Mohon tunggu...
Fitri Nurfadilah Hasna
Fitri Nurfadilah Hasna Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

lets have fun together, yuk bersama tingkatkan literasi dengan membaca. luaskan wawasan anda dengan membaca di kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gosip Menjadi Salah Satu Contoh Komunikasi yang Tidak Sesuai Etika dalam Prinsip Islam

12 Juli 2023   20:45 Diperbarui: 12 Juli 2023   20:46 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kata bahasa Arab untuk gosip (ghibah) mengacu pada pembicaraan negatif tentang orang lain. Asal muasal kata ghibah merupakan serapan dari bahasa Arab, ghaaba yang memiliki arti sesuatu yang tidak dapat dilihat. Dalam istilah awam, gosip adalah menjelekkan atau membicarakan kekurangan atau rasa malu seseorang di dalam suatu percakapan padahal orang tersebut pembicaraan tidak ada dan orang yang di bicarakan tidak mau di ungkit. Dalam islam sendiri, karena merusak hubungan itu yang sudah terjalin kuat, Allah mencegah umatnya untuk terlibat dalam gosip. Jika rumor tersebut salah, perilaku bergosip dapat berkembang menjadi fitnah dan hoaks sebelum meningkat menjadi perkelahian, yang merusak hubungan antar pribadi.

Pada dasarnya, menurut konsep serta metode yang ada dalam Al - Qur'an dan Hadits, komunikasi Islam ini bertujuan untuk menyeru manusia ke jalan dakwah yang menekankan nilai - nilai moral, etika, dan spiritual. Ide kuncinya adalah pengembangan jaringan interaksi sosial yang ramah dan normatif, tidak hanya transmisi pesan dan terjadinya perubahan perilaku komunikan. Prinsip inilah yang memisahkan gagasan komunikasi dari perspektif Islam dan menempatkannya sebagai kontras dengan komunikasi dari perspektif Barat, yang tampaknya jauh lebih terikat budaya dan jauh dari faktor normatif.

Faktanya, kebebasan berbicara tanpa batas adalah akar penyebab dari banyak ketidak sepakatan, perdebatan, permusuhan, dan perselisihan. Bukan bagian kecil dari pertumpahan darah yang mengerikan yang disebabkan oleh bahasa yang tidak beretika. Etika memberikan landasan moral untuk mengembangkan sistem moral bagi semua sikap dan perilaku seseorang dalam berkomunikasi. Ketika etika dan komunikasi di gabungkan, etika menjadi landasan utama dalam komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi menjadi tidak etis jika etika tersebut tidak ada. Menurut Abuddin Nata, etika komunikasi berusaha membahas tindakan manusia yang di landasi oleh akal budi dan filsafat, dan berfungsi untuk menilai, memutuskan, dan menentukan apakah suatu tindakan manusia itu di nilai baik, buruk, mulia, terhormat, dan sebutan - sebutan lain yang berkaitan dengan prosedur pengiriman serta penerimaan informasi dari satu orang kepada orang lainnya.

Nabi Muhammad bersabda jika bahasa manusia adalah salah satu sumber utama kebohongan, prasangka, perkelahian, pertengkaran, permusuhan, sumpah serapah, ejekan berlebihan, hinaan, pertengkaran dan Gibah. Gibah dapat menyebabkan kerusakan emosional, memicu permusuhan, mengganggu keharmonisan sosial, dan menumbuhkan ketidakpercayaan di antara orang – orang. Menyikapi potensi dampak tersebut, Majelis Ulama Indonesia kemudian mengeluarkan fatwa anti gosip di media sosial. Namun, fatwa yang di keluarkan Majelis Ulama Indonesia tidak serta merta membuat orang berhenti menggunakan media sosial untuk menyebarkan desas -  desus. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat kita masih belum paham betul mengenai hukum tersendiri dari ghibah. Nabi Muhammad sendiri berkata bahwa dosa orang yang melakukan ghibah akan berkali - kali lipat daripada dosa orang yang berzina.

“Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa?' Rasulullah SAW menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,” (HR At-Thabrani).

Larangan dari ghibah sendiri tertulis dalam al-quran diantaranya terdapat pada surah Hujurat ayat 12, yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

“Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."”

Dari pemaparan konsep tersebut dapat dilihat bahwa tindakan ghibah atau gosip tidak sesuai dengan anjuran serta ketentuan yang ada pada Al-Quran dan Hadist. Hal tersebut menyiratkan bahwa tindakan gosip atau ghibah tergolong pada tindakan yang dilarang oleh Allah dan jika dilanggar maka akan mendapatkan dosa. Namun sayangnya masyarakat kita masih banyak yang melakukan perilaku tidak terpuji tersebut, maka dari itu pentingnyaa kesadaran dari diri sendiri untuk mulai berubah ke arah yang lebih baik dengan menghentikan sifat ghibah sehingga kita dapat menjauhi larangan Allah SWT sekaligus menjaga tali komunikasi agar sesuai dengan etika yang telah ditetapkan pada Al-Quran dan hadist.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun