Mohon tunggu...
Fitri Rahayu
Fitri Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Profesi Guru

Fitri lebih suka nulis, dan nyimak apapun yang kalau kata hati udah klop.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konsep Pendidikan Ideal

20 Januari 2024   08:03 Diperbarui: 20 Januari 2024   08:07 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya untuk memenuhi setiap kebutuhan peserta didiksumber gambar : www.gurusiana.id/read/hibatunwafiroh1727 

Jika Anda memiliki kesempatan untuk merumuskan konsep pendidikan ideal, bagaimana pendidikan yang Anda inginkan? Saya pribadi akan mempertimbangkan poin-poin berikut ini.

1. Seimbang Antara Intelektual, Emosional, dan Spiritual

Suatu pendidikan dikatakan ideal apabila intelektual, emosional, dan spiritual seimbang (Dwi, 2020). Menurut Mustafa (2016), aspek intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai kegiatan aktivitas mental, seperti berpikir, menalar, dan memecahkan masalah. Aspek emosional merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya yang diperoleh dengan cara mendengar, mengamati, dan meniru. Sementara itu, aspek spiritual adalah menerapkan nilai-nilai agama yang mampu mempengaruhi produktivitas, kejujuran, moral dan etika, serta membangun relasi. Semua aspek tersebut adalah pondasi yang perlu dilakukan guru terlebih dahulu agar menjadi teladan dan perilaku yang bisa ditiru peserta didik. 

2. Pembelajaran Berpihak pada Peserta Didik

Menurut Tagore, peserta didik bukanlah penerima pasif pengetahuan, tetapi penemu fakta-fakta dan prinsip (Marzuki dan Khanifah, (2016). Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah sepatutnya pendidikan berfungsi untuk menuntun segala kekuatan kodrat anak agar menjadi bagian dari anggota masyarakat yang mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Dewantara, 1930). Dengan mempertimbangkan berbagai aspek tersebut, maka pendidikan ideal harus berpihak pada peserta didik, sebagaimana konsep yang ada pada Kurikulum Merdeka. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik berarti membuat guru harus mampu memahami setiap karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik sangat heterogen, baik dari segi sosial, budaya, dan ekonomi. Selain itu, masing-masing peserta didik juga memiliki tipe belajar yang berbeda, seperti tipe belajar auditori, visual, atau kinestetik (Fleming, 1987). Guru harus memenuhi perbedaan karakteristik peserta didiknya demi mencapai pendidikan ideal. 

3. Pembelajaran Berdiferensiasi

Untuk menunjang konsep pendidikan ideal yang berpihak pada peserta didik, pendekatan bernama "Pembelajaran Berdiferensiasi" menjadi hal yang sangat penting untuk bisa diterapkan. Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan individu setiap peserta didik (Tomlinson, 2000). Menurut Marlina (2019), dalam menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi, seorang guru harus memperhatikan hal-hal berikut.

  • Pembelajaran bersifat fleksibel, siswa belajar dengan sebaya yang sama atau berbeda kemampuan sesuai dengan kekuatan dan minatnya.
  • Memberikan tugas belajar sesuai dengan minat dan kesiapan belajar siswa, namun tetap mengacu kepada tujuan.
  • Pembelajaran yang didasarkan pada asesmen dan kebutuhan belajar.
  • Siswa belajar berdasarkan tujuan kurikulum yang sama, namun menggunakan kriteria keberhasilan yang bervariasi.
  • Siswa menentukan sendiri gaya belajarnya.
  • Kegiatan pembelajaran terstruktur.

4.  Mengimplementasikan Pendekatan Perspektif Sosio-Kultural

Mengingat Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, agama, serta interaksi sosial, maka pendekatan perspektif sosio-kultural dalam pendidikan berfungsi untuk menjembatani segala keberagaman latar belakang peserta didik. Melalui pendekatan ini, guru bisa memperlakukan, mengarahkan, dan memberi contoh kepada siswa sesuai dengan sebagaimana mestinya. Misalnya, guru tidak boleh menyudutkan budaya tertentu, tidak boleh mendiskriminasi latar belakang apapun yang peserta didik miliki. Implementasi pendekatan perspektif ini dilakukan melalui penguatan pendidikan karakter. Dengan mengimplementasikan sosiokultural dalam pendidikan karakter di sekolah, diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang beradab dan bermartabat, dapat menciptakan karakter anak, dan untuk mencegah dekadensi moral dan karakter anak bangsa (Nisak, 2017).

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun