Fitriyatul Hasanah - No. 65
SATU PAKET CINTA
Kita semua mengenal cinta, mengenal perpisahan, mengenal arti sebuah kepercayaan dan juga perjuangan. Didalamnya ada sebuah kekuatan yang berasal dari hati. Menurutku, Perpisahan adalah akhir dari sebuah pertemuan. Namun, hidup terus berjalan berjalan. Disinilah perjuanganku untuk menutup lembaran demi lembaran masa lalu. Masa lalu hanya dapat aku terima, setelah dia memilih untuk pergi. Bukan untuk disesali, karena hidup ini proses panjang yang harus kita jalani dan kita terima. Aku yakin, Allah telah menyiapkan untukku seorang laki-laki yang jauh lebih baik.
“Tin..tin”. suara klakson motor Dira seperti biasanya.
“Iya Dir, aku tahu pasti itu kamu” aku berlari dari dalam kamarku untuk segera membukakan pintunya.
“Jadi kan, Put?” Tanya Dira.
“Memangnya mau kemana Dir, aku lupa?” Tanyaku.
“Loh pantes daritadi kamu itu belum siap-siap Put, kita mau ke Taman yang biasa kita kesana. Lagi ada event disana. Ayo cepat” Jawab Dira.
“Event apa sih? Aku males ah !” Tanyaku dengan nada tinggi.
“Udah ikut aja” Dira mendorong Putri untuk segera masuk kamar dan siap-siap.
*******************************
Dari jauh sudah terdengar suara musik dan dipenuhi kerumunan orang yang datang ke taman itu.
“Nah, ini dia eventnya. Event amal ni Put, Kita bisa bantu jualan yang nantinya uangnya bisa kita donasikan.”
“Oh, Terus kita mau ngapain?” Tanyaku.
“Iya kita bantuin di stand lah dan jaga stand juga, Put. Kan di stand itu ada Rizki dan teman-teman yang lain.” Jawab Dira.
Suasana yang ramai membuat aku seketika lupa dengan perpisahan yang aku rasakan. Aku nyaman di dalam event ini, walaupun awalnya aku setengah hati untuk ikut Dira. Akupun menikmati nyanyian dari band-band yang ikut meramaikan event amal ini.
“Put, Put kamu bisa cuci mata nih disini, manfaatkan waktu Put. Hehehe kan banyak cowo-cowo kece anak band itu loh Put. Tinggal pilih kamu mau yang mana put.”Ledek Dira.
“Ih kamu mah ngeledek aku Dir. Mentang-mentang aku habis galau kemarin-kemarin” Jawabku.
Terlihat dari Parkiran motor, turun seorang laki-laki memakai baju coklat dengan celana jeans dan jaket jeans. Berkulit putih dengan bibir merahnya dan berhidung mancung seperti paruh burung, dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu kurus mengalihkan pandanganku. Dia yang menggendong tas gitar dipunggungnya.
“Wooo, ngeliatinnya sampe kaya begitu kamu Put. Kenapa? Ganteng ya ?” Ledek Dira
“Hehehe” aku hanya bisa tersenyum.
“Tenang nanti aku kenalin,Put.” Kata Dira
“Ah kaya kenal aja kamu Dir” Jawabku.
“Dia Gitaris dari Rabbit Band Put, aku tahu. Band-band indi gitu, banyak fansnya. Nanti kamu lihat deh kalo mereka manggung pasti keren dan orang-orang pasti menikmatinya” Dira menjelaskan
Aku hanya menaikkan pundakku dan tersenyum. Tidak lama mereka tampil diatas panggung. Dan setelah selesai tanganku ditarik Dira berjalan kearah belakang stage.
“Hai kak, ganggu gak? Aku mau kenalin temanku nih” Tanya Dira
“Putri” Aku mengulurkan tanganku.
“Fahmi” Jawabnya.
Dia terlihat begitu supel dengan teman-teman yang lain. Terpaksa aku harus menutup hidungku saat berbicara dengannya, lantaran asap rokok yang bertebaran di udara. Tapi dia sadar kalau aku terganggu dengan asap rokoknya. Itu yang tidak aku suka, cowo perokok. Diapun terlihat begitu lembut saat berbicara denganku. Tak hanya di event ini kamipun akhirnya berteman baik.
************************
Waktu demi waktu menuntun kami menjadi sahabat yang satu sama lain mengenal, akhirnya kami merasa cocok. Di minggu siang yang cerah Fahmi berniat datang kerumahku. Dan aku mengenalkannya dengan Ibuku. Ibu tahu aku sangat nyaman bersama Fahmi. Saat aku mulai bekerja dan harus pulang malam setiap hari, karena aku bekerja ditempat wisata disalah satu wilayah di Jakarta. Ibu menitipkan aku kepada Fahmi untuk menjaga dan menjemputku saat aku pulang malam. Satu hal yang membuat aku nyaman dengan Fahmi adalah sikap lembutnya kepadaku.
Disetiap malam tepat pukul 21:00 WIB Fahmi selalu jemput saat aku pulang kerja dan tak pernah absen untuk menjemputku. Saat itu juga Fahmi memutuskan untuk meninggalkan Bandnya karena amanah Ibuku untuk terus menjaga dan menemaniku. Fahmi tidak lagi ada waktu untuk Bandnya karena setiap harinya ia habiskan untuk bekerja dan bersamaku. Berlanjut sampai aku pindah kerja. Dia tetap setia menggantikan tugas ayahku untuk menjaga dan menjemputku. Sayangnya, aku tidak bisa mengendarai motor. Jadi Fahmilah yang terus bersamaku. Disaat raganya lelah oleh tuntutan pekerjaan dia bergegas menjemputku dengan wajah tersenyum seakan rasa lelahnya hilang saat tugasnya terselesaikan. Walau badai menghadang, banjir mengepung Jakarta dia tetap menjemputku bahkan harus menerobos derasnya hujan dan dinginnya malam. Terlihat begitu sepele memang, namun tak banyak orang yang bisa seperti itu. Perlahan Fahmi pun meninggalkan isapan tembakaunya dan tidak lagi menjadi perokok. Inilah perjuanganku menutup masa laluku disertai keyakinanku dan kini aku bersama Fahmi sekarang, begitupun Fahmi menutup masa lalu bandnya yang teman-temannya semakin tak karuan lantaran pergaulan, menutup kebiasaan merokoknya dan membuktikan dari hal kecil kepada Ibuku kalau ia menjagaku dengan baik. Cinta dan perjuangan memang satu paket. Jika Cinta, harus diperjuangkan dan butuh pengorbanan ! Setiap orangpun mempunyai masalalu yang berbeda-beda, dan Cintalah yang merubahnya.
Terima Kasih telah membaca
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H