Perkembangan digital Indonesia mengalami kemajuan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama berkat adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin meningkat. Peningkatan ini, sebagian besar dipicu oleh pandemi COVID-19 yang memaksa banyak sektor kehidupan untuk beradaptasi dengan dunia digital. Dalam konteks ini, digitalisasi seolah menjadi jalan utama untuk memajukan berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan. Namun, meskipun Indonesia menunjukkan tren positif dalam penggunaan teknologi, terdapat ketimpangan yang sangat besar antara wilayah yang satu dengan yang lain, menciptakan apa yang dikenal sebagai "kesenjangan digital".
Pada tahun 2023, Indonesia tercatat memiliki 215,6 juta pengguna internet, sebuah angka yang melampaui 196,7 juta pengguna pada tahun 2019 sebelum pandemi. Peningkatan jumlah pengguna internet ini juga tercermin dalam hasil East Ventures-Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2023, yang menunjukkan skor Indonesia meningkat menjadi 38,5, dengan tambahan 3,3 poin dari tahun sebelumnya. Meskipun terjadi pertumbuhan yang signifikan, distribusi akses terhadap teknologi ini masih belum merata. Hal ini menciptakan kesenjangan digital yang mengarah pada ketidaksetaraan dalam berbagai bidang kehidupan, dari pendidikan hingga kesempatan ekonomi.
Apa Itu Kesenjangan Digital?
Kesenjangan digital mengacu pada ketidaksetaraan dalam hal akses, pemanfaatan, dan dampak dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di antara individu, kelompok, atau wilayah. Fenomena ini memperburuk ketidaksetaraan sosial, ekonomi, dan pendidikan, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kesenjangan digital ini tidak hanya terjadi di level geografis, tetapi juga antara kelompok sosial-ekonomi, generasi, dan tingkat keterampilan.
Di Indonesia, kesenjangan ini mencakup beberapa aspek. Beberapa wilayah, terutama di daerah pedesaan atau kawasan terpencil, masih kesulitan mendapatkan akses ke teknologi yang memadai. Selain itu, kurangnya kemampuan digital di kalangan masyarakat, keterbatasan konten yang sesuai dengan kebutuhan lokal, serta biaya akses internet yang tinggi juga menjadi faktor yang memperburuk kesenjangan ini.
Faktor Penyebab Kesenjangan Digital
Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan kesenjangan digital di Indonesia, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Keterbatasan Infrastruktur
  Salah satu penyebab utama kesenjangan digital adalah kurangnya infrastruktur yang memadai di daerah-daerah tertentu. Infrastruktur ini mencakup jaringan internet yang cepat dan stabil, serta ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak yang mendukung. Menurut Yohanes (dalam Aryanti, 2013), infrastruktur yang terbatas adalah kendala utama dalam memberikan kesempatan yang setara bagi seluruh lapisan masyarakat untuk mengakses teknologi informasi.
2. Kualitas Layanan yang Tidak Merata
  Tidak hanya infrastruktur yang terbatas, kualitas layanan TIK juga masih sangat bervariasi. Di banyak daerah, meskipun ada koneksi internet, kecepatan dan stabilitasnya masih rendah. Hal ini sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk mengakses informasi, menjalani kegiatan belajar mengajar, atau mengembangkan usaha secara digital.
3. Keterbatasan Keterampilan Digital Â
  Banyak individu, terutama di kelompok usia lanjut atau mereka yang tinggal di daerah terpencil, tidak memiliki keterampilan digital yang cukup. Keterampilan seperti cara menggunakan perangkat digital, mengakses informasi di internet, atau bahkan memahami bagaimana memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas masih terbatas. Hal ini menciptakan jurang yang semakin dalam antara mereka yang memiliki keterampilan digital dan yang tidak.
4. Kurangnya Konten Lokal
  Indonesia memiliki populasi yang sangat besar dengan keragaman budaya dan bahasa. Sayangnya, sebagian besar konten digital di internet belum cukup relevan atau mudah diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan bahasa asing. Ini menambah tantangan bagi mereka yang ingin mengakses informasi yang bermanfaat namun terbatas pada bahasa dan budaya lokal.