mulia.
Mungkin Tuhan menurunkan mereka untukku, untuk membahagiakan dan memperbaiki kehidupanku. Aku harap, kebahagiaan ini akan selamanya aku rasakan. Dan untuk suamiku...aku masih berharap dia akan menyadari kesalahannya selama ini dan memperbaiki semuanya walaupun aku sama sekali tak berharap dia kembali.
Semoga kita semua selalu berada dalam lindunganNYA, amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H