Mohon tunggu...
Fitria Salsabila
Fitria Salsabila Mohon Tunggu... Ilustrator - Undergraduate Urban and Regional Planning Student

Halo! Saya adalah seorang mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota yang juga memiliki minat yang besar dalam dunia ilustrasi dan literasi. Selain mendalami studi tentang tata kota dan perencanaan wilayah, saya juga sering menuangkan kreativitas saya melalui gambar dan tulisan. Saya suka beropini tentang berbagai isu perkotaan, mulai dari transportasi, lingkungan, hingga kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan kota. Selain menyoroti isu-isu terkini, saya juga suka mengulas perkembangan teknologi dan inovasi yang dapat membantu menciptakan kota yang lebih ramah dan berkelanjutan. Mari berdiskusi dan bertukar pikiran untuk bersama-sama membangun kota yang lebih baik!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menuju Net Zero Emission 2060: Bagaimana Perempuan Bisa Menjadi Penggerak Utama?

20 Juni 2024   12:08 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:40 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 sebagai bagian dari upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan menjadi fokus utama dalam mencapai tujuan ini. Namun, dalam diskusi tentang transisi energi, peran perempuan sering kali terabaikan. Padahal, perempuan memiliki potensi yang besar untuk menjadi penggerak utama dalam upaya ini. Dengan keterlibatan yang lebih aktif, perempuan dapat membawa perubahan signifikan yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Perempuan di berbagai daerah sering kali memainkan peran sentral dalam pengelolaan dan penggunaan energi lokal. Mereka terlibat langsung dalam aktivitas sehari-hari seperti memasak, mengeringkan pakaian, dan mencari bahan bakar. Penggunaan teknologi sederhana seperti angin untuk mengeringkan pakaian dan panas matahari untuk memproduksi garam menunjukkan bahwa perempuan sudah memiliki pemahaman yang baik tentang pemanfaatan sumber daya alam secara efisien. Selain itu, inisiatif perempuan dalam menggunakan biomassa dari hewan ternak untuk gas masak di rumah juga mencerminkan kemampuan mereka dalam menerapkan solusi energi terbarukan di tingkat lokal. Meskipun kontribusi mereka signifikan, perempuan sering kali jarang dilibatkan dalam perencanaan dan implementasi strategi transisi energi. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini antara lain: stereotip gender, persepsi bahwa sektor energi adalah domain laki-laki menghalangi perempuan untuk berpartisipasi, kurangnya akses pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi dan energi, serta minimnya representasi perempuan dalam lembaga pengambilan keputusan yang terkait dengan energi.

Oxfam, organisasi yang berkomitmen pada pengentasan kemiskinan dan keadilan sosial, menekankan pentingnya transisi energi yang adil. Ini berarti memastikan bahwa semua kelompok, termasuk perempuan dan kelompok rentan, memiliki akses yang setara terhadap manfaat dari energi bersih. Transisi energi adil yang dipromosikan oleh Oxfam mencakup partisipasi aktif perempuan dalam setiap tahap proses transisi, dari perencanaan hingga implementasi. Memberikan edukasi dan pelatihan tentang teknologi energi terbarukan kepada perempuan adalah langkah awal yang penting. 

Program-program pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah seperti Oxfam dapat memberdayakan perempuan untuk memahami dan mengaplikasikan teknologi energi bersih dalam kehidupan sehari-hari. Meningkatkan representasi perempuan dalam pengambilan keputusan terkait energi dapat memastikan bahwa perspektif dan kebutuhan mereka diperhitungkan. Ini termasuk melibatkan perempuan dalam komite energi, dewan pengarah proyek, dan lembaga pembuat kebijakan. Perempuan sering kali menghadapi hambatan dalam mengakses sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan teknologi energi terbarukan. Pemerintah dan organisasi seperti Oxfam perlu bekerja sama untuk menyediakan akses finansial dan teknis yang lebih baik bagi perempuan.

Banyak inisiatif lokal menunjukkan bagaimana perempuan dapat menjadi penggerak utama dalam transisi energi. Contohnya proyek-proyek  energi surya di desa-desa terpencil yang dipimpin oleh perempuan. Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya mengurangi emisi tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial komunitas. Keterlibatan perempuan dalam transisi energi dapat membawa berbagai dampak positif, antara lain: pengurangan emisi gas rumah kaca dari aktivitas sehari-hari, peningkatan kesejahteraan keluarga dengan mengurangi biaya energi rumah tangga, sehingga lebih banyak sumber daya yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain seperti pendidikan dan kesehatan, serta pemberdayaan ekonomi perempuan yang terlibat dalam sektor energi terbarukan memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan ekonomi keluarga.

Kesimpulan:


Partisipasi perempuan sangat penting dalam mencapai target Net Zero Emission 2060. Perempuan memiliki peran unik dan krusial dalam mengimplementasikan solusi energi bersih yang praktis dan berkelanjutan. Organisasi seperti Oxfam telah menunjukkan bahwa transisi energi yang adil, yang melibatkan semua kelompok masyarakat, termasuk perempuan, adalah kunci untuk keberhasilan transisi ini. Dengan memberikan edukasi, pelatihan, akses ke sumber daya, dan peningkatan representasi dalam pengambilan keputusan, perempuan dapat menjadi penggerak utama dalam mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun