Mohon tunggu...
fitri siregar
fitri siregar Mohon Tunggu... -

model tak sexy, anti munafik, rindu kebebasan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pemilu, Rumah Pembelajaran

2 Maret 2014   17:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Umum adalah proses demokrasi yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Hakikat pemilu sebagai rumah pembelajaran politik tak akan terkikis oleh sistem. Mandat pemilu bukan hanya menyelenggarakan pemilihan calon legislatif dan pemilihan presiden, tapi produk utamanya adalah kejujuran.

Pemilu sebagai rumah pembelajaran ibarat menyebut 'wanita cantik yang belum menikah' , hakikatnya jangan sampai kita lupakan bahwa pemilu bukanlah sekedar menghalalkan amanah konstitusi tetapi pemilu adalah kewajiban kita meneruskan pemerintah ini.

Berkaca dari keadaan di Amerika Serikat, masalah utama demokrasi yang dilalui dengan mengadakan pemilu bukanlah pertentangan cara melaksanakannya versus hasilnya, melainkan terabaikannya pembelajaran dan pendidikan (learning and education) terhadap rakyat.  Rakyat cuma dijadikan sebagai bumbu pelengkap bukan sebagai bagian partisipatoris.

Titik berat pada pemilu, terutama didaerah daerah  harus memaksa para caleg dan partai politik mencurahkan tenaga untuk berebut suara, setelah itu mereka melimpahkan janji dan kewajiban politiknya pada masyarakat di dapil. Praktik pelimpahan ini sering kali menjadi pembenaran parpol bahwa mereka sudah bekerja untuk rakyat. Akibatnya yang terjadi hanyalah program program yang bersifat sementara dan tidak berkelanjutan karena pengalih tadi bukanlah caleg yang amanah.

Dalam interaksi dengan para konstituennya, seorang caleg harus bisa berperan sebagai mentor yang dituntut memiliki sejumlah kualitas, kapabilitas dan yang paling utama adalah integritas. Selain itu, interaksi yang baik membutuhkan support lingkungan pembelajaran yang baik pula.  Caleg harus bisa melihat pemilu ini sebgai momentum untuk mengelompokkan masyarakat didapilnya mana yang perlu ditngkatkan dan mana yang perlu di dampingi. Pengelompokkan ini perlu untuk membuat masyarakat semakin dekat dengan calegnya karena merasa diperhatikan.

Tidak sedikit anggota dewan yang saat ini maju lagi, berhasil membangun kedekatan emosionalnya dengan warga didaerah pemilihannya. Mereka berhasil menjalankan pembelajaran transformatif yang bermakna secara berkelanjutan. Kita butuh caleg yang betul betul memperjuangkan amanah yang diembannya sampai lima tahun kedepan, bukan janji janji manis.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun