Menyendiri seperti batas antara asa dan putus asa,Â
antara mengobarkan emosi dan mencairkan ketenangan.
Menyendiri lukisan perlawanan rasa sunyi dan sepi,Â
memilih getaran hati atau luapan pikiran.
Menyendiri bermaksud memahami sekitar,Â
untuk ditanyakan atau untuk diterima.
Menyendiri apakah tawa, tangis atau tawa dalam tangis?
Hmmmm sudahlah…Â
Ternyata meyendiri hanyalah puncak perdamaian dengan air mata.
Bandung, 22 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!