Pertunjukan Salawat Dulang dapat dilaksanakan jika setidaknyaa ada dua tim grup, karena teks Salawat Dulang ini mengandung tanya jawab. Artinya, pertunjukan Salawat Dulang ini juga merupakan sebuah kompetisi. Pertunjukkan satu teks ini disebut salabuahan atau satanggak, dan memakan waktu 25-40 menit.
Pada teks salabuahan ini  terdiri dari pembukaan, batang dan penutup. Pada bagian batang ini berisi kaji, yaitu bagian inti salabuahan untuk penampilan Salawaik Dulang. Teks salawat dulang ini dihafal oleh tukang salawat kata per kata. Pada umumnyaa,  ia merupakan tafsiran dari ayat Al-Quran atau Hadist.Â
Berikutnya adalah penutup, yang diawali dari pertanyaan, setelah itu memberi pertanyaan.  Pada bagian penutup ini  dapat diselipkan sebuah pesan-pesan untuk pemerintah, seperti keluarga berencana, pemilihan umum atau sebagai hiburan semata dengan syair-syair lagu yang lagi terkenal.
Tradisi Salawat Dulang ini masih berkembang sampai saat ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya tukang salawat, semakin banyak pertunjukkan dan irama pendendangnya semakin terbuka pula untuk mengikuti perkembangan zaman dalam  irama lagu-lagu yang telah populer di tengah masyarakat. Salawat Dulang adalah tradisi lisan Minangkabau yang bersifat terbuka karena dapat menyesuaikan diri baik dari segi tema maupun irama, dan dapat juga diimprovisasi sesuai  hal-hal yang banyak disenangi oleh masyarakat.
Awalnya tradisi lisan ini memiliki fungsi sebagai sarana dakwah dan hanya dipertunjukkan dalam perayaan-perayaan agama Islam. Pada hari ini fungsi tradisi lisan tidak hanya dakwah saja, melainkan dapat juga sebagai sarana hiburan, sarana tersebut dapat juga menarik perhatian para  penonton untuk dapat  mengikuti aktivitas, seperti penggalangan dana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H