Mohon tunggu...
Fitriyona Novi Adelia Lubis
Fitriyona Novi Adelia Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya seorang mahasiswa yang memiliki minat dalam berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjelajahi Warisan Melayu di Museum Sang Nila Utama: Sejarah, Budaya, dan Generasi Muda

3 Januari 2025   20:30 Diperbarui: 3 Januari 2025   20:29 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Sang Nila Utama yang kita kenal sekarang ini pada awal berdirinya dikenal dengan nama Museum Negeri Provinsi Riau. Latar belakang pendirian museum ini merupakan salah satu usaha Pemerintah Pusat dalam bidang kebudayaan, dengan kebijakan saat itu agar disetiap Provinsi mendirikan Museum Negeri. Pada sisi lain seperti kita ketahui bersama bahwa daerah Riau memiliki kekayaan akan aneka ragam budaya, hasil alamnya yang terkandug dalam geologis maupun geografis, selain itu berdasarkan data sejarah disebutkan bahwa daerah Riau pernah menjadi Pusat Kerajaan Melayu yang pada masanya pernah juga berada dipuncak kejayaan sebagaimana sebuah kerajaan besar. Dengan demikian dapat dipastikan di daerah ini banyak memiliki benda-benda pembuktian materil yang merupakan hasil sejarah budaya manusia serta alam dan lingkungannya yang sangat penting dilestarikan dan divisualisasikan pada sebuah museum.

Maka pada tahun 1975 seiring dengan perubahan instansi Perwakilan Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, dimulailah upaya penitisan untuk mendirikan sebuah museum di daerah ini dengan dibentuknya Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan ini dalam upaya pembinaan permuseuman telah memulai pengadaan dan mengumpulkan benda-benda (koleksi) peniggalan sejarah dan budaya. Pembinaan permuseuman ini terus berlanjut dan beberapa waktu kemudian dimulailah rencana untuk membangun gedung museum melalui dana APBN Tahun Anggaran 1977/1978 yang diawali pembebasan tanah seluas 16.930 M2.

Kemudian secara bertahap dari tahun 1979/1980 dan 1981/1982 M2 dibangun gedung perkantoran yang teridri dari beberapa ruangan. Pembangunan selanjutnya diteruskan pada tahun anggaran 1984/1985 dan 1985/1986 dengan membangun gedung untuk memenuhi kebutuhan akan ruang pameran tetap museum yang biasa disebut gedung induk. Pada tahun anggaran 1993/1994 dibangun gedung auditorium. Setelah sarana dan prasana baik fisik maupun non fisik dianggap cukup memadai, maka ditetapkanlah museum ini sebagai Museum Negeri Provinsi Riau dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor : 001/0/1991, pada tanggal 9 Januari 1991.

Pada saat itu Kepala Museum masih dirangkap oleh Kepala Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Riau sebagai pelaksana tugas harian. Dua tahun kemudian barulah diangkat Kepala Museum yang definiif, dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor : 28267/A2.1.2/C/1993, tanggal 25 Mei 1993. Adapun peresmian Museum Negeri Provinsi Riau ini diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu : Prof. Dr. Edi Sedyawati pada tanggal 9 Juli 1994, bersempena dengan Pembukaan Pameran bersama Museum Negeri Provinsi se Sumatera dan sekaligus dalam rangka turut berperan serta Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Tingkat Nasional ke-17 di Pekanbaru. Setelah ditetapkannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang dalam hal ini adanya pengalihan kewenangan beberapa Bidang Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah, termasuk salah satunya yaitu bidang kebudayaan dimana tercakup didalamnya mengenai kebijakan pembinaan permuseuman, maka kemudian berdasarkan Peraturan Provinsi Riau Nomor : 17 tahun 2001 Museum Negeri ProvinsiRiau berganti nama menjadi Museum Daerah yang berada dibawah Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau. Dan pada tahun 2017 kembali berganti nama menjadi Museum Sang Nila Utama, berada dibawah naungan Dinas Kebudayaaan Provinsi Riau.

Museum Sang Nila Utama, yang terletak di Pekanbaru, Provinsi Riau, adalah salah satu tempat yang tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah dan budaya Melayu, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menarik minat generasi muda. Dalam era modern yang didominasi oleh teknologi digital, museum sering kali dianggap sebagai tempat yang ketinggalan zaman oleh kalangan anak muda. Namun, Museum Sang Nila Utama hadir dengan koleksi dan konsep yang mampu memberikan pengalaman belajar yang unik sekaligus menarik.

Sebagai pusat budaya Melayu, museum ini menyimpan berbagai artefak, pakaian tradisional, alat musik, hingga peralatan sehari-hari yang mencerminkan keindahan dan kekayaan budaya masyarakat Riau. Dengan mengunjungi museum ini, anak muda tidak hanya dapat mengetahui sejarah dan kebudayaan lokal, tetapi juga memahami bagaimana nilai-nilai tradisional tetap relevan dalam kehidupan modern.

Sayangnya, kurangnya pemahaman akan pentingnya melestarikan budaya sering membuat museum seperti ini kurang mendapat perhatian, terutama dari kalangan generasi muda. Padahal, museum memiliki peran penting dalam memperkenalkan identitas budaya kepada generasi penerus. Melalui pendekatan yang lebih interaktif dan kreatif, Museum Sang Nila Utama dapat menjadi destinasi yang menarik bagi anak muda untuk menghabiskan waktu dengan cara yang lebih bermakna.

Tulisan ini akan mengeksplorasi bagaimana Museum Sang Nila Utama dapat menjadi pilihan menarik bagi anak muda. Melalui desain ruang yang atraktif, koleksi yang edukatif, dan berbagai program kreatif, museum ini dapat menjadi tempat yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik generasi muda tentang sejarah dan kebudayaan lokal. Dengan demikian, kunjungan ke museum bukan hanya sekadar perjalanan waktu, tetapi juga sebuah pengalaman yang memperkaya wawasan dan membangun rasa bangga terhadap warisan budaya bangsa.

Sang Nila Utama berdiri kokoh layaknya rumah adat Melayu. Museum berbentuk panggung dengan ornamen khas Melayu terlihat jelas bagaimana kehidupan dari masyarakat Melayu baik di pesisir atau daratan. Warna kuning yang khas bikin bangunan terlihat terang. Di bagian luar terlihat ada pompa minyak bumi dan menggambarkan tentang pengeboran minyak sebagai salah satu sumber daya alam terbesar di Bumi Lancang Kuning.

Di sisi kirinya, terlihat ada replika Lancang Kuning. Lancang Kuning merupakan kapal induk perang di jaman kesultanan dengan warna kuning keemasan. Kembali ke museum, di dalamnya terlihat banyak barang-barang peninggalan jaman dahulu. Ada alat penangkap ikan, bertani hingga baju adat dan mata uang sebagai alat tukar saat itu.

Selain itu, ada pula keramik dan artefak peninggalan yang menggambarkan soal kehidupan sosial dan budaya masyarakat Melayu dan sebelumnya. Termasuk ada koleksi batu siput, mahkota sultan dan prasasti Kedukan Bukit, koleksi flora danfauna. Salah satu yang banyak dicari wisatawan yakni ofsetan harimau sumatera sebagai satwa asli yang kini kerap muncul di dalam kawasan hutan lindung. Khusus untuk koleksi kerajaan dan sultan, pria yang akrab disapa Atuk Yos tersebut mengaku banyak koleksi dan Sultan Siak dan kesultanan lain yang berkembang di Riau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun