Mohon tunggu...
Fits Radjah
Fits Radjah Mohon Tunggu... profesional -

Keberpihakan saya jelas: menjadi sahabat dan saudara bagi mereka yang termarjinal, papa, mengalami ketidak-adilan. Saya suka membaca, "traveling", ngopi, dan juga nulis (ini kalau lagi "mood"); dan saya suka berteman dengan siapa saja: lintas "SARA" serta tidak peduli akan orientasi sex seseorang. Saling menghormati & jujur, prinsip utama saya dalam berhubungan. Salam Damai dari kota Malang, Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"ABG" dan Edukasi Seksual

17 Mei 2011   23:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:31 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="245" caption="masihkah "][/caption]

#By Fits Radjah#Sejatinya, Sex itu adalah sesuatu yang "terberikan" / "given" oleh YMK.  Setiap insan (termasuk ABG = Anak Baru gede) memilikinya dan bahkan sejak memasuki akil-balik justru dorongan sex seseorang (diminta atau tidak diminta) semakin kuat dan menggebu-gebu. Beruntunglah karena YMK juga membekali manusia dengan "AKAL" dan "RASA" agar mampu mengelola pemberianNYA tersebut secara baik dan benar; Inilah yang membedakan kita dengan makluk hidup yang lain.

Bagi ABG, perubahan fisik dan hormonal yang secara otomatis mereka alami semenjak memasuki akil-balik, keingin-tahuan serta kesukaan mencoba hal-hal baru untuk memperoleh pengakuan akan jatidirinya yang bukan anak-anak lagi, terangkum menjadi suatu aksi yang "terkadang" terlihat konyol dimata orang dewasa. Proses pencarian jatidiri, pemaknaan sex, menjadi rentan dan bias jika tidak memperoleh dan melalui sumber informasi tentang edukasi seksual (Kesehatan Reproduksi) yang tepat, benar, dan menyeluruh / tidak sepotong-potong, terutama mengingat dijaman Teknologi Informasi dan Komunikasi  sekarang ini dimana terdapat begitu banyak dan beragamnya sumber informasi.

Sebuah penelitian tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja, yang dilakukan pada awal 2000-an oleh Carolina L. R.; (seorang Dosen Bimbingan Konseling dari sebuah PTN di kota Malang),  menemukan bahwa para ABG (respondennya adalah siswa SMU) cenderung memilih (karena merasa lebih "nyaman") untuk membicarakan (mendiskusikan) tentang seksualitas mereka dengan Teman Sebaya mereka sendiri (urutan ke-1); setelah itu mencari & mengumpulkan informasi dari Media massa (urutan ke-2), bertanya dan berdiskusi dengan Orang tua (urutan ke-3), dan Guru / Sekolah (urutan ke-4).

Kecenderungan ABG yang merasa lebih nyaman untuk mencari dan mendapatkan informasi seksualitas dari Teman Sebaya dan juga Media Massa tentu sangatlah beresiko. Kebenaran dan ketepatan, serta ketuntasan informasi yang diperoleh tentu pantas untuk dipertanyakan. Sementara Orang tua serta Guru / sekolah yang dianggap lebih "paham", (relatif) dapat dipercaya serta bertanggung-jawab, malah terkendala karena masih terbangunnya rasa saling enggan dan atau tabu untuk membicarakan sexualitas diantara kedua belah pihak.

Hubungan sex (intercourse) itu sendiri multi fungsi, bisa  sebagai "Pro Kreasi" dan bisa juga sebagai  "Pro Rekreasi";  yang mana pemaknaanya sangat tergantung pada individu itu sendiri sebagai akumulasi hasil interaksinya dengan sesama dan lingkungannya, karena sudah fitrah-nyalah bahwa  manusia itu adalah  makluk sosial. Telah pula di-"Amin"-i bersama bahwa hubungan sex itu "hanya" dibenarkan bagi yang sudah menjadi pasangan suami-istri dihadapan Agama (apapun itu), Negara, dan Masyarakat.

Tapi dalam realitas keseharian, hubungan sex diluar pernikahan (:pra nikah dan extra nikah) ternyata jamak terjadi. Kasus-kasus seperti: Pemerkosaan & Pelecehan Seksual, Pembodohan dengan "dalil" sebagai pembuktian cinta, Pernikahan Dini (terpaksa), Hamil sebelum Menikah, Aborsi, Pembuangan Bayi yang baru dilahirkan, Pembiaran Anak (balita), Pengucilan ABG korban, "Trafficking", Terinfeksi PMS, terpapar HIV/AIDS adalah sedikit contoh dan dampak negatif  yang menimpa ABG. Disini, bagi ABG, seksualitas berubah wajah menjadi "bencana" dan monster yang menakutkan.

Ke-GAMANG-an serta Ke-BINGUNG-an dalam mengenali jatidiri yang "baru", minimnya informasi yang paripurna dan tuntas tentang seksualitas diri, telah menjadikan ABG "rentan sebagai korban" dikarenakan status dirinya tersebut. Karena itu sepantasnyalah, berbekal Akal & Rasa,  para orang tua dan atau guru, untuk secara bertanggung-jawab  menjadikan diri sebagai sumber informasi utama dalam menghadirkan edukasi seksual yang benar dan paripurna kehadapan ABG, sehingga ABG mampu "memaknai" bahwa  SEX ADALAH ANUGERAH  dari YMK dan bukanlah sebagai suatu bencana bagi mereka.[FCR/180511]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun