Mohon tunggu...
Fitriyatul Hasanah
Fitriyatul Hasanah Mohon Tunggu... -

Simple person and attractive :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temanku, Tak Seperti yang Kau Katakan

26 Februari 2013   10:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:40 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Temanku, Tak Seperti yang Kau Katakan...

“Rania Putri” Ibu Siti sedang mengabsen satu persatu
“ Rania gak ada bu” Jawab Reno
“Kemana dia Ren?” tanya Bu guru
“Dia ke UKS bu, katanya dia sakit.” Jawab Reno
“Kebiasaan ya itu anak, tiap pelajaran saya selalu tidak hadir” Kata Bu Siti dengan nada bicara yang tinggi
Ibu Siti adalah guru fisika yang paling killer di sekolah Rania. Rania selalu menghindari pelajaran Bu Siti karena dia takut dan dia tidak bisa mengikuti pelajaran tersebut.
“Kebiaasaan ya, dia selalu banyak alasan buat gak ikut pelajaran Bu Siti” Ujar Flora
“Iya, dia emang suka begitu dari kelas X. aku kan dulunya satu kelas sama dia. Dia itu manja banget.” Kata Tya.
“Oh, dia emang suka begitu ya. Parah juga tuh anak. Keliatannya dia juga pintar sekali menyontek, aku lihat tiap ulangan dia selalu nyontek dan sering banget ketahuan sama guru waktu menyontek” Kata Flora
“Iya, dia itu pintar menyontek. Aku juga lihat dia gak serius jalanin sekolahnya.” Kata Tya
Tya dan Flora saling membicarakan Rania. Tya membuka semua keburukan Rania saat ia masih bermain bersama Rania dulu. Flora pun baru mengetahui sosok Rania yang sebenarnya setelah Tya bercerita.
Teman-teman Rania pun datang ke UKS untuk melihat keadaan Rania
“Rania, kamu sakit apa ? tahu-tahu udah di UKS aja.” Kata Levy
“Aku sakit, kepala aku pusing, aku juga gak mau ikut pelajaran Bu Siti, aku takut” jawab Rania dengan mengkerutkan dahinya
“Mau sampai kapan kaya gitu terus?” tanya Rindu
Rania hanya terdiam
“Kalian pada ngomongin apa sih?” Tanya Disa
“Ini kita lagi cerita tentang Rania.” Jawab Tya
“Loh emang Rania kenapa?” Tanya Disa
“Emangnya kamu gak tahu ?” Tanya Tya lagi
“Nggak, aku gak tahu. Kenapa sih ?” Tanya Disa yang semakin penasaran
“Kan semua anak kelas ini gak suka sama dia. Kamu lihatin aja kelakuannya. Kelakuaannya aja kaya anak kecil,males-malesan,selalu nyontek udah gitu kaya anak kecil banget, ngeselin deh. Hati-hati aja sama dia, kamu jangan sampe kaya dia deh.” Flora menjelaskan tentang semua yang diceritakan oleh Tya.
“Ya ampun, emang dia segitunya ya? Tapi teman-teman deketnya dia baik-baik kok” kata Disa sok tahu
“Kamu mah gak tau, teman-teman Rania tuh sama aja kaya Rania” Kata Tya
“Masa si ? Yaudah , tiap orang kan pasti punya sifat jelek. Mungkin sifat jelek Riana kaya gitu, ya mau diapain lagi” Disa menanggapi semua pernyataan Tya.
Disa adalah teman sebangkunya Flora, mereka sudah saling mengenal sewaktu mereka duduk di kelas X. Disa juga mengenal baik Tya, Aisyah, Tita dan Eka. Flora adalah cewe populer di SMA Tunas Bangsa. Secara dia itu cantik, pinter pula. Flora Tya , Aisyah, Tita dan Eka adalah satu kelompok anak-anak yang, yah bisa dibilang kelompok anak-anak yang pintar. Mereka sangat menonjol di kelas dan terkadang suka meremehkan orang lain.
Namun, Rania yang manja, Levy, Rindu, Nana dan Zica hanyalah sekelompok anak-anak yang gak pernah dianggap ada dalam kelasnya.

Tentu saja sangat menyakitkan mempunyai teman sekelas yang saling membenci. Kebencian itu hadir karena sifat jelek yang ada dalam diri seseorang. Mereka satu sama lain saling membenci, saling membicarakan kekurangan satu sama lain.
Sifat Rania yang kekanak-kanakan, manja dan egois yang membuat teman satu kelasnya tidak mau berteman dengannya.
Kejanggalan dalam diri Disa tentang apa yang dikatakan Flora dan Tya, dia bimbang apa benar Rania itu seperti kata Flora dan Tya. Disa ingin mencari tahu tentang kebenaran itu karena dia tak ingin teman-temannya saling membenci satu sama lain.
Langit pun terlihat hitam kelam, hujan pun turun begitu derasnya. Hujan membuat semua aktivitas terhambat. Disaat hujan hanya bisa membuat Disa dan Rania terdiam, merenung dan memandangi air yang berjatuhan dari langit. Disa melihat Rania sedang duduk di depan kelas. Tak ada seorang pun yang hadir disana selain Disa dan Rania. Disa perlahan mencoba mendekati Rania.
“Kamu kenapa?” Tanya Disa dengan Lembut
“Eh Disa, aku gak kenapa-napa” Jawab Rania sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi dan berusaha tersenyum
Namun, mata tak bisa membohongi apa yang sedang dialami oleh Rania. Disa melihat ada kesedihan yang terlihat dari raut wajah Rania. Mungkin Rania belum mau bercerita dengan Disa, karena Rania berfikir Disa juga membencinya.
“Aku pulang duluan ya” Ucap Rania dan bersegera meninggalkan Disa
“Iya” Jawab Disa
Rania yang menerobos derasnya hujan, dengan cepat ia berlari meninggalkan Disa sampai basah kuyup semua badannya. Disa mencoba menepis kejanggalan yang ada dihatinya itu dan mencoba memahami apa yang dirasakan Rania, walau Rania tak mau bercerita dengannya.

“Sudahlah, ngapain juga aku cari tahu urusan Rania dan mencoba cari tahu tentang apa yang dibicarakan Tya. Yang ada aku ikut campur urusan orang. Biarin ajalah Rania dengan sifatnya itu dan Flora yang membenci Rania” Ucap Disa sambil yang perlahan berjalan meninggalkan kelas.

Matahari yang tersenyum menandakan hari sangat cerah. Seperti biasa Riana sedang bersiap-siap menulis catatan kecil untuk ulangan fisika.
“ Lihat, apa yang dilakukan Rania?” Tanya Flora
“Iya, aku melihatnya. Terus kenpa ?” Disa bertanya
“Iya gak kenapa-napa. Kamu lihat aja apa yang akan terjadi nanti” Ucap Flora
Seperti biasa, jika ada ulangan Flora selalu berkumpul dengan Tya, Tita, Aisyah dan Eka. Disa mencoba untuk bergabung dengan mereka semua. Untuk sama-sama ingin belajar, tapi yang ada ketika Disa bertanya, pertanyaan Disa dijawab dengan nada tinggi dan meremehkannya kemudian Disa diacuhkan. Disa hanya bersabar dan Disa pun kembali duduk ke bangkunya.
Ternyata benar, Rania ketahuan menyontek saat ulangan berlangsung. Kertas ulangannya pun dirobek dan Rania di suruh keluar oleh Bu Siti.
“Kamu lihat, apa yang aku bilang. Bener kan ?” Ucap Flora
Disa mengabaikan apa yang diucapkan Flora dan tetap konsentrasi dengan ulangan. Setelah ulangan selesai Disa berkata pada Flora
“ Terserah aja deh yang kamu bilang Flo, aku gak mau ambil pusing dengan semuanya. Toh semua orang juga pasti punya sifat jelek kali, jadi gak usah diribetin deh.” Kata Disa yang tak mau ambil pusing dengan semua pernyataannya
“ Ya sudah, itu juga terserah kamu” Jawab Flora yang sambil jalan menuju kantin

