Mohon tunggu...
fitri siregar
fitri siregar Mohon Tunggu... -

model tak sexy, anti munafik, rindu kebebasan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Memahami Debat Capres - Cawapres

11 Juni 2014   18:13 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:13 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin, (09/06/2014) kita sudah menikmati debat capres - cawapres. Malam itu kita telah menikmati tontonan sekaligus tuntunan yang sangat berharga. Malam itu setidaknya kita makin mengetahui akan dibawa kemana nasib kita. Setidaknya untuk lima tahun ke depan.

Dengar dengar, Jokowi sampai memerlukan persiapan sebelum maju debat dan dibimbing oleh tim suksesnya. Hal ini mengindikasikan debat itu dianggap penting. Ini juga tampak dari subtansi materi yang diajukan dalam debat. Selain ingin menyampaikan pesan mengenai lawannya dengan riwayat masa lalunya, yang tentu diharapkan membuat dia dapat memenangi perdebatan.

Pelaksanaan debat akan dilaksanakan lima kali. Pada putaran kedua nanti, minggu (15/06/2014) format debat hanya akan mempertemukan capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Ibarat pertandingan tinju, senin kemarin baru ronde pertama. Siapa yang menang, akan ditentukan setelah tanggal 9 Juli 2014 dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan rekapitulasi hasil suara.

Kedua pendukung capres tampaknya sudah bersikap apriori, tepuk tangan kedua belah pihak sama sama bergemuruh. Demikian pula di luar arena debat, ini mengindikasikan bahwa keduanya memiliki pendukung definitif bahkan cenderung fanatik. Ini yang harus diwaspadai agar para pendukung itu tidak menjadi "bonek" yang siap berkorban apa saja sebagaimana dalam event pertandingan sepak bola. Terjadinya kegaduhan dan konflik yang tak dapat dihindarkan.

Oleh karena itu, kita berharap debat lima kali mampu mengubah sikap kita dalam menentukan pilihan. Dalam memilih yang terbaik, tidak terbuai janji janji yang menarik, namun tidak realistis. Apalagi masih besar kelompok masyarakat yang belum menentukan pilihan (swing voters). Kelompok masyarakat itu yang seharusnya mampu ditarik oleh kedua pasangan capres cawapres kalau hendak menang di pilpres 9 Juli nanti.

Apa indikatornya?

Masyarakat mungkin perlu menilai keduanya dari tujuan negara ini didirikan, yang sudah menjadi konsensus bersama. Siapa yang mampu mengemban tujuan negara ini didirikan? Akan menarik kalau ada capres cawaprss yang mampu menjabarkan buat apa negara ini didirikan. Tidak hanya tujuan makro, tetapi juga proses mencapai tujuan tersebut. Dalam debat putaran pertama, kedua pasangan berusaha menyampaikan proses itu meski masih sangat terbatas. Tampaknya kita harus mengikuti proses debat selanjutnya hinga akhir. Sejauh apa keduanya mampu mewujudkan inovasi, melakukan koreksi, meluruskan perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara ketika melihat kesenjangan yang ada, demokrasi yang belum lancar serta sikap toleran yang mendapat tempat.

Tantangan ke depan buat presiden terpilih sangat kompleks, dan presiden terpilih harus bisa menggandeng pihak yang kalah agar tercipta harmonisasi, jangan sampai tumbuh dendam, semua harus legowo menerima hasil akhir. Pilpres hanyalah proses kecil untuk memilih presiden yang mampu mengayomi seluruh masayarakat, bukan mengayomi koalisinya saja. Mungkin inilah makna pilpres yang berintegritas dan damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun