Mohon tunggu...
Nenk Phytlee
Nenk Phytlee Mohon Tunggu... -

Dreaming to be a professional teacher, traveling addict, loving all about history and culture

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Lady Boy Thailand Itu Benar Adanya

12 Februari 2015   15:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Begitu mendengar nama Thailand, hampir sebagian besar teman saya langsung memikirkan kata "Banci Cantik". Tapi terlalu kasar rasanya kalau saya menyebut mereka "Banci Cantik", saya akan sebut mereka Lady Boy saja. Memang sudah banyak contoh Lady Boy cantik asal Thailand yang kecantikannya melebihi perempuan asli.

Kalau saya menunjukkan foto perempuan Thailand pada teman-teman saya, pertanyaan mereka akan sama : "Itu asli gak?" . Ketika saya di Thailand pun, saya sering bertemu dengan para perempuan cantik yang ternyata Lady Boy. Siapa sangka kalau perempuan secantik itu ternyata laki-laki? Bagaimana saya bisa tahu? Tentunya saat mereka ngomong, suaranya tidak bisa bohong hehehe. Tak jarang juga saya lihat laki-laki yang meskipun bukan Lady Boy, tapi ternyata dandan, memakai bedak dan lipstik. Melebih-lebih saya yang cuma pakai bedak seadanya.

Saya juga menemukan fenomena tersebut ketika saya mulai mengajar di salah satu sekolah islam di Thailand. Beberapa murid saya sudah terlihat menjadi "calon Lady Boy" dilihat dari gerak-geriknya, cara berjalan, dan berbicaranya. Bahkan beberapa murid saya sudah tidak malu lagi menyebut dirinya "Katheuy", "katheuy" merupakan bahasa Thailand dari Lady Boy.

Hampir di setiap kelas yang saya ajar saya menemukan "calon Lady Boy", malah saya sudah menemukan "calon Lady Boy" dari kelas 4 SD. Setelah saya telusuri lebih jauh lagi, mereka punya perkumpulan sendiri. Di Indonesia, jika seorang anak terlihat "kebanci-bancian" maka dia akan jadi sasaran ejekan teman-temannya. Di Thailand pun sama, para Katheuy dan calon Katheuy tersebut juga menjadi sasaran bully-an teman-temannya. Tapi mereka seolah cuek dan masa bodo dan masih dengan bangga mengakui kalau mereka adalah "Katheuy".

Uniknya, justru para murid “Katheuy" dan "calon Katheuy" kebanyakan adalah murid yang paling aktif dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang lebih dari teman-temannya. Dengan senang hati mereka akan maju ketika disuruh menyanyi, menari, bermain game, presentasi dsb.  Sayangnya kalau mereka menari, gerakan yang ditampilkan agak sedikit erotis, makanya saya jarang menyuruh mereka menari.

Saya sendiri cukup heran melihat fenomena "Katheuy" yang sudah jadi hal biasa di Thailand. Ketika saya sharing dengan teman-teman lain, mereka juga menemukan fenomena yang sama. Fenomena ini juga rata-rata terjadi di sekolah-sekolah Thailand, baik swasta maupun negri.


Dari sudut pandang saya pribadi, saya merasa fenomena Katheuy ini termasuk hal yang menyimpang. Fenomena ini merupakan hal yang sudah menyimpang dari kodrat yang telah diciptakan Tuhan, juga keluar dari nilai adat dan moral. Pembentukan "Katheuy" sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya setempat, jadi sebenarnya kita sudah bisa mencegah fenomena ini sejak awal. Dibandingkan dengan mencoba menerima fenomena ini, menurut saya akan lebih baik jika kita bisa membantu teman-teman kita yang sudah terlanjur menjadi “Lady Boys” untuk kembali pada fitrahnya, kita bisa menunaikan kewajiban moral kita pada mereka. Penyadaran bisa kita lakukan melalui penyuluhan atau pendekatan psikologis secara personal.


(Tulisan ini bukan bermaksud untuk menjelek-jelekkan suatu negara atau institusi tetapi murni untuk sharing pribadi saja. Saya juga mohon maaf karena tidak bisa menyediakan foto-foto karena ditakutkan akan mengganggu privasi orang lain. Kalau ingin lihat kecantikan Lady Boy Thailand silahkan googling saja :D )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun