Mohon tunggu...
Fitriyani
Fitriyani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

gw simple n apa adanya...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

"Perdarahan Hebat, Syukurlah Bayiku Selamat"

2 April 2012   13:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:07 2998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13333716391755485095

Ini kehamilan pertama yang sebenarnya tidak terlalu aku tunggu-tunggu, karena masih ingin kangen-kangenan dan nikmati bulan madu. Namun keinginan suami untuk segera mendapatkan momongan yang membuat aku juga berharap agar cepat hamil. Dua bulan berturut-turut setelah pernikahanku masih saja aku kedatangan tamu bulanan. Kecewa rasanya kok tidak cepat hamil seperti teman-teman dan saudara yang langsung hamil di bulan pertama sesudah pernikahan. Akhirnya aku pelajari cara menghitung kalender masa subur dari internet, dan aku lakukan hubungan suami istri pada tanggal yang tepat di waktu masa suburku. Berhasil. Pada bulan ketiga ini, di awal Februari 2010 aku tidak mendapatkan tamu bulanan seperti biasa, hanya berjarak 3 hari sebelum ulang tahun suami tercinta dan ini adalah kado terindah untuknya. Aku hamil.

Kehamilan aku lewati dengan biasa, agak mual tapi tidak terlalu dan tidak mengganggu aktivitas aku bekerja. Hanya saja mengalami demam di awal kehamilan. Demam biasa dan aku tidak mengkonsumsi obat, hanya memperbanyak istirahat dan mengurangi kerja keras. Karena yang aku tahu obat-obatan berbahaya untuk janinku. Hari aku lewati hingga pada bulan pertama kehamilanku aku mengalami flek kecoklatan. Aku pergi ke bidan yang kebetulan masih kakak iparku, beliau sedang tidak ada ditempat. Tetapi ada asistennya yang menggantikan. Katanya aku tidak boleh terlalu lelah dan tidak boleh naik tangga.

Demi janin tercinta aku korbankan pekerjaanku, aku memutuskan untuk menjaga janinku dengan lebih baik lagi. Flek-flek kecoklatan itu masih saja menemani bulan-bulan kehamilanku ke depan. Dan aku pun memutuskan untuk USG di rumah sakit besar. Karena umur janin yang masih muda maka dilakukan USG dari bawah yang sakitnya minta ampun, alat panjang sekitar 50 cm lebih dimasukkan melalui jalan lahir. Janinku baik-baik saja, hanya saja masih tetap sama aku tidka boleh terlalu lelah.

Rasanya tidak betah ingin jalan-jalan saja apalagi biasanya aku bekerja, seharian ada di rumah sungguh menyiksaku. dan suatu hari saat sedang berjalan-jalan aku rasakan seseuatu mengalir dari jalan lahirku, apakah ini? Seperti ingin pipis tapi tidka bisa ditahan. Dan setelah samapi di rumah, kuperiksa Akhhhh langsung terasa seperti tidak punya tulang, aku tidak sanggup berdiri. Aku mengalami perdarahan hebat. darah merah segar mengalir dan membasahi celanaku.

Diantar suami yang berwajah panik dengan taxi ke tempat praktek bidan kakak iparku, yang lagi-lagi tidak ada di tempat.  Perjalanan di taxi aku tiduran di pangkuan suamiku sambil tidak henti-hetinya mengumbar maaf karena sebenarnya ia sudah melarang aku untuk jalan-jalan. Sampai di tempat praktek bidan, aku diberikan pembalut, aneh rasanya hamil kok pakai pembalut. Denyut jantung janin kecilku yang menginjak bulan keempat diperiksa, melalui suatu alat berbentuk seperti radio kecil dengan miccrofon yang diarahkan disekitar perutku. Terdengar suara-suara gelombang. Kata si asisten bidan, " detak jantungnya kedengeran tapi lemah sekali, semoga masih ada yah mbak..." Deg...... jantung ini yang serasanya lemah, ngga kuat banget aku nerima semua ini, semoga masih ada? Ya Allah rasanya aku ngga sanggup untuk kehilangan janin kecilku yang sudah warnai hidupku selama 4 bulan ini. Aku pun di rujuk ke rumah sakit besar. Disana aku masuk ke ruang UGD, yang sedang penuh-penuhnya dan heboh karena ada seorang bocah sekitar 15  tahunan yang kehilangan janinya sudah dari 5 bulan yang lalu sedang menagis meraung-raung berguling-guling dilantai yang membuat aku miris takut menjadi senasib sepertinya, karena janinku pun lemah.

Di UGD berbagai peralatan menyakitkan untuk memeriksaku. seperti alat berbentuk menyerupai gunting rumput dan tangan tangan para bidan yang yang semuanya memasuki jalan lahirku. Aku tahan, yang ingin aku dengar adalah bahwa janin kecilku masih bersamaku. Aku ingin dia masih hidup, sampai saat kelahirannya nanti. 'Yang kuat ya, Dek....' Bisikku dalam hati. Janinku selamat, tetapi aku harus bedtress alias istirahat total dan tidak boleh turun dari tempat tidur, karena kondisi rahimku lemah kata dokter. Kecuali untuk ke kamar mandi.

Bulan demi bulan aku lewati dengan rajin kontrol ke rumah sakit dan menjalani USG setiap bulannya, aku melihatnya tumbuh dan setiap malam memimpikan untuk dapat menyentuh dan memeluknya. Pada bulan ke 7 keadaan sudah berangsur membaik meskipun terkadang masih mengalami sedikit flek-flek, aku diperbolehkan berjalan-jalan sedikit untuk memperlancar persalinan nanti. Hanya sedikit tidak berlebihan dan tidak boleh terlalu lelah. USG pada bulan ke 7, aku diajak dokter menghitung jari tangan dan kakinya yang kecil, "....Wuahhh bayinya aktiv, Bu. Ia bergerak-gerak terus...." maka kami agak sedikit kesulitan mengitung jari jari kecilnya. Sayang bayiku yang aktiv itu mengakibatkan lilitan tali pusat pada lehernya. Aku belum juga diperbolehkan untuk mengisi hari-hari kehamilanku dengan lega hati, masih saja pikiranku terkuras membayangkan perjuangan anakku di dalam sana. Susahnya bergerak dengan lilitan di lehernya itu.

Tibalah saat bulan dimana bayiku untuk dilahirkan menurut tanggal perkiraannya, namun ternyata ia masih malu-malu untuk menemuiku. Aku pun memeriksa kembali kondisi bayiku dan dilakukan proses USG plus NST yaitu untuk memastikan kondisi ari-ari dan organ, aku berbaring dan di perutku ditempeli dengan kepingan kepingan penuh kabel-kabel yang berfungsi mendengarkan pergerakan janin dan denyut jantung janin, fungsi dan umur ari-ari. Alhamdulillah hasilnya bagus, tapi si cantik belum ada kontrasksi. "Ditunggu saja ya, Bu.... Mungkin Dede masih malu-malu," gitu kata Bu Dokter yang katanya InsyaAllah bisa lahir normal dengan catatan sebelum hari Selasa tanggal 19 Oktober 2010, atau terpaksa harus diambil tindakan induksi yang bisa berakhir caesar.

Pagi dini hari sekitar pukul 3 pagi, sedang asik menyiapkan perlengakapan melahirkan, dan si ayah baru saja hendak tidur habis dinas malam. Eh terasa ada yang keluar ser... ser gitu. Dan ahhh senangnya si Dedek ngasih tanda, pasti dia ngga mau di induksi. Dedek milih keluar sendiri ajah mungkin... Semoga lancar. Kasian si ayah baru ajah mau merem udah langsung siaga pasang badan anter aku ke bidan.

Ternyata Proses melahirkan itu tidak sakit sama sekali, kontraksinya yang luar biasa hebat. Sekitar pukul 4 pagi infus induksi di pasang karena belum juga terasa mulas. Hanya datang sekali-sekali dan tidak terlalu terasa sakit. Lalu pukul 7 infus botol kedua nah ini dia kontraksi yang sebenarnya rasanya usus ini seperti dipelintir, sakit bukan main. Huah saking ngga tahan aku tonjok-tonjok dinding. Ngga kuat. Si dedek mulai ngajak, aku mulai ngeden-ngeden di bantu Bu Bidan yang masih Budenya si Dedek. Dan entah terlalu kuat atau gimana, entah ngeden yang keberapa sekitar pukul 9 pagi kurang sedikit..... Tuing.....!!!! Si dedek lompat sampai ke atas untung Budenya cepat tangkap, lengkap dengan ari-ari yang jatuh dia atas tempat tidur. Berasa hilang segala dosa. mendadak ngga sakit semuanya ilang, bersamaan Si Dedek di potong tali pusatnya dan di tidurkan di atas perutku. Senang bukan main rasanya bebas jaitan nih.... Ngga taunya wajib obrassssss luar dalem banyak banget karena aku ngangkat pan**t. Jerit-jerit ngga karuan kalah yang naik halilintar.

Alhamdulillah, meskipun kehamilanku mengalami perdarahan hebat, Rinjani Mahameru ku yang lahir di tanggal hampir 20-10-2010 diberikan kesempurnaan tanpa kurang suatu apapun. Kini di tanggal 02 April 2012 usianya sekitar 1,5 tahun dan sedang lucu-lucunya. Semoga kelak ia menjadi anak yang berguna, Amin....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun