Mohon tunggu...
Aleka Canzaradia
Aleka Canzaradia Mohon Tunggu... -

Tanpa mimpi, orang seperti aku ini akan mati. \r\n"Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu."\r\n-Arai_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan Bersama Lentera

13 Juni 2012   05:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:02 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelepasan lentera ke udara (yipeng)

http://www.mytravelnotes.web.id

Seperti cahaya, semua ingatanku sudah mengkutub jadi satu arah.  "Polarisasi" begitulah kata orang-orang fisika. Semua tentangmu. Sudah ku coba menepis ingatan tentangmu yang datang bagai kilauan cahaya itu. Entahlah, aku bingung. Sebenarnya kaulah kegelapannya atau engkaulah cahayanya. Ada tiga asumsi dibenakku tentangmu. Yang pertama, jika aku adalah kegelapan dan kau cahaya, tentu saja aku takkan merasakan sakit yang menusuk dada karena cahaya akan menghilangkan kegelapan. Dan yang kedua, jika kau adalah kegelapan dan aku adalah cahaya maka adakah kegelapan yang mendatangi cahaya? tentu saja tidak ada. Asumsi kedua ini terpatahkan oleh asumsi Einstein tentang cahaya. Sesungguhnya gelap itu tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa dipelajari, sedangkan gelap tidak. Kita bisa memecah cahaya menjadi berbagai warna dengan mebiaskan cahaya pada sebuah prisma dan mempelajari panjang gelombangnya. Tapi kita tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya. Asumsi yang ketiga, akulah  cahaya dan engkau adalah kegelapan. Akulah yang salah menerangimu. Akulah yang kalah karena cahayaku tidak mampu menerangi hatimu yang sudah beku oleh kegelapan. Akulah yang hilang dalam kegelapanmu. Tampaknya asumsi ketiga ini diterima. Cahayaku hanya seterang lentera. Ya, akupun pernah manaruh harapan agar bisa melepas lentera bersamamu di Chiang Mai. Terserah itu Loy Krathong atau Yi Peng. Aku tak perduli, aku hanya ingin merasakan kebahagiaan bersamamu dan membaginya dengan orang lain. Tapi itu hanya sekedar harapanku saat aku masih mencintaimu. Ku akui, sekarang harapan itu masih ada, namun tak kan ku ingat lagi harapan itu karena sudah tertutup oleh debu-debu penghianatan. Lebih tepatnya, aku mulai membencimu. ok, Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun