Mohon tunggu...
Fitriyani
Fitriyani Mohon Tunggu... Guru - Seorang ibu rumah tangga dan guru sekolah dasar

Belajar Bertumbuh dan Berkembang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tim Kehidupan

20 Juni 2021   17:49 Diperbarui: 20 Juni 2021   19:08 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lelaki bergelar al-amin itu bergegas pulang. Tubuhnya gemetar, wajahnya pasi menyiratkan takut dan kekhawatiran mendalam. Sesampai di rumah, ia segera menemui istrinya, Khadijah. Diceritakannya peristiwa menakjubkan yang baru saja dialami saat bertahanuts di gua hira. Ia telah didatangi malaikat jibril yang menyuruhnya membaca. Muhammad merasa khawatir  telah diberdayakan oleh syetan. Namun apa komentar khadijah? "tidak akan terjadi apa-apa. Demi Allah, Dia tidak akan pernah mempermalukan engkau selamanya. Sungguh engkau benar-benar menyambung hubungan kasih sayang, meringankan beban orang-orang yang menderita, memberi orang yang kehilangan, menghormati tamu dan selalu menolong atas dasar kebenaran.

          Fragmen itu tercatat dalam sirah nabawiyah, pada masa-masa awal Mumammad Saw mendapatkan wahyu kenabian. Begitu penuh kekuatan dan ketenangan khadijah meyakinkan Muhammad bahwa beliau benar-benar telah mendapatkan wahyu, sehingga Muhammad pun merasa tenang. Perlakuan khadijah saat itu lahir dari pemahaman mendalam terhadap siapa dan bagaimana Muhammad. Ia adalah lelaki yang diberi petunjuk dan perlindungan oleh Allah, laki-laki yang dipilih di antara seluruh makhlukNya. Begitupun Muhammad SAW, beliau  memahami Khadijah sebagai perempuan cerdas dan bijaksana, tempat mempercayakan segala rahasia. Usia  15 tahun perkawinan telah mampu membuat mereka memahami satu sama lain. Perkawinan telah mematangkan dan mengokohkan karakter dan kepribadian keduanya. Mereka telah menjadi tim kehidupan yang hebat. Pantaslah, saat khadijah ra wafat, Rasulullah merasakan kehilangan yang sangat. Beliau berujar, sungguh siapakah wanita yang sanggup  menggantikan peran khadijah? Ya, khadijah mampu memaknai dan menghayati perannya dengan sangat baik; sebagai istri, ibu, sahabat, pendukung dan mitra Rasulullah dalam berjuang.

          Dan sejarah selalu menjadi sumber inspirasi dan ibrah bagi generasi selanjutnya. Begitupun kehidupan perkawinan Rasulullah, ia adalah sebuah contoh nyata mengenai bagaimana membangun tim kehidupan. Ya, menikah adalah membangun tim kehidupan. Tim kehidupan yang solid dan produktif sebagai tahapan tercapainya thumuhat seorang muslim: menjadikan Islam sebagai sokoguru peradaban dunia. Maka, tentu ada  banyak hal harus dilakukan agar tim kehidupan tersebut menjadi kokoh. Salah satunya adalah  saling memahami pasangan hidup.

           Pekerjaan memahami  bukan  pekerjaan yang mudah. Tentu, sebab memahami seringkali bermakna menekan egositas, perasaan superior, perasaan untuk diakui dan dihargai sebagai diri yang otonom, dan perasaan paling benar. Pekerjaan memahami dalam sebuah perkawinan  adalah pekerjaan sepanjang usia. Ia  menuntut kemampuan menangkap dan merespon  sinyal-sinyal perubahan yang terjadi dalam diri maupun lingkungan dengan baik. Terus menerus.

          Memahami adalah buah  ta'aruf yang mendalam: tidak sekedar memahami secara fisik, tetapi juga karakter, wawasan, kapasitas, potensi, latar belakang budaya dan keluarga. Memahami  pasangan berarti adanya  usaha untuk saling melengkapi, saling mengisi, saling memperkaya satu sama lain. Di sinilah simbiosis mutualisme dalam sebuah perkawinan terjadi.

          Maka, mari saling memahami demi terciptanya tim kehidupan yang  solid dan produktif. Tim kehidupan dengan cinta yang mempunyai daya kehidupan, persis seperti apa yang dikatakan Muhammad Iqbal dalam bait-bait puisinya...

Cinta membagi bulan menjadi dua, Terhadap kepala Namrud, cinta menghantam tanpa hentakan,dan mengalahkan bala firaun tanpa peperangan. Cinta mendiami jiwa bagai penglihatan dalam mata, di dalamnya atau di luar. Keduanya api yang membakar dan menjadikan abu. Cinta menembus ruang dan waktu, pun juga yang jauh, yang dekat juga yang nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun