[caption id="attachment_375445" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber Gambar :www.nathpribady.net"][/caption]
“Aku kembali menatap lalu lalang di hadapanku. Ada banyak ketergesaan dari cara mereka melangkah. Hati kecilku kadang bertanya, mengapa orang-orang harus berpindah-pindah tempat, sedang tempat tinggal semulanya telah banyak memberikannya kebahagiaan?”
Demi Emak- Usep Sutiana (Untaian Cerita Pendek Fiksi Kartini-Fiksiana Community)
Penggalan paragraf cerpen yang berjudul Demi Emak karya Usep Sutiana di atas merupakan cerpen ke-29 dalam Buku Untaian Cerita Pendek Fiksi Kartini yang diterbitkan oleh Jentera Pustaka (Mata Pena Group). Cerpen yang berkarakter kuat ini mengisahkan kepulangan seorang gadis bernama Tini yang merantau ke Qatar demi kehidupan yang lebih baik dan keinginan untuk memberangkatkan Bapak dan Emaknya naik haji. Meski kepergiannya diiringi kecemasan orangtuanya tentang nasib Tenaga Kerja Wanita (TKW) di negeri orang, ternyata tiga tahun kemudian, Tini pulang dan berhasil meraih apa yang ia inginkan.
Buku setebal tiga ratus sembilan puluh lima halaman yang lahir dari event menulis cerpen dan puisi yang diadakan oleh Fiksiana Community pada peringatan Hari Kartini lalu ini, mengemas cerpen dari empat puluh tiga penulis yang tergabung dalam komunitas ini. Karenanya, kumpulan cerpen ini kaya dengan ragam gaya penulisan dan pesan yang ingin disampaikan oleh masing-masing penulisnya. Tapi tetap saja, apa yang tercermin dalam buku ini adalah semangat Ibu Kartini yang menularkan perubahan bagi perempuan Indonesia.
Adalah cerpen Penggal-penggal Senja untuk Anggia (Hastuti Ishere) yang membuka awal buku ini dengan kalimat menarik, “apa dulu kamu dilahirkan sore hari?” demikian bunyi sepotong kalimat seorang lelaki pada seorang gadis bernama Senja (Anggia), gadis yang memiliki “gangguan” halusinasi sehingga kerap merasa sedih juga sendirian. Cerpen ini mampu mempermainkan emosi pembacanya dan bertanya-tanya tentang hal-hal yang terlintas dalam pikiran gadis itu.
Beberapa cerpen menarik lainnya dalam kumpulan cerpen ini adalah Baktimu (Ando Ajo), Kartiniku Frau Wintermantel (Gaganawati), Aku Bukan Kartini (Efendi Rustam), Sang Kartini Penjaga Hutan Leluhur (Fitri Haryanti Harsono), dan Caleg (Imas Siti Liawati). Kelima cerpen ini memiliki gaya penulisan dan pesan kuat dari setiap penulisnya yang mewakili semangat Kartini Indonesia secara keseluruhan. Kelimanya (ditambah dua cerpen di atas), membuat buku ini layak untuk dijadikan sebagai salah satu koleksi bacaan.
Selain sedikit kekurangan karena tidak mencantumkan daftar isi untuk lebih memudahkan pembacanya mencari judul karya dan nama penulis yang diminati, buku ini benar-benar menyuarakan semangat kaum perempuan. Fiksiana Community sebagai tempat berkumpulnya para penulis dan pencinta fiksi yang aktif di kanal Fiksiana (www.kompasiana.com) dan sering menyelenggarakan event-event yang bertujuan memajukan fiksi, berhasil memberikan “coretan warna” kepenulisan di Tanah Air melalui buku ini.
Akhir kata, kehadiran karya-karya semacam ini masih sangat diperlukan untuk memperkaya khasanah fiksi di Indonesia.
Salam Fiksi.
***
Samosir, 14Nopember ’14 (Tepian DanauMu)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI