Ketika ada yang menyebut jogja apa yang kita fikirkan?, kota budaya, kota sejarah,atau Kota Wisata. Ya, banyak sekali yang bisa kita simpulan ketika mendengar nama kota yang dikenal dengan berbagai macam budayanya itu. Corak beragam masyarakat jogja semakin terlihat akhir-akhir ini dengan meningkatnya wisatawan hingga pelajar yang datangkejogja. Turis yang singgah dikota jogja pun tidak sedikit, hal ini menunjukan daya tarik wisata semakin bertambah.
Tetapidibalik keramaian kota jogja dan eksistensi wisatayang disuguhkan juga memberikan dampak negatif yang ditinggalkan.Sempatkah kita berfikir bahwa jogja semakin terlihat seperti kota iklan?. Pencerminan kota jogja yang bersih seperti selogan yang selalu di gembor - gemborkan kini tak lagi terlihat. Takjarang sekarang kita bisa melihat banyak spanduk yang berjejer “rapi”dipinggir jalan. Mereka seperti dikomando untuk memenuhi setiap jalanan di kota jogja.
Kita tengok kedalam kota, berpusat diperempatan tugu jogja. Terlihat banyak fotografer yang sedang mengambil gambar tugu, tetapi apakah mereka puas, mereka malah kebanyakan mengeluh. Dewasa ini memang semakin sulit mengambil foto tugu jogja tanpa bocor iklan dibelakangnya. Bahkan tidak hanya iklan tetapi kabel-kabel juga ikut memeriahkan suasanadiantara iklan – iklan itu. Semakin banyak toko yang memasang panflate besar-besar guna mengundang minat pembeli bahkan hotel berlomba-lomba dibangun dikawasan tugu jogja dan sepanjang Jl.Mangkubumi. kemacetan tak dapat terhindari. Memprihatinkan, semakin kumuh kota jogja.
Keadaan seperti ini sangat meresahkan warga, terutama dengan banyaknya iklan berbentuk pamflet yang dipasang sembarangan jalan. Penempelan - penempelan itu dilakukan secara brutal di pohon sepanjang trotoar bahkan tidak luput tiang lampu lalulintas menjadi sasaran embuk penempelan pamflet. Tidak tangung-tanggung terkadang hingga menutupi lampu lalulintas. Akibatnya sering terjadi salah paham antara petugas lalulitas dan pengguna jalan yang tidak melihat adanya lampu lalu lintas. Penggunaan kawasan lampu merah untuk pemasangan iklan merupakan alasan agar iklan bisa terbaca pengguna jalan ketika sedang menunggu dilampu merah.
“saya pernah melewati salah satu jalan didaerah kota jogja, seperti biasa saya lancar saja menjalankan motor, tiba-tiba dari belakang saya sudah diikuti polisi, ternyata saya melanggar lampu lalulintas, saya baru sadar ternyata ada lampu lalu lintas disitu” ungkap salah satu pengguna jalan
Tidak hanya itu keprihatinan ini semakin menjadi karena adanya pamflet yang tumbang dijalan ketika ada angin atau hujan. Tak sedikit pengguna jalan yang dibuat khawatir akan hal itu karena bisa membahayakan nyawa mereka. Iklan yang dipasang hanya menggunakan penyangga berupa bambu yang dikaitkan, sangat resikan jika menimpa pengguna jalan yang sedang lewaat. Kesadaran yang minim dari si pemasang iklan membuat semakin marak pemasangan pamflet ilegal disepanjang jalan.
Pamflet ilegal yang terpasanng disembarang tempat dikarenakan tidak adanya ketegasan dari pihak yang berwajib dan aturan-aturan yang diberlakukan untuk mengurangi adanya pemasangan pamflet tanpa izin yang sah. Pemasangan pamflet iklan ilegal disepanjang jalan tanpa pengawasan beakibat fatal bagi pengguna jalan. Pembersihan pamflate yang sudah tidak terpakai juga sangat dibutuhkan agar kota terlihat lebih rapi dan bersih.
Pembenahan-pembenahan dari hal-hal kecil seperti ini merupakan langkah baik untuk menjadikan kota jogja lebih nyaman. Dari situ kita juga bisa menyuguhkan keindahan bagi para pelancong tanpa diganggu iklan-iklan di jalan. Kesadaran dari pemasang iklan itu sendiri juga sangat diperlukan guna menyukseskan apa yang telah diopinikan warga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H