Mohon tunggu...
fitri siregar
fitri siregar Mohon Tunggu... -

model tak sexy, anti munafik, rindu kebebasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertaruhan ARB - Prabowo

7 Mei 2014   08:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gerindra dan Golkar semakin mematangkan koalisi. Dua kali pertemuan 4 mata antara Prabowo dan ARB sudah tak bisa ditawar lagi bahwa deklarasi koalisi keduanya tinggal menunggu waktu saja. Setelah Prabowo bertandang ke rumah Aburizal Bakrie, giliran ARB yang mendatangi kediaman Prabowo Subianto.

Jika menilik masa lalu keduanya, Prabowo dan ARB sama sama dibesarkan dalam keluarga partai Golkar, sama sama besar di era orde baru. Jadi sebenarnya bukan hal baru jika keduanya sepakat untuk berkoalisi membentuk grand koalisi.

Walau keduanya masih berstatus capres dari masing masing Partai, namun ARB lewat pernyataannya siap mengalah dan menjadi cawapres untuk memuluskan langkah Prabowo menjadi Presiden. Namun pernyataan sikap ARB langsung mengundang reaksi keras dari pembina partai Golkar, Akbar Tanjung. Akbar menilai pernyataan ARB terlalu gegabah dan seharusnya wacana cawapres diperbincangkan dalam forum rapimnas bukan pernyataan pribadi.

Prabowo dan ARB sangat percaya diri berkoalisi dengan melihat hasil quick count pemilihan legislatif. Jika persentase hasil suara kedua partai di gabung maka dipastikan akan lolos President threashold. Namun sejumlah pengamat meragukan keduanya dapat menang di pemilihan presiden 9 Juli mendatang.

Walau elektabilitas Jokowi terus menurun dalam lima bulan terakhir menurut hasil survey Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), namun bukan berarti Prabowo dan ARB dapat mengalahkan persentase Jokowi. Masih menurut SMRC, jika pemilu digelar hari ini, maka pemenangnya adalah Jokowi dengan satu putaran.

Ini menjadi pertaruhan Prabowo dan ARB terakhir di tahun ini. jika keduanya gagal maka harapan untuk berkompetisi di tahun 2019 sangatlah tipis. Namun ada beberapa catatan yang harus diperhatikan oleh Prabowo dan ARB. Pertama, Prabowo tak bisa lepas dari bayang bayang kasus penculikan 13 aktivis tahun 1998, yang sampai hari ini belum ditemukan. Kedua, Manifesto partai Gerindra dihalaman 40 yang mencampuri kebebasan beragama setiap indvidu dengan kata kata 'memurnikan' sangat jelas bertentangan dengan pasal 29 UUD 1945, dan yang ketiga masalah utang lumpur lapindo yang masih melekat pada ARB.

Ketiga isu inilah yang akan ditiupkan oleh lawan lawan politiknya menjelang pilpres untuk menjegal langkah Prabowo dan ARB. Di luar ketiga isue tersebut masih ada isu lain seperti tentang menumpuknya utang Prabowo dan kasus pajak perusahaan perusahaan bakrie group.

Prabowo dan ARB boleh sedikit bernafas lega dengan semkain turunnya elektabilitas Jokowi. Ini memberi ruang koalisi Prabowo dan ARB untuk menutup gap. Tapi kemungkinan Jokowi menang masih besar, meski untuk satu putaran sepertinya berat karena Prabowo dan ARB sudah bersatu.

Jika sinyal sinyal SBY sebgaai ketum PD dapat ditangkap oleh Ketum PDIP, maka bisa terjadi koalisi super PDIP - PD. Dan jika ini terjadi, maka peluang Prabowo - ARB sangat tipis. Apalagi jika koalisi PDIP - PD menggandeng PKB, PAN, PKS dan PPP. Saya pikir cukup satu putaran saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun