Mohon tunggu...
Fitroh Nurikhsan
Fitroh Nurikhsan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hidup untuk bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merawat Umat Beragama yang Lebih Harmonis dengan Gotong Royong

7 Februari 2021   14:59 Diperbarui: 7 Februari 2021   15:03 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling gotong royong menjaga kerukunan beragama (ilustrasi news.detik.com)

Kehidupan umat beragama di Indonesia tak lepas dari beragamnya problematika didalamnya. Namun sebagai umat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian semestinya mampu mengatasi setiap permasalahan tanpa ada ujaran kebencian atau pun dapat menimbulkan konflik berkepanjangan. Di Indonesia agama yang diakui secara resmi dan dilindungi oleh Undang-undang yakni ada enam agama, diantaranya Islam, Prostestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Dengan banyaknya perbedaan atau keyakinan dalam beragama bukan halangan bagi umat untuk bersikap intoleransi.

Para pendiri bangsa terdahulu dengan brilian membuat pondasi untuk umat beragama yang tercantum pada sila pertama dalam pancasila. Berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Sila pertama ini memiliki nilai historis yang bernilai tinggi serta berjasa merangkul semua agama dengan prinsip toleransi. Dengan demikian kita sebagai umat beragama seharusnya mampu mengimplementasikan dan menjaga utuh nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila terkhusus sila pertama tersebut.

Belakangan ini realita sikap toleransi dalam beragama di Indonesia mulai luntur. Berbagai konflik keagamaan mulai dibesar-besarkan ke ranah publik. Bermula dari kasus Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada tahun 2016 yang dianggap sebagai penista agama dalam kunjungan kerjanya di Kepulauan Seribu. Permasalahan tersebutlah kemudian dibesar-besarkan sampai demo berjilid-jilid di Jakarta. Bahkan setiap ada momen pilpres maupun pilkada ada banyak kelompok yang memanfaatkan agama untuk dijadikan sebagai alat politik.

Ketika agama ini dijadikan kendaraan politik artinya sudah di luar konteks atau sudah diambang batas yang wajar. Dimana sekelompok orang hanya memanfaatkan agama untuk mencari kekuasaan semata dan akibatnya bisa menimbulkan konflik antar umat. Alih-alih agama seharusnya dijadikan pedoman yang kuat agar masyarakat Indonesia tidak mudah terpecah belah. Maka dari itu untuk mencegah permasalahan intoleransi umat beragama yang berkepanjangan dibutuhkan gotong rayang semua elemen umat beragama agar merawat tradisi saling toleransi.

Selain agama yang dijadikan alat politik, permasalahan terorisme juga sering kali dikaitkan dengan agama. Masih banyak orang yang salah kapras menganggap jihad agar masuk surga itu dengan merusak tempat ibadah maupun membunuh sesama umat manusia. Persoalan tersebut selain mencoreng nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh agama juga menciderai sisi kemanusiaan. Jika bicara mengenai kemanusiaan artinya bukan tanggungjawab satu agama saja melainkan seluruh bangsa.

Gotong royong sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang sudah didambakan. Bahkan kegiatan gotong royong di Indonesia sudah menjadi budaya yang saat ini masih terus dilestarikan. Untuk memulainya tentu harus ada pionir yang menginiasi kegiatan gotong royong untuk menjaga serta merawat umat beragama agar harmonis kembali. Ada harapan besar ketika Yaqut Cholil Qoumas ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Agama Republik Indonesia. Dalam sambutannya setelah ditunjuk menjadi Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas dengan berani menyatakan ingin menjadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi.

Gus Yaqut pun memberi himbauan agar agama tidak lagi digunakan untuk dijadikan alat politik, baik menentang pemerintah, merebut kekuasaan, maupun tujuan-tujuan lainnya. Hal tersebut tentu seperti angin segar yang memberikan petunjuk agar semua kelompok atau masyarakat umum lainnya untuk tidak lagi menjadikan agama sebagai sarana kendaraan politik. Dengan demikian untuk mewujudkan mimpi besar tersebut tidaklah mudah. Dibutuhkan kesadaran dan semangat gotong royong dengan menggandeng semua elemen umat beragama.

  Jika umat beragama di Indonesia rukun dan saling solidaritas menghargai perbedaan, niscaya Indonesia bisa menjadi negara yang lebih besar. Sebab umat beragama adalah pondasi utama dalam suatu negara. Ketika pondasi tersebut makin kokoh, maka tak ada sekelompok maupun oknum yang berani dan mampu memecahkan belahkan bangsa ini. Sebagainya sebuah pepatah mengatakan bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Yang paling penting itu semua elemen masyarakat mau mendukung dan bersatu mengurangi ego kepentingannya demi terwujudnya suatu negara yang tentram dan damai.

Pada dasarnya hubungan negara dan agama ibaratkan pasangan suami istri yang saling melengkapi satu sama lainnya. Kekurangan dan kelemahan baik dari negara maupun agama bisa saling ditutupi. Keduanya harus sama-sama aktif menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai keadlian dan kemanusiaan. Negara dan agama tidak boleh dimanfaatkan untuk hal-hal yang melanggar norma di masyarakat. Keduanya harus memberi contoh norma yang baik supaya dijadikan suri tauladan oleh masyarakatnya.

Dengan demikian untuk menjaga rumah tangga yang kuat antara negara dan agama. Maka diperlukannya kesadaran dan kepeduliaan gotong royong yang tinggi. Demi terciptanya suatu hubungan yang harmonis keduanya harus saling mengingatkan ketika salah satu dari negara maupun agama ada yang berbuat salah. Selain itu, keduanya pula harus saling menjaga dan melindungi hak dan martabat manusia. Kelak nantinya bisa meminimalisir konflik dimasyarakat yang mengatasnamakan agama dan dapat membahayakan kedulatan Negara Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun