Mohon tunggu...
Fitri Yani
Fitri Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan Mahasiswa Universitas Andalas Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Salawat Dulang, Tradisi Lisan yang Ada di Minangkabau

24 Juni 2022   15:50 Diperbarui: 24 Juni 2022   15:55 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertunjukan Salawat Dulang dapat dilaksanakan jika setidaknyaa ada dua tim grup, karena teks Salawat Dulang ini mengandung tanya jawab. Artinya, pertunjukan Salawat Dulang ini juga merupakan sebuah kompetisi. Pertunjukkan satu teks ini disebut salabuahan atau satanggak, dan memakan waktu 25-40 menit.

Pada teks salabuahan ini  terdiri dari pembukaan, batang dan penutup. Pada bagian batang ini berisi kaji, yaitu bagian inti salabuahan untuk penampilan Salawaik Dulang. Teks salawat dulang ini dihafal oleh tukang salawat kata per kata. Pada umumnyaa,  ia merupakan tafsiran dari ayat Al-Quran atau Hadist. 

Berikutnya adalah penutup, yang diawali dari pertanyaan, setelah itu memberi pertanyaan.  Pada bagian penutup ini  dapat diselipkan sebuah pesan-pesan untuk pemerintah, seperti keluarga berencana, pemilihan umum atau sebagai hiburan semata dengan syair-syair lagu yang lagi terkenal.

Tradisi Salawat Dulang ini masih berkembang sampai saat ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya tukang salawat, semakin banyak pertunjukkan dan irama pendendangnya semakin terbuka pula untuk mengikuti perkembangan zaman dalam  irama lagu-lagu yang telah populer di tengah masyarakat. Salawat Dulang adalah tradisi lisan Minangkabau yang bersifat terbuka karena dapat menyesuaikan diri baik dari segi tema maupun irama, dan dapat juga diimprovisasi sesuai  hal-hal yang banyak disenangi oleh masyarakat.

Awalnya tradisi lisan ini memiliki fungsi sebagai sarana dakwah dan hanya dipertunjukkan dalam perayaan-perayaan agama Islam. Pada hari ini fungsi tradisi lisan tidak hanya dakwah saja, melainkan dapat juga sebagai sarana hiburan, sarana tersebut dapat juga menarik perhatian para  penonton untuk dapat  mengikuti aktivitas, seperti penggalangan dana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun