Mohon tunggu...
Fits Radjah
Fits Radjah Mohon Tunggu... profesional -

Keberpihakan saya jelas: menjadi sahabat dan saudara bagi mereka yang termarjinal, papa, mengalami ketidak-adilan. Saya suka membaca, "traveling", ngopi, dan juga nulis (ini kalau lagi "mood"); dan saya suka berteman dengan siapa saja: lintas "SARA" serta tidak peduli akan orientasi sex seseorang. Saling menghormati & jujur, prinsip utama saya dalam berhubungan. Salam Damai dari kota Malang, Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ramadhan di Alun-Alun Malang, -Suatu Siang Nan Terik-

26 Agustus 2011   11:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_127917" align="alignleft" width="293" caption="tertidur utk menunggu"][/caption] [caption id="attachment_127912" align="alignright" width="302" caption="kumpul-kumpul utk menungg"][/caption]

#By Fits Radjah# Sama seperti kota-kota lain di pulau Jawa, kota Malang juga memiliki sebuah alun-alun yang bahkan (mungkin saja) yang terindah dari yang pernah saya lihat. Letaknya yang  strategis, tepat di jantung kota, menjadikan alun-alun mudah dijangkau dari arah mana saja, dan oleh siapa saja. Ya, Sifatnya yang "terbuka" dan "cair" membolehkan siapapun itu datang untuk menikmati dan bahkan 'nmenciptakan' dunianya sendiri di alun-alun.

Sebagai pusat dari "panggung segala kehidupan", didukung dengan kerindangan yang tercipta oleh pohon-pohon Beringin berusia ratusan tahun, Tanaman-tanaman Hias, serta Perdu yang berpadu serasi membuat suasana asri nan akrab, membuat semua yang berkumpul mampu tenggelam; tenggelam bersama kerabat untuk saling berinteraksi maupun yang tenggelam dalam kesendiriannya masing-masing. Alun-alun adalah "OASE" bagi para "pengelana kota" di kota Malang.

[caption id="attachment_127930" align="alignright" width="300" caption="menata sabar utk menunggu                                        "][/caption] [caption id="attachment_127925" align="alignnone" width="300" caption="menggiiring harap utk menunggu"][/caption]

Menunggu datangnya Magrib sebagai  "waktu" yang tertuju.........    .  Magrib, saat segala penantian dilepaskan untuk  mencoba mengecap kelegaan yang mampu terkumpul. Menunggu sembari 'mencoba' menghitung seberapa besar ke-Agung-an YMK mampu terpancar untuk sesama sebagai ungkapan terima kasih padaNYA, sesuai selera masing-masing.

perlu pulas utk menungg menghitung hasil utk menunggu

Cerita kehidupan di panggung kehidupan oleh pelaku kehidupan! nyata walau lebih sering diabaikan, karena.... ah sekat-sekat ciptaan mereka yang menamakan diri orang-orang hebat. Terpinggirkan karena dinilai pantas untuk  hanya mengharapkan remah-remah yang tercecer dari sang penceroboh. Menunggu sambil membangun asa serta merajutnya dalam kebisuan; Namun asa yang tak pernah berhenti dan padam menghadirkan senyum, karena CINTA & KASIH ...., Kehidupan...., Anugrah & Rahmad....  oh... dari dan untuk Sang Empunya Hidup! Begitulah dan Inilah romansa kehidupan, di bulan Ramadhan, suatu siang nan terik  di Alun-Alun kota Malang, tercatat sudah. [FCR/260811]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun