Apa yang menimpa Gus Yahya Staquf yang dibully karena dianggap telah melecehkan lembaga kehabiban dg status FB beliau adalah fenomena bahwa masyarakat kita telah menganggap habib sebagai orang yang suci dan tidak layak dikritik. Apapun yang keluar dari mulut beliau2 adalah pasti dianggap benar dan memiliki otoritas keagamaan sehingga bisa ditiru dan diikuti.
Terlebih jika habib itu adalah pemimpin para habaib. Mengkritik beliau adalah dosa dan perilaku tak beradab yang bisa dianggap akan kualat kepada Rasulullah. Habib kini seakan kini dianggap orang maksum yang tdk memiliki salah dan dosa. Makanya pengikut mereka layak untuk membully dan mencela siapa saja yang dianggap menghina beliau2. Saya sendiri sdh mengalami hal sedemikian yang dialami gus Yahya dengan status FB saya.
Jangan aneh jika kini banyak warga NU di tapal kuda (dari pasuruan hingga situbondo) yang jadi syiah. Dan di Jakarta banyak orang jadi wahabi dan ahli menghina dan mencela muslim lainnya (khususnya warga NU) krn yang dijadikan panutan adalah habaib yang menurut mrk ucapan, kata makian dan perilakunya sdh pasti dianggap benar dan patut dijadikan teladan.
Iya kalo habibnya bener kayak habib umar dan habib lutfi. Lha kalo kayak habib rizik dan habib ali smith yang ahli menghina dan mencela pripun? Lha kenyataanya habib habib yang gak alim dan ahli kompor itu kini lebih banyak pengaruhnya pada masyarakat kita daripada yang alim allamah.
Makanya saya hanya bisa berkhayal.. Andaikan semua habaib yang dielu elukan itu adalah orang yang berilmu dan berakhlak seperti habib Lutfi atau habib umar.. Apalagi jika mereka mau merendahkan diri dan membuka diri sejenak untuk ikut serta khumul bersama kyai untuk ngurusi NU dan warga NU.. Tanpa ego dan eksklusivitas sebagai keturunan Rasulullah. Mungkin gonjang ganjing gorengan issu habib vs Kyai ini tdk akan terjadi ..
Saya teringat waktu ada pertemuan generasi muda pesantren di ndalem Kyai Apud tahun lalu yang diinisiasi oleh wakatib kyai Lukman HD untuk membahas persoalan kekinian NU. Salah satu rekomendasinya adalah pentingnya PBNU untuk mengadakan halaqoh dan membuat formulasi keulamaan di NU mengingat masyarakat kita sekarang sdh terlalu silau dg lembaga kehabiban.
Masalahnya masyarakat kita sdh terlalu silau dg lembaga kehabiban. Bahkan tak jarang secara tidak langsung mrk sudah menganggap bahwa habib itu pasti benar dan memiliki otoritas keagamaan. Padahal dalam turots kitab kuning persoalan ahli Bayt ini adalah ranah yang mukhtalaf baik definisi maupun dilalahnya. Tapi dalam masyarakat kita khususnya NU seakan sdh dimuttafaq dan tdk boleh ikhtilafkan. Konsekwensinya siapapun yang menentang opini itu harus dibully dan dicaci maki. Dan itu terjadi pada gus Yahya Staquf.
Di masyarakat yaman hadromi sendiri tidak semua keturunan rasulullah yang disebut kanjeng Ndoro (sayid) itu disebut habib. Hanya orang yang memiliki santri dan terbukti kealimannya saja di sebut habib. Manakala yg tdk alim dianggap sbg manusia biasa dan tdk spesial. Tapi di masyarakat kita, siapapun yang bermarga arab hadromi entah alim atau tidak sudah begitu dimuliakan dan dipanggil habib meski tdk alim dan hanya jual minyak wangi.
Di sisi lain para dzurriyah Rasulullah yang tidak beradab namun memiliki marga yaman hadlromi dan kharisma itu kini semakin gencar untuk menghegemoni masyarakat kita (warga NU) agar memalingkan wajah mrk hanya kepada beliau2 sebagai panutan dan orientasi keagamaan.
Jangan aneh jika kyai pun sering dianggap sebelah mata akibat pandangan bahwa habib lebih mulia dan lebih dapat dipercaya daripada kyai. Bahkan bila perlu kyai patut dibully dan dihapuskan sebagai orientasi keagamaan dalam masyarakat nusantara kita seperti yang terjadi pada kyai Yahya.
Jika kita membiarkan hal ini terjadi secara massif saya hanya kuatir suatu saat peran NU sebagai pilar negara akan digantikan oleh rabithah alawiyah. Dan peran kyai akan digantikan oleh habaib. Terlebih fenomena kyai vs habib ini nampak sekali kini digoreng oleh politisi busuk dan mafia kepentingan internasional untuk ikut bermain dan menge