[caption id="" align="aligncenter" width="585" caption="Ruang Pertemuan Kompasiana Nangkring dan Bukber Bersama Tanoto Fondation (fitmanalu.dok)"][/caption]
Acara Kompasiana nangkring dan buka bersama Tanoto Fondation (TF) di gedung Uniland-Bussines Centre kemarin (19/7), kehadirannya sangat dinanti oleh para kompasioner Medan dan sekitarnya. Pasalnya, acara sejenis terakhir diselenggarakan dua tahun lalu, yakni tahun 2011. Momen langka ini tentulah sayang untuk dilewatkan begitu saja. Hal itulah yang mendorong saya untuk pulang ke Medan dari Pulau Samosir sehari sebelumnya.
Tiba di di Lt. 8 gedung yang terletak di Jl. Let. Jend. MT. Haryono pada pukul 14.30 wib, suasana masih terbilang sepi. Hanya ada beberapa panitia dari TF yang sedang mempersiapkan ruangan dan meja pendaftaran. Rupanya saya datang terlalu awal. Tiba-tiba seseorang tersenyum dan menyapa saya. Mudah-mudahan saja sesama kompasioner, saya berharap dalam hati. Ternyata benar. Sama antusiasnya dengan saya, Muksalmina Mta adalah kompasioner Aceh yang baru tiba di Medan sekitar pukul 6 pagi setelah naik bus berjam-jam lamanya dari Banda Aceh. Salut!
[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="Goodybag dari Tanoto Fondation (fitmanalu.dok)"][/caption]
Setelah berbincang-bincang sekian lama, kami memutuskan untuk melakukan registrasi. Panitia mengingatkan kami untuk follow akun facebook milik TF, @kompasiana, @tanotoeducation serta mengikuti dengan hastag #KompasianaNangkring#GuruKreatifAnakAktif. Selanjutnya, masing-masing dari kami mendapatkan goodybag yang berisi salah satu buku yang akan diresensi (Oase Pendidikan di Indonesia: Kisah Inspiratif Para Pendidik atau Menjadi Sekolah Terbaik: Praktik-praktik Strategis dalam Pendidikan), kaus, dua edisi buletin TF, serta aneka merchandise menarik dari TF. Terimakasih TF!
[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="Sebagian dari Isi Goodybag (fitmanalu.dok)"][/caption]
Saat itu pula, kami berkenalan dengan seorang Ronald Haloho, kompasioner asal Perbaungan yang merupakan sebuah kota kecil di Kabupaten Serdang Bedagai. Kami bertiga memutuskan untuk berbincang di dalam ruangan sembari menunggu acara dimulai. Sesekali saya mencari-cari, mungkin saja ada kompasioner yang saya kenali. Hingga akhirnya muncul Auda Zaschkya dan Mas Venusgazer yang kebetulan berteman dengan saya di jejaring sosial. Selebihnya, banyak mahasiswa/i yang sepertinya blogger kota Medan dan sekitarnya. Meski awalnya saya merasa ‘sedikit tua” dalam acara ini, untunglah akhirnya saya melihat beberapa peserta yang terlihat seumuran (he...he...he...).
[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="Menunggu Saat Acara Dimulai (fitmanalu.dok)"][/caption]
Acara dimulai MC sekitar pukul 16.00 wib. Mas Nurulloh selaku perwakilan dari Kompasiana memberikan kata sambutan pertamakali. Tampil fresh dengan baju motif kotak-kotak merah, ia menyapa para kompasioner, guru-guru mitra dan media yang berkenan hadir dalam acara ini. Beliau menyampaikan senang akhirnya Kompasiana bisa mampir lagi di Kota Medan setelah acara dua tahun yang lalu. Bekerjasama dengan TF, terselenggaranya acara ini adalah wujud kepedulian Kompasiana terhadap dunia pendidikan di Tanah Air.
[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="Mas Nurulloh Selaku Perwakilan dari Kompasiana (fitmanalu.dok)"][/caption]
Selanjutnya, sebuah tayangan video diputar bagi para peserta. Video itu menayangkan kesaksian seseorang yang hidupnya berubah menjadi lebih baik setelah mendapatkan beasiswa dan kisah seorang guru yang bernama Apriliyanti. Ia menuturkan kisahnya saat mendapat bantuan dari TF untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan semisal Pelita Asri, Pelita Pustaka, dan Pelita Guru Mandiri dan bantuan untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak. Tayangan video itu cukup menyentuh hati para kompasioner dan guru mitra yang hadir dalam acara ini. Sungguh banyak pekerjaan rumah yang memerlukan perhatian khusus dalam dunia pendidikan.
Bapak Sihol Aritonang selaku Ketua Pengurus TF menjelaskan, TF mewujudkan kepedulian terhadap pendidikan di Tanah air melalui tiga program, yaitu Program Beasiswa, Program Pemberdayaan, dan Program Peningkatan kualitas Hidup. Saat ini fokus mereka adalah sekolah menengah dan perguruan tinggi. Selain itu, TF juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas pendidikan bagi sekolah-sekolah, khususnya yang berada di pedesaan. Penerbitan dua buku ini selain dimaksudkan untuk berbagi pengalaman, adalah merupakan wujud nyata komitmen mereka di bidang pendidikan. Kedua buku tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan di Tanah Air.
[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="Bedah Buku Bersama Para Narasumber dan Moderator (fitmanalu.dok)"][/caption]
Setelah itu acara yang mengusung tema Guru Kreatif, Anak Aktif masuk pada acara inti, yakni bedah buku. Prof. Irmawati selaku moderator yang sudah membangun sekolah bersama TF tiga puluh empat tahun silam, mengundang narasumber untuk bergabung bersamanya di panggung. Mereka adalah Bapak Ibe Karyanto (pendiri Sanggar Anak Akar dan penulis Buku Oase Pendidikan di Indonesia: Kisah Inspiratif Para Pendidik), Bapak Wijaya Kusumah/ Oom Jay (kompasioner dan guru paling ngeblog Kompasiana 2012) serta Bapak Rahmat Hidayat selaku perwakilan dari TF.
Bapak Ibe Karyanto mengisahkan, niat awalnya mendirikan sanggar tersebut adalah untuk mengembangkan open house menjadi program ruang aman dan nyaman bagi anak-anak, utamanya anak pinggiran (anak-anak jalanan, anak pemulung sampah, anak-anak urban pekerja kota, anak-anak pengasong) yang umumnya tinggal di pemukiman yang tidak kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Sanggar ini mempunyai misi untuk menjadikan sekolah otonom sebagai ruang pendidikan berkualitas untuk mengembangkan kemampuan anak dalam menghadapi tuntutan hidup dan tantangan dunia di sekitarnya.
Sebagai narasumber yang juga seorang kompasioner aktif, Oom Jay banyak melemparkan guyonan yang membuat suasana menanti saat berbuka terasa lebih segar. Menurut beliau, anak-anak masa kini sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya. Tak dapat dipungkiri, tingkat kesulitan pelajaran dewasa ini sebaiknya disikapi para orangtua dengan turut belajar agar dapat membimbing anak-anaknya di rumah. Selain itu, anak-anak sebaiknya dididik dengan rasa cinta. Oleh karena itu, perlu dikembangkan budaya yang baik di sekolah sehingga menghasilkan anak-anak yang berkarakter baik pula. Intinya, masalah pendidikan adalah tanggung jawab kita semua.
Bapak Rahmat Hidayat menegaskan bahwa TF akan selalu concern dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah dengan program Pelita Pendidikan berupa pelatihan bagi para guru dan kepala sekolah di sekolah-sekolah dasar pinggiran dengan mengajak Ibu Anita Lie dkk (penulis Buku Menjadi Sekolah Terbaik: Praktik-praktik Strategis dalam Pendidikan). Sekolah yang terbaik tidak semata karena fasilitas gedung yang baik saja, tapi juga dikarenakan kesediaan buku-buku dan bahan bantu ajar yang baik pula. Untuk itulah, TF bertujuan memajukan sekolah-sekolah pinggiran agar dapat menjadi sekolah yang terbaik.
[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="Salah Seorang Penanya (fitmanalu.dok)"][/caption]
Setelah masing-masing narasumber menjelaskan kisah masing-masing dalam dunia pendidikan, para peserta acara ini dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan dan tiga penanya pertama mendapatkan hadiah power bank dari TF. Pertanyaan yang muncul cukup beragam, mulai dari apakah jika siswa dikelurkan karena terlalu banyak bertanya hingga menanyakan sertifikasi guru yang dianggap hanya sebagai formalitas semata. Para narasumber menanggapi segala pertanyaan dengan sangat baik. Sayang sekali, mengingat waktu berbuka puasa hampir tiba, masih banyak kompasioner yang tidak mendapat kesempatan untuk bertanya.
Moderator menutup sesi bedah buku dengan satu kesimpulan bahwa masih banyak masalah dalam dunia pendidikan di Tanah Air. Oleh karenanya, sebaiknya setiap dari kita memulai dari diri sendiri. Peluncuran kedua buku ini diharapkan dapat menginspirasi semakin banyak orang untuk berbuat sesuatu yang nyata dan menjadi solusi bagi masalah tersebut.
Bedah buku pun usai dan dilanjutkan dengan bagi-bagi hadiah buku lewat quiz yang diajukan oleh MC setelah memberikan powerbank pada quiz sebelumnya. Taburan hadiah membuat seluruh peserta bersemangat. Mulai dari doorprize dan dua tweet terbaik yang mendapat hadiah voucher belanja Carrefour sebesar masing-masing lima ratus ribu rupiah, hingga sepuluh tweet terbaik lainnya yang mendapatkan hadiah masing-masing voucher belanja Gramedia sebesar masing-masing lima puluh ribu rupiah. Para guru mitra juga mendapatkan bingkisan dari TF. Semua peserta terlihat bersemangat.
[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="Foto Bersama Pihak Penyelenggara, Narasumber dan Moderator (fitmanalu.dok)"][/caption]
Sehabis seluruh peserta foto bersama dengan para narasumber, moderator, panitia dan pihak penyelenggara, acara berbuka puasa pun dimulai. Hidangan pembuka dan makan malam yang tersedia menyegarkan peserta setelah berpuasa seharian. Usai sudah acara Kompasiana nangkring dan buka bersama Tanoto Fondation di Medan hari itu. Semoga lain kali kompasioner Medan dipertemukan kembali dalam acara seperti ini. Salam dari Medan. Horas!
[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="Bersama Kompasioner Asal Aceh (atas) dan Kompasioner Asal Perbaungan (bawah)(fitmanalu.dok)"][/caption]
***
Medan, 20 Juli ‘14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H