Matahari kembali muncul setelah semalaman hujan deras turun di Jakarta. hujan membasahi jalan-jalan yang ada hingga banyak daerah yang tergenang air, yang sedikit merepotkan untuk memulai hari ini dengan senyuman.
Di sekolah Disa terlihat pucat, dan dia memutuskan untuk tidak mengikuti olahraga pada hari itu. Disa diberi keringanan untuk tidak ikut olahraga, padahal Pak Dedi sedang mengambil nilai satu persatu. Disa pun diizinkan untuk beristirahat di UKS. Disa pergi ke UKS dengan lemas dan harus menggendong tasnya yang berat itu. Tak ada satu pun teman-teman Disa yang menemaninya ke UKS. Namun setelah olahraga selesai, Disa kembali mengikuti pelajaran selanjutnya. Disetiap pelajarannya Disa tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Disa terlihat tambah pucat, tangan dan kakinya terasa dingin, darahnya seketika seperti tak mengalir dengan lancer dan mentok di ujung jari, dan badannya yang panas. Disa terus memaksakan keadaannya yang tak berdaya untuk tetap mengikuti pelajaran.
“Kamu sakit, Dis?” Tanya Flora sambil memegang pundak Disa
“Iya, kamu pegang saja tangan dan kakiku terasa dingin sekali, darahnya seperti gak mengalir.” Disa menjelaskan apa yang ia rasakan
“Ih..kok bisa gitu si” Ucap Flora singkat
Disa hanya bisa terdiam. Bel istirahat pun berbunyi, Rania menhampiri Disa yang sedang tertidur dan menawarkannya untuk beristirahat di UKS lagi
“Disa, ayo kita ke UKS aja. Kamu pucat banget.” Ajak Rania
“Iya, dari tadi aku juga mau ke UKS. Tapi aku gak kuat sendiri kesana” Kata Disa
“Yaudah, aku anterin.” Ucap Rania yang sambil menuntun Disa berjalan
“Tangan dan kaki aku dingin banget, aku gak kuat Ran. Rasanya darahnya kaya gak ngalir dan berhenti di ujung jari. Mau gak kamu ambilin air hangat buat aku. Aku benar-benar kedinginan” Ucap Disa yang sangat membutuhkan pertolongan.
“Iya, aku ambilkan.” Kata Rania
“Rania baik kok orangnya, dia peduli sama teman. Flora salah menilai orang. Bahkan Flora yang aku anggap sebagai teman dekatku, dia sama sekali tak peduli denganku.” Ucap Disa sambil menangis seorang diri yang menunggu Rania datang.
“Ini air hangatnya, diminum juga ya teh hangatnya. Atau kamu mau makan ? Sini aku beliin. Atau kamu pulang aja, istirahat di rumah. Nanti biar aku yang minta surat izinnya” Ucap Rania dengan penuh rasa Peduli
“Nggak usah, makasih banyak ya Ran. Aku gak mau pulang, kan nanti ada ulangan. Sebaiknya kamu balik lagi aja ke kelas, udah bel tuh.” Kata Disa dan bel pun berdering. Rania pun segera menuju kelas dan Disa berbaring di kasur dengan selimut yang tebal. Disa pun meminta Flora dan yang lainnya untuk datang ke UKS. Namun, setelah lama menunggu mereka tak kunjung datang. Rasa kecewa pun hadir dalam hati Disa. Dingin terasa sangat mencekam tubuh Disa yang sangat membuatnya tak berdaya. Sejuta rasa sakit yang memenuhi hati Disa tentang teman-temannya.
“Ya Allah, teman yang aku anggap sahabat aku ternyata dia gak peduli sama aku. Disini aku udah kaya orang mau mati kedinginan, badanku panas tapi mereka sama sekali gak ada respect. Senggaknya Flora kan teman sebangku aku, tapi dia malah cuek-cuek aja. Tapi teman yang selama ini mereka benci, dia malah sangat baik denganku. Apa yang aku anggap baik tetap saja ada buruknya, justru yang aku anggap buruk tetap saja pasti ada sisi baiknya, karna pada dasarnya semua orang itu baik dan gak ada yang sempurna di dunia ini. Memang mereka tidak memperlihatkan kebenciannya masing-masing, tapi tetap saja selalu membicarakan kejelekannya.” Ucap Disa dengan lirih yang menguraikan air mata.
Rania datang kembali ke UKS untuk melihat keadaan Disa.
“Gimana Dis, udah mendingan ?” Tanya Rania
“Iya, udah agak mendingan kok. Aku mau ke kelas Ran, bentar lagi kan ulangan” Jawab Disa
“Yaudah kalau kamu mau ikut ulangan, tapi kalau kamu gak kuat, lebih baik kamu gak usah ikut.” Ucap Rania

Mereka pun berjalan menuju kelas. Disa yang berjalan sangat lemas dan sempoyongan bahkan tak kuat untuk berjalan, namun tetap memaksakan keadaannya untuk tetap mengikuti ulangan. Sesampainya di kelas, Disa melihat Flora, Tita, Aisyah, Eka dan Tya yang sedang asyik bercanda sambil bermain tanpa memikirkan salah satu temannya yang sedang sakit. Itulah yang membuat perasaan Disa semakin gak karuan. Disa semakin terpuruk melihat temannya yang tak peduli dengannya. Akhirmya Disa izin pulang dan Rania yang mengantarkannya sampai ke rumah. Air mata tak tertahankan, sesampainya di rumah Disa langsung menceritakan semua apa yang ia alami kepada mamanya.
Disa tidak masuk sekolah selama 7 hari, karena ia harus dirawat di rumah sakit karena terkena tifus. Selama Disa tidak masuk sekolah, Flora sama sekali tak mengabarkan PR apa aja yang harus diselesaikan. Justru Rania, Levy, Rindu yang datang menjenguk Disa dan memberitahu semua PR yang harus diselesaikan. Setelah Disa mulai masuk sekolah, entah mengapa ada yang berbeda, Disa mulai menjauh dari Flora dan dekat dengan Rania.
“Rin, aku dengar Rania itu anaknya manja, males, kekanak-kanakan. Jadi banyak teman-teman sekelas kita yang gak suka sama dia. Bener gak si semuanya ?” Tanya aku penasaran.
“Iya emang bener dia manja, kekanak-kanakan, males. Itu semua karena mama dan papanya sudah lama berpisah, dia jadi males karena gak ada yang ngawasin dia di rumah, sifatnya yang kenak-kanakan dan manja tak pernah berkembang jadi dewasa semenjak mama dan papanya berpisah. Itu semua yang membuat dia seperti itu. Dia kurang perhatian dari orang tuanya, makanya dia suka manja-manja gitu. Udah gitu dia sama papanya itu suka bertengkar, papanya yang terlalu overprotective” Rindu menjelaskan yang sejelas-jelasnya.
“Oh begitu toh” Jawab Disa dengan singkat
“Iya, kita semua juga benci sama Flora dan teman-temannya. Abis mereka sok pinter. Ya emang si mereka pinter, tapi mereka gak mau berbagi.” Ucap Zica yang tahu-tahu ikut nimbrung
“Oh” jawab Disa dengan singkat.
Di sudut beranda Disa duduk termenung memandangi indahnya senyuman bintang-bintang dan bulan. Terlintas dalam benak Disa tentang kebencian teman-temannya itu. “Lebih baik aku tinggal di suatu wilayah terpencil dengan lingkungan sekolah yang sederhana, dari pada disini aku harus merasakan kesepian ditengah keramaian kota dan berada ditengah-tengah teman-teemanku yang saling membenci. Apa ya yang harus aku lakukan untuk membuat mereka tidak saling membenci ?” Disa bicara sendiri dan memikirkan tentang hal itu.
Di taman Disa melihat Flora dan teman-temannya dan juga Rania dengan teman-temannya yang sedang asyik bercanda.
“Teman-teman, dengerin aku dong ! Aku gak mau kalian saling membenci satu sama lain, Cuma karena sifat jelek dari diri kalian masing-masing. Apalagi kalian menjugde orang itu dengan sifat jeleknya. Nilai orang bukan dari kejelekannya teman. Tiap orang kan pasti punya sifat jelek dan bukan untuk saling membenci satu sama lain. aku tahu kalian memang tidak memperlihatkan kebenciaan kalian, tapi aku tahu kalau kalian itu saling membenci. Harusnya kita saling mengingatkan untuk ngerubah sifat jelek itu, gak perlu saling membenci. Gak ada gunanya, Kalian semua teman-temanku, aku sayang sama kalian.Iya terserah kalian sih mau denger omongan aku atau nggak. Aku Cuma ngingetin aja dan aku juga mau sekalian pamit, aku mau pindah sekolah ke Bandung karena Papa dan Mama aku pindah kerja ke sana. Maafin aku ya semuanya” Disa yang tiba-tiba teriak ditengah-tengah taman.
Mereka semua terdiam. Disa pun langsung berlari menuju kamar mandi sambil megusap air matanya. Disa pun menaruh secarik kertas yang berisikan puisi di salamnya untuk teman-temannya.
Bersama Berbagi Rasa

Saat canda mencoba tepiskan amarah
Dan saat senyum tepiskan rasa sedih
Tangan-tangan mengusap air mata di pipi
Mencoba hadirkan senyuman kembali
Tersenyum dalam canda
Sendu dalam sedih
Menikmati indahnya saat bersama dan berbagi rasa
Dunia ini akan terasa menyebalkan
Saat kebencian itu hadir
Kebencian antara kalian membuatku hancur
Cobalah kawan untuk mengikis rasa ego dalam diri
Dan mencoba saling mengerti
-Disa-

Teman-teman Disa membaca puisi yang Disa berikan untuk mereka. Mereka merasa menyesal atas tingkah lakunya masing-masing. Mungkin mereka perlu waktu untuk bisa saling mengerti dan menerima kekurangan orang lain. Lambat laun terjadi perubahan dari dalam diri mereka. Mereka kini saling berbaur dalam kebersamaan yang penuh dengan keceriaan tanpa hadirnya Disa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun